Tugas
dan Peranan Kepala Sekolah Dalam Manajemen Sekolah
- Pengertian dan Fungsi Manajemen
Manajemen berasal dari kata “managio”
yaitu pengurusan atau “managiere” atau melatih dalam mengatur
langkah-langkah. Manajemen didefenisikan oleh Parker Follet (Daft dan Steers,
1986) sebagai “the art of getting things done through people” atau
diartikan lebih luas sebagai proses pencapaian tujuan melalui pendayagunaan
sumber daya manusia dan material secara efisien (Buford dan Bedeian, 1988).
Menurut Lepawsky manajemen adalah tenaga, kekuatan yang memimpin, member
petunjuk dan membimbing suatu organisasi dalam mencapai suatu tujuan yang telah
ditentukan terlebih dahulu (Sagala, 2009).
Sebagai suatu system menurut
Sisdiknas manajemen merupakan suatu proses social yang direkayasa untuk
mencapai tujuan Sisdiknas secara efektif dan efisien dengan mengikut sertakan,
kerjasama serta partisipasi seluruh masyarakat. Dalam hal ini ada tiga hal yang
penting yang ingin ditonjolkan, yaitu: manajemen suatu Sisdiknas merupakan
suatu proses, rekayasa untuk mencapai tujuan Sisdiknas, pengikutsertaan
(partisipasi masyarakat). Maka manajemen yang berkenaan dengan pemberdayaan
sekolah merupakan alternatif yang paling tepat dalam mewujudkan sekolah yang
mandiri dan memiliki keunggulan tinggi. Pemberdayaan adalah memberikan otonomi
yang lebih luas dalam memecahkan masalah di sekolah, oleh karena itu diperlukan
suatu perubahan kebijakan dibidang manajemen pendidikan dengan prinsip
memberikan kewenangan mengelola dan mengambil keputusan sesuai dengan tuntutan
dan kebutuhan sekolah. Ada tiga unsur pokok yang berkenaan dengan pekerjaan
seorang manajer, ialah gagasan (ideas) atau hal atau benda (thing) dan
orang (people).
Unsur-unsur tersebut direfleksikan
dalam tugas-tugas:
- Berpikir konseptual, yakni seseorang merumuskan gagasan
dan kesempatan-kesempatan baru dalam organisasi.
- Administrasi, yakni merinci proses manajemen.
- Kepemimpin, yakni memotivasi orang-orang supaya
melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan organsasi.
Manajemen berlangsung dalam suatu
proses berkesinambungan secara sistematik, yaitu:
- Planning
(perencanaan). Yaitu membuat keputusan, menyangkut tindakan yang harus
diambil yang akan diikuti oleh perusahaan lainnya. Sebelum mengambil
keputusan, kita harus terlebih dulu mengkaji perencanaan tersebut,
menganalisanya atau mengajukan proposal dulu. Perencanaan berkaitan dengan
apa yang harus dilakukan, bagaimana melakukannya, kapan melakukannya dan
siapa yang harus melakukannya.
- Organizing
(pengaturan). Orang-orang bekerja sama dalam sebuah kelompok untuk
mencapai suatu tujuan tertentu; mereka harus memiliki peran masing-masing,
seperti para aktor dalam sebuah drama. Apakah peran ini dikembangkan oleh
mereka sendiri atau ditentukan oleh orang lain itu merupakan kebetulan belaka.
Peran ini diperlukan agar setiap orang dapat memberikan kontribusinya
terhadap kelompok. Peran ini berarti bahwa apa yang dilakukan oleh
seseorang itu memiliki tujuan tertentu; apakah hasil kerja mereka sesuai
dengan kebutuhan kelompok; di mana mereka mendapatkan otoritas untuk
melakukan pekerjaan tersebut dan di mana mereka bisa mendapatkan alat dan
informasi untuk dapat menyelesaikan tugas tersebut. Yang termasuk
organizing adalah (1) menentukan aktifitas yang bisa digunakan untuk dapat
meraih tujuan, (2) mengelompokkan aktifitas ini ke dalam departemen atau
seksi, (3) tugas yang harus diselesaikan oleh manajer, (4) perwakilan
otoritas untuk melakukan tugas, dan (5) ketentuan untuk menetapkan
koordinasi tugas, otoritas dan informasi secara horizontal dan vertikal
dalam struktur organisasi.
- Staffing
(susunan kepegawaian). Yaitu mengisi posisi dalam sebuah struktur
organisasi dan tidak membiarkan sebuah posisi itu menjadi kosong. Selain
itu, yang termasuk staffing adalah menentukan syarat untuk pekerjaan yang
harus diselesaikan, melakukan penemuan, memberikan pengakuan dan memilih
kandidat yang cocok untuk sebuah posisi, memberi kompensasi, melatih dan
mengembangkan kandidat tersebut sehingga mereka dapat melakukan tugasnya
dengan efektif.
- Leading
(memimpin). Yaitu memberi pengaruh kepada orang lain sehingga mereka mau
berusaha dengan ikhlas dan antusias terhadap tujuan yang akan dicapai oleh
perusahaan; leading ini menyangkut aspek interpersonal (antar pribadi)
dalam manajemen. Hambatan dalam leading ini adalah keinginan dan sikap
orang yang berbeda – beda, sikap mereka baik sebagai individu maupun
kelompok dan kebutuhan akan manajer yang dituntut untuk menjadi pemimpin
yang efektif.
- Controlling
(pengontrolan). Yaitu mengukur dan memperbaiki pekerjaan yang dilakukan
oleh bawahan agar tidak melenceng dari tujuan semula. Di sini kita harus
bisa menentukan hal – hal negatif atau penyimpangan apa saja yang bisa
menghambat tujuan, kemudian kita harus memperbaiki kesalahan tersebut dan
membantu memastikan kalau rencana sudah diselesaikan. Walaupun perencanaan
lebih awal daripada controlling, namun perencanaan tersebut tidak bisa
dihasilkan dengan sendirinya. Perencanaan merupakan pedoman bagi manajer
dalam mencapai tujuan. Kemudian pelaksanaan rencana itu harus dikaji
apakah sesuai dengan rencana semula atau tidak.
Menurut para ahli tipe dasar
kepemimpinan adalah otoriter, demokratis, dan laissez – faire dan dari tiga
dasar kepemimpinan ini muncul tiga lagi tipe kepemimpinan yang lain yaitu: tipe
instruktif, konsultatif, partisipatif, dan delegatif. Kepemimpinan itu
situasional artinya suatu tipe kepemimpinan dapat efektif untuk situasi
tertentu dan kurang efektif untuk situasi yang lain. Berdasarkan tipe
kepemimpinan tersebut, maka gaya kepemimpinan yang harus diterapkan kepala
sekolah tergantung kepada situasi dan kondisi staf yang dipimpinnya seperti
pada gambar dibawah:
PARTISIPATIF
|
INSTRUKTIF
|
DELEGATIF
|
KONSULTATIF
|
KEMAMPUAN
STAFF
|
MOTIVASI
STAFF
|
Selain itu, menurut Mulyono (2008;
153) mengatakan bahwa kepala sekolah harus memiliki kompetensi. Kompetensi yang
dimiliki antara lain adalah:
- Memiliki landasan dan wawasan pendidikan
- Memahami sekolah sebagai system
- Memahami manajemen berbasis sekolah
- Merencanakan pengembangan sekolah
- Mengelola kurikulum, tenaga kependidikan, sarana
prasarana, kesiswaan, keuangan, hubungan masyarakat – sekolah,
kelembagaan, system informasi sekolah, dan waktu
- Memimpin sekolah
- Mengembangkan budaya sekolah
- Memiliki dan melaksanakan kreativitas, inovasi dan jiwa
kewirausahaan
- Mengembangkan diri
- Menyusun dan melaksanakan regulasi sekolah
- Memberdayakan sumber daya sekolah
- Melakukan koordinasi/ penyerasian
- Mengambil keputusan secara terampil
- Melakukan monitoring dan evaluasi
- Menyiapkan, melaksanakan, dan menindaklanjuti hasil
akreditasi
- Membuat laporan akuntabilitas sekolah
- Melaksanakan supervisi/ penyeliaan
2. Tugas dan Peranan Kepala
Sekolah Dalam Manajemen Sekolah
Seorang kepala sekolah hendaknya
memahami betul apa yang menjadi tugas dan perannya disekolah. Jika kepala
sekolah mampu memahami tugas dan perannya sebagai seorang kepala sekolah, maka
ia akan mudah dalam menjalankan tugasnya, terutama berkenaan dengan manajemen
sekolah yang akan dikembangkannya. Bekal kemampuan dalam memahami kompetensi
sebagai seorang kepala sekolah ini akan menjadi bekal dalam pelaksanaan kinerja
yang harus dilakukannya. Ada banyak kompetensi kepala sekolah yang setidaknya
harus sudah dilaksanakan oleh kepala sekolah dalam tugasnya sehari-hari
disekolah yang dipimpinnya. Kompetensi yang dimiliki kepala sekolah adalah
memahami bahwa sekolah adalah sebagai suatu system yang harus dipimpin, karena
kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar bekerja
mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan. Jadi kepemimpinan kepala sekolah
harus menunjuk kepada suatu proses kegiatan dalam hal memimpin, membimbing,
mengontrol perilaku, perasaan serta tingkah laku terhadap orang lain yang ada
dibawah pengawasannya.
Berdasarkan kebijakan pendidikan
nasional (Depdiknas, 2006), terdapat tujuh peran kepala sekolah yaitu educator
(pendidik), manajer, administrator, supervisor, leader (pemimpin), pencipta
iklim kerja, dan wirausahawan.
1. Kepala
sekolah sebagai educator (pendidik)
Pendidik adalah orang yang mendidik,
sedangkan mendidik diartikan memberikan latihan (ajaran, pimpinan) mengenai
akhlak dan kecerdasan pikiran sehingga pendidikan dapat diartikan proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Sebagai seorang
pendidik kepala sekolah harus mampu menanamkan, memajukan dan meningkatkan
empat macam nilai, yaitu:
- Mental, hal-hal yang berkaitan dengan sikap batin dan
watak manusia.
- Moral, hal-hal yang berkaitan dengan ajaran baik buruk
mengenai perbuatan, sikap dan kewajiban atau moral.
- Fisik, hal-hal yang berkaitan dengan kondisi jasmani
atau badan, kesehatan dan penampilan manusia secara lahiriah.
- Artistik, hal-hal yang berkaitan kepekaan manusia
terhadap seni dan keindahan.
Maka hal yang perlu diperhatikan
oleh seorang kepala sekolah sebagai pendidik mencakup dua hal pokok yaitu
sasaran atau kepada siapa perilaku sebagai pendidik itu diarahkan dan bagaimana
peranan sebagai pendidik itu dilaksanakan. Oleh karena itu ada tiga yang
menjadi sasaran utamanya yaitu para guru atau tenaga fungsional yang lain,
tenaga administrative (staf) dan para siswa atau peserta didik. Disamping
ketiga sasaran utama pelaksanaan peranan kepala sekolah sebagai pendidik,
terdapat pula kelompok sasaran lain yang tidak kalah pentingnya yaitu
organisasi orang tua siswa, organisasi siswa, dan organisasi para guru.
Keberadaan organisasi orang tua siswa lebih banyak diperlukan untuk membantu
dan mengatasi keperluan berbagai sumber daya dalam membina kehidupan kepala
sekolah, baik berupa dana, sarana, jasa maupun pemikiran-pemikiran juga
membantu pelaksanaan pembinaan kesiswaan, khususnya pelaksanaan program-program
diluar kurikuler. Organisasi siswa diperlukan dalam usaha memberikan wadah bagi
para siswa dalam menumbuhkan dan mengembangkan berbagai minat, bakat, dan
kreativitas melalui program-program kokurikuler, maupun diluar kurikuler serta
dalam usaha menunjang keberhasilan program kurikuler. Organisasi guru
sebenarnya merupakan organisasi profesi, sebab didalam organisasi terhimpun para
guru yang mempunyai latar belakang pendidikan yang sama. Sebagai organisasi
profesi ada dua hal pokok yang sangat penting menjadi acuan, yaitu sebagai
salah satu wadah pembinaan dan pengembangan profesi sesuai dengan bidangnya.
2. Kepala
sekolah sebagai manajer
Seorang manajer atau kepala sekolah
hakikatnya adalah seorang perencana, organisator, pemimpin, dan seorang
pengendali. Menurut Stoner ada delapan macam fungsi seorang manajer yang perlu
dilaksanakan dalam suatu organsisi dan merupakan fungsi kepala sekolah juga
yaitu:
- Kepala sekolah bekerja dengan dan melalui orang lain (work
with and through other people).
- Kepala sekolah bertanggung jawab dan
mempertanggungjawabkan (responsible and accountable).
- Dengan waktu dan sumber yang terbatas seorang Kepala
sekolah harus mampu menghadapi berbagai persoalan (managers balance
competing goals and set priorities).
- Kepala sekolah harus berpikir secara analistik dan
konsepsional (must think analytically and conceptionally).
- Kepala sekolah sebagai juru penengah (mediators).
- Kepala sekolah sebagai politisi (politicians)
- Kepala sekolah adalah seorang diplomat.
- Kepala sekolah berfungsi sebagai pengmbil keputusan
yang sulit (make difficult decisions).
Sedangkan menurut Longenecker cs
berpendapat bahwa berdasarkan hasil analisis kegiatan manajerial,
mengidentifikasi adanya landasan utama fungsi-fungsi manajemen, yaitu:
- Planning and decision making;
- Organizing for effective performance;
- Leading and motivating;
- Controlling performance.
3. Kepala
sekolah sebagai pemimpin
Kata “memimpin” memberikan arti
memberikan bimbingan, menuntun, mengarahkan dan berjalan didepan (precede).
Pemimpin berperilaku untuk membantu organisasi dengan kemampuan maksimal dalam
mencapai tujuan. Kepemimpinan adalah satu kekuatan penting dalam rangka
pengelolaan, oleh sebab itu kemampuan memimpin secara efektif merupakan kunci
untuk menjadi seorang manajer yang efektif. Esensi kepemimpinan adalah
kepengikutan (followership), kemauan orang lain atau bawahan untuk
mengikuti keinginan pemimpin. Maka dengan kata lain pemimpin tidak akan
terbentuk tanpa bawahan.
Menurut Koontz kepala sekolah
sebagai pemimpin harus mampu:
- Mendorong timbulnya kemauan
yang kuat dengan penuh semangat dan percaya diri para guru, staf dan siswa
dalam melaksanakan tugas masing-masing.
- Memberikan bimbingan dan
mengarahkan para guru, staf dan para siswa serta memberikan dorongan memacu dan
berdiri didepan demi kemajuan dan memberikan inspirasi sekolah dalam mencapai
tujuan.
Kepala sekolah sebagai seorang
pemimpin menurut H.G.Hicks dan C.R. Gullet mengatakan bahwa fungsi kepala
sekolah sebagai pemimpin adalah 1. Harus memberikan perlakuan yang sama
terhadap orang-orang yang menjadi bawahannya yang dapat menciptakan semangat
kebersamaan diantara guru, staf dan para siswa; 2. Selalu memberikan sugesti
kepada guru, staff dan siswa agar terpelihara semangat , rela berkorban, rasa
kebersamaan dalam melaksanakan tugas masing-masing; 3. Kepala sekolah
bertanggung jawab untuk memenuhi atau menyediakan dukungan yang diperlukan oleh
para guru, staff, dan siswa baik berupa dana, peralatan, waktu, dan bahkan
suasana yang mendukung; 4. Berperan sebagai katalisator, dalam arti mampu
menimbulkan dan menggerakkan semangat baru guru, staf dan siswa dalam
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan; 5. Dapat menciptakan rasa aman didalam
lingkungan sekolah agar guru, staf dan siswa dalam melaksanakan tugasnya merasa
aman; 6. Menjadi teladan dalam hal sikap dan penampilan; 7. Selalu memberikan
penghargaan terhadap guru, staf dan siswa yang berprestasi.
4. Kepala
sekolah sebagai administrator
Menurut Gorton (Sagala, 2009) bagi
kepala sekolah ada tiga alasan penting untuk mengetahui prinsip-prinsip dalam
memberikan pelayanan pendidikan yaitu kepala sekolah dapat mengembangkan
rencana yang belum memiliki pola organisasi, mengevaluasi dan memperbaiki
struktur organisasi, dan membuat rekomendasi dan mengevaluasi rencana struktur
yang diusulkan. Semua prinsip dan program pelayanan diorganisasikan sehingga
semua aktivitas dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien dengan tujuan
akhir membantu mencapai tujuan sekolah. Sebagai administrator juga kepala
sekolah hendaknya dapat mengalokasikan anggaran yang memadai bagi upaya
peningkatan kompetensi guru yaitu dengan menghargai setiap guru yang berprestasi.
5. Kepala
sekolah sebagai supervisor
Secara specifik program supervise
menurut Sestina (sagala 2009) meliputi: membantu guru secara individual dan
secara kelompok dalam memecahkan masalah pengajaran; mengkoordinasikan seluruh
usaha pengajaran menjadi perilaku edukatif yang terintegrasi dengan baik;
menyelenggarakan program latihan berkesinambungan bagi guru-guru; mengusahakan
alat-alat yang bermutu dan mencukupi bagi pembelajaran; membangkitkan dan
memotivasi kegairahan guru yang kuat untuk mencapai prestasi kerja yang
maksimal; membangun hubungan yang baik dan kerjasama antara sekolah, lembaga
social dan instansi terkait serta masyarakat.
Jadi untuk mengetahui sejauh mana
guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan
kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk
mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan
penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran (E. Mulyasa, 2004). Dari hasil supervisi ini, dapat diketahui
kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran, tingkat
penguasaan kompetensi guru yang bersangkutan, selanjutnya diupayakan solusi,
pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan
yang ada sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan
pembelajaran.
6. Kepala
sekolah sebagai pencipta iklim kerja
Budaya dan iklim kerja yang kondusif
akan memungkinkan setiap guru lebih termotivasi untuk menunjukkan kinerjanya
secara unggul, yang disertai usaha untuk meningkatkan kompetensinya. Oleh
karena itu, dalam upaya menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif,
kepala sekolah hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut : (1)
para guru akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukannya menarik
dan menyenangkan, (2) tujuan kegiatan perlu disusun dengan dengan jelas dan
diinformasikan kepada para guru sehingga mereka mengetahui tujuan dia bekerja,
para guru juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut, (3) para guru
harus selalu diberitahu tentang dari setiap pekerjaannya, (4) pemberian hadiah
lebih baik dari hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan, (5)
usahakan untuk memenuhi kebutuhan sosio-psiko-fisik guru, sehingga memperoleh
kepuasan (modifikasi dari pemikiran E. Mulayasa tentang Kepala Sekolah sebagai
Motivator, E. Mulyasa, 2003).
7. Kepala
sekolah sebagai wirausahaan
Dalam menerapkan prinsip-prinsip
kewirausaan dihubungkan dengan peningkatan kompetensi guru, maka kepala sekolah
seyogyanya dapat menciptakan pembaharuan, keunggulan komparatif, serta
memanfaatkan berbagai peluang. Kepala sekolah dengan sikap kewirauhasaan yang
kuat akan berani melakukan perubahan-perubahan yang inovatif di sekolahnya,
termasuk perubahan dalam hal-hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran
siswa beserta kompetensi gurunya.
Dampak dari tugas dan peran kepala
sekolah yang juga harus dipahami dipahami adalah kepala sekolah harus mampu
melihat kinerjanya dalam memahami dan menghayati Standar Pelayanan Minimal
(SPM) dan melaksanakannya secara tepat, serta memahami lingkungan sekolah
sebagai bagian dari system sekolah yang bersifat terbuka.
Tugas dan peran kepala sekolah
lainnya menurut Glickman, Stephen, and Jovita (Glatthorn, 2006: 232) yaitu
berhubungan dengan guru yaitu membantu mengembangkan kompetensi guru. Ada empat
cara membantu guru untuk meningkatkan kompetensinya yaitu; menawarkan bantuan
secara langsung, memberikan service pendidikan, bekerja dengan guru dalam
mengembangkan curriculum, dan membantu guru dalam melakukan penelitian tindakan
kelas.
Selain itu kepala sekolah berperan
dalam hal pengambilan keputusan yang berkenaan dengan pengembangan sekolah. Ada
tujuh langkah yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin dalam hal pengambilan
keputusan, yaitu;
Langkah1: Mengenali, mendefinisikan,
dan membatasi kebutuhan
Langkah2: Menganalisis dan
mengevaluasi kebutuhan
Langkah3: Menentukan kriteria
perencanaan untuk memenuhi kebutuhan
Langkah4: Pengumpulan data yang akan
membantu dalam menentukan bagaimana caranya memenuhi kebutuhan
Langkah5: Merumuskan, memilih, dan
menguji satu atau lebih cara untuk memenuhi kebutuhan
Langkah6: Menempatkan beroperasi
setidaknya satu pilihan cara untuk memenuhi kebutuhan
Langkah7: Mengevaluasi keefektifan
dari satu atau lebih cara untuk memenuhi kebutuhan.
Dalam pelaksanaan tugas dan peranan
kepemimpinan kepala sekolah berhasil dipengaruhi oleh kepribadian yang kuat,
memahami tujuan pendidikan dengan baik, wawasan luas, dan keterampilan
professional terkait dengan tugasnya sebagai kepala sekolah.
C. Kesimpulan dan
Saran
- Kesimpulan
- Manajemen yang berkenaan dengan pemberdayaan sekolah
merupakan alternatif yang paling tepat dalam mewujudkan sekolah yang
mandiri dan memiliki keunggulan tinggi, karena memberikan otonomi yang
lebih luas dalam memecahkan masalah di sekolah.
- Manajemen dapat berlangsung dengan baik jika disusun
secara sistematik dengan dimulai sebuah planning (perencanaan),
organizing (pengaturan), staffing (susunan kepegawaian), leading
(memimpin), controlling (pengontrolan).
- Pemimpin yang baik memiliki beberapa ciri – ciri,
diantaranya adalah harus berempati, harus surgent, kepemimpinannya diakui
oleh anggota group, mau membantu orang – orang yang dipimpinnya, harus
dapat mengontrol emosinya, harus cerdas, bertanggung jawab dan kepala
sekolah harus memiliki kompetensi.
- Seorang pemimpin yang baik harus mengetahui tugas dan
peranannya sebagai pemimpin yaitu educator, manajer, pemimpin,
administrator, supervisor, pencipta iklim kerja, dan wirausahaan.
- Focus tugas dan peranan kepala sekolah dalam
meningkatkan pendidikan adalah guru.
- Dalam hal pengambilan keputusan seorang pemimpin harus
menyusun terlebih dahulu langkah – langkah pengambilan keputusannya.
2. Saran
Agar dapat menjadi pemimpin yang
baik, maka seorang pemimpin harus tahu apa yang menjadi tugas dan tanggung
jawabnya juga dapat menjadi teladan bagi orang – orang yang dipimpinnya, serta
memiliki karakter yang tenang ketika menghadapi masalah. Kepala sekolah juga
harus memiliki kompetensi sebagai kepala sekolah yang professional.