Senin, 06 April 2015

SKRIPSI AKHLAK


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Menurut bahasa, kata aqidah berasal dari bahasa Arab yaitu [عَقَدَ-يَعْقِدُ-عَقْدًartinya adalah mengikat atau mengadakan perjanjian. Sedangkan Aqidah menurut istilah adalah urusan-urusan yang harus dibenarkan oleh hati dan diterima dengan rasa puas serta terhujam kuat dalam lubuk jiwa yang tidak dapat digoncangkan oleh badai subhat (keragu-raguan). Dalam definisi yang lain disebutkan bahwa aqidah adalah sesuatu yang mengharapkan hati membenarkannya, yang membuat jiwa tenang tentram kepadanya dan yang menjadi kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan keraguan.[1]
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat dirumuskan bahwa aqidah adalah dasar-dasar pokok kepercayaan atau keyakinan hati seorang muslim yang bersumber dari ajaran Islam yang wajib dipegangi oleh setiap muslim sebagai sumber keyakinan yang mengikat.
1
Sementara kata “akhlak” juga berasal dari bahasa Arab, yaitu [خلقjamaknya  [أخلاق] yang artinya tingkah laku, perangai tabi’at, watak, moral atau budi pekerti. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, akhlak dapat diartikan budi pekerti, kelakuan. Jadi, akhlak merupakan sikap yang telah melekat pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Jika tindakan spontan itu baik menurut pandangan akal dan agama, maka disebut akhlak yang baik atau akhlaqul karimah, atau akhlak mahmudah. Akan tetapi apabila tindakan spontan itu berupa perbuatan-perbuatan yang jelek, maka disebut akhlak tercela atau akhlakul madzmumah.[2]
Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal, non formal dan informal di sekolah dan di luar sekolah. Maka dari itu peranan guru sangatlah penting karena dengan belajar pendidikan agama di sekolah Madrasah Aliyah siswa dapat bertingkah laku dengan baik agar tidak terjerumus ke dalam pergaulan bebas.
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat (2) disebutkan bahwa suatu pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar yang berakar pada nilai-nilai gama, kebudayaan Nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan zaman. Tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan aqidah akhlak merupakan bagian integral dari system pendidikan Nasional.
Kegiatan belajar aqidah akhlak terhadap perilaku siswa adalah salah satu kegiatan yang harus dilakukan dan diterapkan kepada siswa, agar siswa tersebut tidak terpengaruh oleh dunia bebas dan pergaulan bebas. Dengan demikian manfaat belajar pedidikan aqidah akhlak sangatlah penting dan sangat diperlukan untuk membimbing dan membina siswa agar memahami dan mengetahui manfaat belajar aqidah.[3]
Manfaat belajar pendidikan aqidah akhlak di madrasah merupakan bagian tersendiri dari pendidikan. Agama merupakan faktor yang menenukan prilaku/watak dan kepribadian siswa sehingga siswa dapat memotifasi untuk mempraktekkan nilai-nilai keyakinan keagamaan (aqidah) dan akhlakul karimah (akhlak) dalam kehidupan sehari-hari, agar anak mempunyai perilaku dengan baik. Anak didik diharapkan dapat memperhatikan manfaat pendidikan pelajaran aqidah akhlak sebagai control dalam kehidupan sehari-hari seerti sabda Nabi Muhammad SAW.
Dewasa ini dengan adanya pengaruh perkembangan teknologi membawa dampak negatif terhadap skhlak siswa, terbukti banyak siswa di MI Bahrul Ulum Temuroso Guntur Demak yang kurang memperhatikan akhlak, terutama dengan guru atau orang tua, budaya jawa yang menggunakan bahasa krama kepada orang tua kiranya sekarang perlahan ditinggalkan oleh anak-anak.
Yang menjadi pertanyaan  sekarang adalah bagaimana cara terbaik dalam upaya pembinaan anak agar menjadi anak yang baik. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Hasyr ayat 7 bahwa kita agar selalu mengikuti rasulullah SAW begitu juga dengan mendidik anak :
!$¨B !$sùrª!$# 4’n? ¾Ï&Î!u‘ ô`ÏB Èdr& 3“tà)ø9$# ¬Tsù ÉAqß™§=Ï9ur “Ï%Î!ur 4’n1öà)ø9$# 4’yJ»tGuŠø9$#ur ÈûüÅ3»|¡yJø9$#ur Èûøó$#ur È@‹Î6¡¡9$# ös1 Ÿw tbqä3tƒ P's!Š ÷ütÏä!$uŠÏYøîF{$# öNä3ZÏB 4 !$tBur ãNä39s?# ãAqß™§9$# çnräã $tBur öNä39pktX çm÷Ytã (#qßgtFR$$ 4 (#)¨?$#ur ©!$# ( ¨) ©!$# ß‰ƒÏx© É>$s)Ïèø9$# ÇÐÈ   (الحشر:٧)
Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya. )QS. Al-Hasyr : 7([4]

B.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, permasalahan penelitian dapat diidentifikasikan antara lain sebagai berikut:
1.      Rendahnya prestasi Aqidah Akhlak siswa MI Bahrul Ulum.
2.      Kurangnya siswa dalam beretika terhadap guru, orang tua dan teman-temannya.
3.      Perlunya peningkatan akhlak guna menciptakan generasi muda yang beretika sesuai dengan ajaran agama dan aturan masyarakat.

C.    Pembatasan Masalah
Agar tidak terjadi kesalahpahaman antara penulis dan pembaca serta untuk memfokuskan penelitian, maka pembatasan masalah perlu di tentukan. Pembatasan masalah dalam skripsi ini adalah:
1.      Prestasi mata pelajaran Aqidah Akhlak adalah nilai yang didapatkan siswa pada mata pelajaran akhidah akhlak yang tercantum dalam buku raport semester gasal tahun pelajaran 2012-2013.
2.      Akhlak siswa adalah tingkah laku siswa di sekolah maupun diluar sekolah.

D.    Perumusan Masalah
Permasalahan yang hendak diangkat dalam skripsi ini adalah:
1.      Bagaimana prestasi mata pelajaran Aqidah akhlak siswa kelas V MI BAHRUL ULUM Temuroso Guntur  Demak pada tahun pelajaran 2012/2013?
2.      Bagaimana akhlak siswa kelas V MI BAHRUL ULUM Temuroso Guntur  Demak pada tahun pelajaran 2012/2013?
3.      Apakah ada hubungan antara prestasi mata pelajaran aqidah akhlak dengan akhlak siswa kelas V di  MI BAHRUL ULUM Temuroso Guntur  Demak pada tahun pelajaran 2012/2013?

A.    Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak penulis capai dalam penelitian ini antara lain:
1.      Untuk mengetahui prestasi mata pelajaran Aqidah akhlak siswa kelas V MI BAHRUL ULUM Temuroso Guntur  Demak pada tahun pelajaran 2012/2013
2.      Untuk mengetahui akhlak siswa kelas V MI BAHRUL ULUM Temuroso Guntur  Demak pada tahun pelajaran 2012/2013
3.      Untuk mengetahui hubungan antara prestasi mata pelajaran aqidah akhlak dengan akhlak siswa kelas V di  MI BAHRUL ULUM Temuroso Guntur  Demak pada tahun pelajaran 2012/2013.

E.     Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika penulisan skripsi dengan judul Hubungan Prestasi Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Dengan Akhlak Siswa Kelas V MI Bahrul Ulum Temuroso Guntur Demak Tahun Pelajaran 2012/2013”ini terbagi dalam tiga bagian yakni bagian muka (Preliminery), bagian isi (Body Text) dan bagian akhir (Complement).
Pada bagain muka berisi : Halaman Judul, Abstraksi, Halaman Nota Pembimbing, Halaman Pengesahan, Halaman Motto, Halaman Persembahan, Halaman Kata Pengantar, Daftar Tabel, Grafik, Diagram, Denah Gambar, dan Daftar Isi.
Sedangkan pada bagaian isi berisi lima (5) bab, yaitu:
Bab I Pendahuluan, dalam bab ini berisi mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, penegasan istilah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan skripsi.
Bab II membahas tentang prestasi belajar aqidah akhak dan akhkak siswa. Dalam bab II ini juga menguraikan tentang beberapa kajian penelitian yang relevan serta kerangka teori.
Bab III berisi metode penelitian Hubungan Prestasi Mata Pelajaran Aqidah Akhlak dengan Akhlak Siswa Kelas V MI Bahrul Ulum Temuroso Guntur Demak Tahun Pelajaran 2012/2013. Dalam bab ini membahas tentang tujuan penelitian, waktu dan tempat penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.
Pada bab IV berisi analisi tentang hubungan prestasi belajar aqidah akhlak serta akhlak siswa di MI Bahrul Ulum Temuroso Guntur Demak Tahun Pelajaran 2012/2013. Didalamnya penulis menjabarkan tentang gambaran umum MI Bahrul Ulum, prestasi aqidah akhlak, serta hubungan prestasi aqidah akhlak dengan akhlak siswa kelas V MI Bahrul  Ulum Temuroso Guntur Demak Tahun Pelajaran 2012/2013.
Bab terakhir atau bab V disebut bab penutup. Dalam bab ini peneliti menulis kesimpulan dari penelitian yang mengacu pada permasalahan yang telah di tulis di depan, selain itu dalam bab ini juga ditulis saran dan penutup laporan.
Pada bagian terakhir berisi tentang daftar pustaka yaitu berbagai buku sumber dalam pembuatan skripsi ini  serta beberapa lampiran.



BAB I

I
PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK
DAN AKHLAK SISWA


A.    Prestasi Belajar Mata Pelajaran Akhidah Akhlak
1.   Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi adalah tingkatan-tingkatan sejauh mana siswa dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut SC Utami Munandar seperti yang dikutib Oemar Hamalik prestasi merupakan perwujudan dari bakat dan kemampuan. Prestasi yang sangat menonjol dalam salah satu bidang mencerminkan bakat yang unggul dalam bidang tersebut.[1]
Dari pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa prestasi adalah tingkatan-tingkatan sejauh mana siswa dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sesuai bakat dan kmampuan dalam belajar. Atau dengan kata lain prestasi adalah perwujudan dari bakat dan kemampuan  seseorang individu yang merupakan hasil dari interaksi dengan lingkungan dan melalui pengalaman, yang menyebabkan seseorang mempunyai kemampuan lebih dari teman-temannya.

2.   Prestasi Belajar Aqidah Akhlak
Prestasi belajar Aqidah Akhlak berarti penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran Aqidah Akhlak yang lazim ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan guru.
8
Untuk mengetahui seberapa jauh penguasaan materi siswa terhadap pelajaran yang telah disampaikan pengajar, maka diperlukan evaluasi atau penilaian. Penilaian terhadap kemampuan siswa idealnya menggunakan pengukuran intelegensi atau potensi yang dimilikinya.[2]
Evaluasi dapat memberikan motivasi bagi guru dan siswa, mereka akan semakin giat belajar, meningkatkan proses berfikirnya. Guru harus memiliki pengertian evaluasi ini, mendalami tujuan, kegunana dan macam betuk evaluasi.
Evaluasi tidak hanya dapat menggambarkan kemajuan siswa, prestasi, hasil rata-ratanya, tetapi juga dapat menjadi bahan umpan balik bagi guru sendiri. Dengan umpan balik guru dapat meneliti dirinya dan berusaha memperbaiki dalam perencanan maupun teknik penyajian dalam pembelajarannya.
Dalam evaluasi akhir pengajaran terhadap tercapainya tujuan-tujuan aspek pengetahuan perlu dilakukan secara terpisah. Untuk penilaian pengetahuan dapat kita gunakan pengujian sebagai berikut:
a.       Tekhnik penilaian aspek pengenalan.
b.      Tekhnik penilaian recall atau mengingat kembali
c.       Tekhnik penilaian tingkat pemahaman.[3]
 “Ruang lingkup materi  yang harus di kuasai  oleh siswa adalah  materi yang tercantum dalam GBPP. Bila memungkinkan siswa dapat diberi program pengayaan baik secara horizontal maupun vertical dari meteri yang dipelajarinya”.[4]
Evaluasi dapat memberikan motivasi bagi guru dan siswa, mereka akan semakin giat belajar, meningkatkan proses berfikirnya. Guru harus memiliki pengertian evaluasi ini, mendalami tujuan, kegunana dan macam betuk evaluasi.
Evaluasi tidak hanya dapat menggambarkan kemajuan siswa, prestasi, hasil rata-ratanya, tetapi juga dapat menjadi bahan umpan balik bagi guru sendiri. Dengan umpan balik guru dapat meneliti dirinya dan berusaha memperbaiki dalam perencanan maupun teknik penyajian dalam pembelajarannya.
Untuk mengetahui seberapa jauh penguasaan materi siswa terhadap pelajaran yang telah disampaikan pengajar, maka diperlukan evaluasi atau penilaian. Penilaian terhadap kemampuan siswa idealnya menggunakan pengukuran intelegensi atau potensi yang dimilikinya.[5]
Dengan demikian prestasi mata pelajaran aqidah akhlak adalah hasil belajar siswa setelah melaksanakan serangkaian pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai.

B.     Akhlak siswa
1.      Akhlak
Membahas tentang akhlak yang berada di Indonesia sebenarnya tidaklah jauh berbeda dengan konsep kepribadian seutuhnya yang hendak di bangun oleh bangsa Indonesia, hanya berbeda  dalam nilai-nilai yang membentuknya. Disini akhlak  di bentuk dari nilai-nilai agama Islam.
Adapun prinsip ajaran akhlak yang harus dipertahankan bagi setiap pribadi remaja menurut Al-Qur`an yaitu:
$pkš‰r'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB# Ÿw öyó¡o ×Pöqs% `ÏiB BQöqs% #Ó br& (#qçRqä3tƒ #ZŽöyz öNåk÷]ÏiB Ÿwur Öä!$|¡ÎS `ÏiB >ä!$|¡ÎpS #Ó br& £`ä3tƒ #ZŽöyz £`åk÷]ÏiB ( Ÿwur (#ÿrâÏJù=s? ö/ä3|¡àÿRr& Ÿwur (#t/$uZs? És)ø9F{$$Î/ ( ø©Î/ ãLôœew$# ä-¡àÿø9$# y‰÷èt/ ÇyJƒM}$# 4 `tBur öN©9 ó=çGtƒ y7Í´¯»s9'' ãNèd tbqçHÍ>»©à9$# ÇÊÊÈ  (الحجرة:١ ١)

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman  dan barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.” (QS Al-Hujaraat: 11)[6]

Dalam pembentukan akhlak siswa tidaklah berlangsung secara berangsur-angsur, namun juga tidak juga sekali jadi, melainkan sesuatu yang berkembang dan mengalami proses. Oleh karena itu proses pembentukan akhlak muslim merupakan sebuah proses yang perlu dikembangkan untuk mewujudkan insan yang tahu diri terhadap diri sendiri. Proses tersebut bisa dilakukan dengan cara mendidik, atau dalam kontek pendidikan, bisa pendidikan formal maupun informal.
Akhlak disebut harmonis kalau segala aspek yang berkaitan dengan tugas kemanusiaannya seimbang. Pada segi lain akhlak yang harmonis dapat dikenal dengan adanya keseimbangan antara individu dengan pengaruh lingkungannya.
Aspek-aspek akhlak siswa hendaknya dibangun berdasarkan atas prinsip-prinsip religius yang luhur yang selalu berkaitan dengan ciri-ciri yang dikehendaki bagi pribadi insan muslim.



a.       Dasar Akidah Akhlak
Dasar aqidah akhlak adalah ajaran Islam itu sendiri yang merupakan sumber-sumber hukum dalam Islam yaitu Al Qur’an dan Al Hadits. Al Qur’an dan Al Hadits adalah pedoman hidup dalam Islam yang menjelaskan kriteria atau ukuran baik buruknya suatu perbuatan manusia. Dasar aqidah akhlak yang pertama dan utama adalah Al Qur’an dan. Ketika ditanya tentang aqidah akhlak Nabi Muhammad SAW, Siti Aisyah berkata.” Dasar aqidah akhlak Nabi Muhammad SAW adalah Al Qur’an.”
Islam mengajarkan agar umatnya melakukan perbuatan baik dan menjauhi perbuatan buruk. Ukuran baik dan buruk tersebut dikatakan dalam Al Qur’an. Karena Al Qur’an merupakan firman Allah, maka kebenarannya harus diyakini oleh setiap muslim.
Dalam Surat Al-Maidah ayat 15-16 disebutkan :
Ÿ@÷dr'¯»tƒ ÉtGÅ6ø9$# ôsöNà2!$y_ $oYä9u‘ ÚúÎiüt7ムöNä3s9 #ZŽÏWŸ2 $£JÏiB öNçFYà2 šcqàÿøƒéB z`ÏB ÉtGÅ6ø9$# (#qàÿ÷ètƒur Ætã 9ŽÏVŸ2 4 ôs2!%y` šÆÏiB «!$# ÖqçR ÒtGÅ2ur ÑúüÎ7•B ÇÊÎÈ   “Ïôgtƒ ÏmΪ!$# ÇÆtB yìt7©?$# ¼çmtRºuqôÊÍ‘ Ÿ@ç7ß™ ÉO»n=¡¡9$# Nßgã_̍÷‚ãƒur z`ÏiB ÏM»yJè=—à9$# †n<ÎÍqY9$# ¾ÏmÏRøŒÎ*ÎóOÎgƒÏôgtƒur 4’n<Î) :ÞºuŽÅÀ 5OŠÉ)tGó¡•B ÇÊÏÈ   )المائده: ١٦-١٥)
15. Hai ahli Kitab, Sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan
16. dengan kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.(QS. Al-Maidah: 15-16)[7]

Dasar aqidah akhlak yang kedua bagi seorang muslim adalah AlHadits atau Sunnah Rasul. Untuk memahami Al Qur’an lebih terinci, umat Islam diperintahkan untuk mengikuti ajaran Rasulullah SAW, karena perilaku Rasulullah adalah contoh nyata yang dapat dilihat dan dimengerti oleh setiap umat Islam (orang muslim).

b.       Tujuan Akidah Akhlak
Aqidah akhlak harus menjadi pedoman bagi setiap muslim. Artinya setiap umat Islam harus meyakini pokok-pokok kandungan aqidah
akhlak tersebut. Adapun tujuan aqidah akhlak itu adalah :
1)      Memupuk dan mengembangkan dasar ketuhanan yang sejak lahir. Manusia adalah makhluk yang berketuhanan. Sejak dilahirkan manusia terdorong mengakui adanya Tuhan. Firman Allah dalam surah Al-A’raf ayat 172-173 :
øŒÎ)ur xs{ry7•/u‘ .`ÏB ûÓÍ_ttPyŠ# `ÏB óOÏdÍqßgàß öNåktJ­ƒÍh茠öNèdypkô­r&ur #’n? öNÍkŦàÿRràMó¡s9röNä3În/tÎ/ ( (#9$s% 4’n?t/ ¡ !$tRôÎgx© ¡ cr& (#9)stPöqtƒ ÏpyJ»uŠÉ)ø9$# $¯) $¨ô` #x‹»yd ,Î#Ïÿ» ÇÊÐËÈ   ÷rr& (#þqä9)s? !$oÿ©x8sŽõ°r& $tRät!$t/# `ÏB ã@ö7s% $¨2ur Zp­ƒÍh茠.`ÏiB öNÏdω÷èt/ ( $uZä3Î=ökçJsùr& $oÿÏ3 Ÿ@yèsù tbqè=ÏÜö7ßJø9$# ÇÊÐÌÈ   )الاعرف : ١٧٣-١٧٢)
dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
Atau agar kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya orang-orang tua Kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang Kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka Apakah Engkau akan membinasakan Kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu (QS. Al-A`raf : 172-173)[8]

2)      Aqidah akhlak bertujuan pula membentuk pribadi muslim yang luhur dan mulia. Seseorang muslim yang berakhlak mulia senantiasa bertingkah laku terpuji, baik ketika berhubungan dengan Allah SWT, dengan sesama manusia, makhluk lainnya serta dengan alam lingkungan. Oleh karena itu, perwujudan dari pribadi muslim yang luhur berupa tindakan nyata menjadi tujuan dalam aqidah akhlak.
3)      Menghindari diri dari pengaruh akal pikiran yang menyesatkan. Manusia diberi kelebihan oleh Allah dari makhluk lainnya berupa akal pikiran. Pendapat-pendapat atau pikiran-pikiran yang semata-mata didasarkan atas akal manusia, kadang-kadang menyesatkan manusia itu sendiri. Oleh karena itu, akal pikiran perlu dibimbing oleh aqidah akhlak agar manusia terbebas atau terhindar dari kehidupan yang sesat.

c.       Mendidik Akhlak Siswa
Mengasuh, membesarkan, mendidik dan membimbing anak merupakan suatu tugas yang sangat mulia yang tidak terlepas dari berabagai halangan dan tantangan. Oleh sebab itu orang tua maupun pendidik banyak yang membekali diri dengan pengetahuan khusus yang bersangkutan dengan agama Islam untuk menangani hal tersebut.
Dalam mendidik anak dan mengajar bukanlah hal yang mudahm bukan pekerjaan yang dapat dilakukan secara serampangan dan bukan pula yang bersifat sampingan. Mendidik anak sama kedudukannya dengan kewajiban dan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi setiap muslim yang mengaku dirinya memeluk agama Islam.[9]
Perintah mendidik anak dan keluarga langsung datang dari Allah SWT melalui (QS. At-tahriim: 6)
tûïÏ%©!$# (#qãZtB# (#þqèö/ä3|¡àÿRrö/ä3‹Îdr&ur #Y‘$tR $ydߊ%ur â¨$¨Z9$# äou‘$yfÏtø:$#ur $pköŽn= îps3Í´¯»n=tB ÔâŸxÏî ×Š#yÏ© žw tbqÝÁ÷ètƒ ©!$# !$tB öNèdttBrtbqè=yèøÿtƒur $tB tbrâsD÷ƒ ÇÏÈ (التحريم : ۶)
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-tahriim: 6)[10]

Akhlak merupakan aspek sebab hidup atau kepribadian hidup manusia dalam arti bagaimana sistem norma yang mengatur hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan sesamanya itu menjadi sikap hidup dan kepribadian hidup manusia dalam menjalankan sistem kehidupannya yang dilandasi oleh akidah yang kokoh.
Disini telah jelas bagaimana pentingnya pendidikan Islam dan menanamkan keyakinan (Akidah) dan penghayatan yang menetap dan melekat dalam hati yang berfungsi sebagai pandangan hidup untuk selanjutnya diwujudkan dan memancar dalam sikap hidup, perkataan dan amal perbuatan dalam segala aspek kehidupan sehari-hari.
Tidak semua aspek pribadi manusia adalah diwariskan dari orang tuanya. Hal-hal yang tidak diwariskan meliputi beberapa aspek, baik materiil pertumbuhan fisik, maupun mental. Dari sifat-sifat genetis yang dimiliki,  individu dapat saja menjadi orang yang pemurung, periang, pendiam, lamban, ataupun cerdas. Akan tetapi keadaan fisik dan mental seperti penyakit, kelemahan, kemiskinan, kegagalan atau kemalasan tidak dapat diwariskan, melainkan diperoleh dari pendidikan.[11]
اَدِّبُوا اَوْلاَدَكُمْ عَلَى ثَلاَثِ خِصَلِ.حُبٌّ نَبِيِّكُمْ ,وَحُبُّ اَهْلِ َيْتِهِ , وَقِرَأَتِ القُرْاَنِ , فَإِنَّ حَمَلَة القُرْانِ فِى ظلِّ اللهِ , يَوْمَ لاَ ظِلَّ الاَّ ظِلُّهُ مَعَ أَنْبِيَائِهِ وَاَصْفِيَا ئِهِ  (روه الديلمي عن علي)
“ Didiklah anak-anakmu atas tiga perkara: mencintai Nabi-mu, mencintai ahli rumahmu, dan membaca Al-Quran, karena sipenghafal Al-Qur`an didalam naungan Allah SWT pada hari dimana tidak ada naungan selain naungan-Nya beserta Nab-nabi-Nya dan orang-orang suci-Nya. (HR. Dailami)[12]

Disini sebagai pendidik atau orang tua diharapkan untuk mengajar dengan penuh kasih sayang dan cinta kasih. Dengan adanya pendidikan Islam  terutama pelajaran aqidah akhlak kita bisa mengarahkan kepada hal-hal positif untuk menuju sasaran seorang muslim  yang melakukan kewajibannya kepada Allah SWT.

C.    Hubungan Antara Prestasi Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Dengan Akhlak Siswa
1.      Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi adalah tingkatan-tingkatan sejauh mana siswa dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut SC Utami Munandar seperti yang dikutib Oemar Hamalik prestasi merupakan perwujudan dari bakat dan kemampuan. Prestasi yang sangat menonjol dalam salah satu bidang mencerminkan bakat yang unggul dalam bidang tersebut.[13]
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. Gagne menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu : kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan. [14]
Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut Nana Sudjana prestasi belajar atau hasil belajar adalah pertimbangan atau harga atau nilai berdasarkan kriteria tertentu yang didapatkan melalui penilaian prestasi belajar.[15]
Dari pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa prestasi adalah tingkatan-tingkatan sejauh mana siswa dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sesuai bakat dan kmampuan dalam belajar. Atau dengan kata lain prestasi adalah perwujudan dari bakat dan kemampuan  seseorang individu yang merupakan hasil dari interaksi dengan lingkungan dan melalui pengalaman, yang menyebabkan seseorang mempunyai kemampuan lebih dari teman-temannya.
Prestasi belajar berarti penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran (disini Al-Qur`an Hadits) yang lazim ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan guru.
Untuk mengetahui seberapa jauh penguasaan materi siswa terhadap pelajaran yang telah disampaikan pengajar, maka diperlukan evaluasi atau penilaian. Penilaian terhadap kemampuan siswa idealnya menggunakan pengukuran intelegensi atau potensi yang dimilikinya.[16]
Evaluasi dapat memberikan motivasi bagi guru dan siswa, mereka akan semakin giat belajar, meningkatkan proses berfikirnya. Guru harus memiliki pengertian evaluasi ini, mendalami tujuan, kegunana dan macam betuk evaluasi.
Evaluasi tidak hanya dapat menggambarkan kemajuan siswa, prestasi, hasil rata-ratanya, tetapi juga dapat menjadi bahan umpan balik bagi guru sendiri. Dengan umpan balik guru dapat meneliti dirinya dan berusaha memperbaiki dalam perencanan maupun teknik penyajian dalam pembelajarannya.

2.      Faktor Penunjang Prestasi Belajar
Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar atau hasil belajar sangatlah banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.[17]
a.       Faktor interal
Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal ini dibagi lagi kedalam tiga bagian yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan
1)      Faktor Jasmaniah
Faktor jasmaniah siswa sangatlah menentukan bagaimana siswa tersebut dapat menerima pelajaran dengan baik atau tidak. Seperti ketika siswa dalam keadaan sakit maka siswa tersebut akan berkurang ndalam kemampan menerima penjelasan dari gurunya. Atau bagi siswa yang memiliki cacat tubuh maka siswa tersebut akan merasa minder dan kurang percaya diri dalam belajar, sehingga kurang konsentrasi dalamn belajar yang berdampak kepada berkyrangnya kemampuan menerima pelajaran.
2)      Faktor Psikologis
Setidaknya terdapat tujuh faktor yang tergolong dalam faktor psikologis yakni:
a)      Intelegensi
JP Chaplin seperti yang dikutibSlameto dalam bukunya Belajar dan faktor yang mempengaruhinya memberikan pengertian bahwaintelegensi adalah “The Ability to meet and adapt to novel situations quickly and effectively” yaitu Kemampuan untuk bertemu dan beradaptasi dengan situasi baru dengan cepat dan efektif.[18]
b)      Perhatian
Perhatian yaitu  keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu objek atau  sekumpulan objek.
c)      Minat
Rumusan Hilgard seperti y ang dikutib selameto tentang minat adalah “Interest is persisted tendency to pay attention to and enjoy some activity content”. Yang artinya “Minat adalah kecenderungan gigih untuk memperhatikan dan menikmati beberapa konten aktivitas"[19]
Minat sangatlah utama, tanpa minat siswa tidak akan konsentrasi dan bersambut dalam proses pembelajaran.
d)     Bakat
Bakat sangat mempengaruhi hasil belajar, misalnya orang yang berbakat dalam menghafal, maka ia akan mudah dalam belajar yang bersifat hafalan seperti Al-Qur`an Hadits.
e)      Motif
Menurut Drever memberikan pengertian tentang motif sebagai berikut: "The motive is effective-conative factors that operate in determining the direction of individual behavior for the final word or purpose, cause detained or arrested" artinya : “"Motif merupakan faktor yang efektif-konatif yang beroperasi dalam menentukan arah perilaku individu untuk kata akhir atau tujuan, penyebab ditahan atau tidak ditangkap"[20]
Siswa yang memiliki motif yakni mampu menentukan arah tujuan hidupnya akan lebih bisa mencerna pembelajaran dengan baik.
f)       Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat baru sudah siap melakukan kecakapan baru.[21] Disini umur dan psikologi yang menjadi acuannya, siswa yang telah matang dalam pertumbuhannya lebih bisa menggunakan akal pikirannya dan berfikir logis dalam belajar.


g)      Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk menerima responatau bereaksi.[22] Siswa yang telah siap menerima pelajaran akan lebih baik daya tangkapnya dibanding siswa yang belum siap atau bahkantidak siap.

3)      Faktor kelelahan
Kelemahan dalam dunia pendidikan hubungannya dengan penerimaan materi pelajaran dibedakan kedalam dua hal yaitu kelemahan jasmani dan kelemahan rohani. Kelemahan jasmani cenderung kepada keadaan fisik siswa, seperti lemas atau lemah lunglai sehingga dalam pikiranya hanya ingin membaringkan tuguhnya saja.

b.      Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah fakor yang datang dari luar diri siswa, disini faktor eksternal meliputi:
1)      Keluarga
Pengaruh keluarga dalam kejiwaan siswa sangatlah penting, keluarga yang harmonis dan keadaan orang tua yang selalu memperhatikan anaknya akan membawa dampak positif terhadap kejiwaan anak. Lain halnya pada keluarga yang tidak harmonis atau sering terjadi percekcokan antara anggota keluarga akan menjadikan kejiwaan anak terganggu. Sehingga dalam proses pembelajaran anak tersebut tidak mampu menerima materi pelajaran dengan baik.

2)      Sekolah
Sekolah adalah faktor utama dalam peningkatan prestasi belajar siswa. Faktor sekolah meliputi sarana dan prasarana sekolah, tenaga pendidikan, lingkungan serta media dan sumber belajar yang ada disekolah tersebut.[23]

Faktor dari faktor-faktor diatas terdapat faktor utama yakni minat untuk belajar. Minat untuk belajar adalah adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.[24] Suatu minat dapat di ekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa seseorang lebih menyukai suatu hal dari pada hal lain.
Minat belajar marupakan faktor dalam keberahasilan belajar. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dari diri siswa sendiri dan factor dari luar diri siswa. Dari keberhasilan belajar siswa menurut Clark dalam bukunya Cognitive prescriptive theory and psyco educational  design seperti yang di kutip Nana Sudjana 70% dari keberhasilan belajar tersebut di pengaruhi oleh kemampuan siswa dan yang 30% dipengaruhi oleh lingkungan.[25]
Pada perinsipnya faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar sama denga faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan lain. Karena belajar merupakan suatu proses yang di tandai dengan perubahan-perubahan pada diri seseorang. Perubahan tersebut dalam bentuk seperti perubahan kecakapan dan kemampuan, daya kreasinya, perubahan tingkah laku serta aspek-aspek yang terdapat pada individu.

Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa prestasi mata pelajaran aqidah akhlak adalah hasil belajar siswa setelah melaksanakan serangkaian pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai. Sedangkan akhlak adalah kelakuan atau tindakan yang baik sesuai dengan ajaran Islam.
Manusia dilahirkan tanpa bekal apapun, untuk mampu hidup bersama manusia lainnya maka seseorang harus mengetahui aturan dan hukum yang berlaku dilingkungannya. Aturan dalam bergaul atau berhubungan dengan sesamanya itulah yang dinamakan akhlak.
Akhlak tidak hanya berlaku antara manusia satu dengan lainnya namun juga dengan semua makhluk hidup. Yang peling penting sebagai hamba Allah kita seharusnya memiliki akhlak dalam berhubungan dengan penciptanya.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa untuk melakukan sesuatu haruslah tahu bagaimana cara melakukannya. Dalam hubungan antara prestasi mata pelajaran aqidah akhlak dengan akhlak siswa, maka pelajaran akhidah akhlak adalah teorinya sedang akhlak siswa sendiri adalah aplikasinya.
Secara nalar kita dapat mengatahui seberapa baik akhlak seorang siswa dapat dilihat dari prestasi aqidah akhlaknya. Namun tidak dapat dijadikan pedoman pasti tentang hal itu. Karena tidak semua siswa yang berakhlak baik dapat menerima pelajaran dengan baik pula dan sebaliknya tidak semua yang berakhlak buruk, buruk juga dalam menerima pelajaran.



3.      Cara Mengetahui Prestasi belajar siswa
Mengetahui penguasaan materi yang telah diberikan guru terhadap siswa sangatlah penting dalam proses belajar megajar. Cara mengetahui penguasaan tersebut dapat dilakukan dengan cara penilaian yang dilakukan setelah pelajaran atau materi yang disampaika selesai.
Penilaian atau evaluasi dapat dilakukan dengan tes dan non tes. Tes ada yang telah di standarisasikan seperti tes UAS atau UN dan ada pula yang belum, seperti ulangan harian atau latihan soal setelah pelajaran selesai. Tes dapat dibedakan dalam tes lisan, tes tertulis dan tes tindakan. [26]
Penilaian tidak sama dengan pengukuran, bila pengukuran bersifat kuantitatif, maka penilaian meliputi semua aspek batas belajar. [27]
Sebelum penilaian dilakuan guru lebih dahulu menentukan sasaran atau objek penilaian. Sasaran sangat penting dalam menyusun alat evaluasi. Pada umumnya terdapat 3 sasaran pokok penilaian, yaitu:
a.       Tingkah laku
Sasaran ini mencakup sikap, minat, perhatian, dan keterampilan siswa sebagai akibat dari proses mengajar dan belajar.
b.      Isi pendidikan
Artinya penguasaan bahan pelajaran yang diberikan guru dalam proses belajar mengajar.
c.       Segi yang menyangkut proses mengajar dan belajar itu sendiri.
Disini guru mampu mengetahui apakah pengajaran yang dilakukannya telah baik.[28]
Menurut William R Lucck seperti yang dikutip Oemar Hamalik dalam bukunya Psikologi Belajar dan Mengajar penilaian hasil belajar yang berfungsi untuk mengetahui penguasaan materi pelajaran didasarkan pada asas-asas sebagai berikut:
a.       Penilaian bersifat kuantitas atau kualitas.
Penilaian kualitatif dilakukan berkenaan dengan mutu hasil belajar, sedangkan penilaian kuantitatif dilakukan berkenaan dengan banyaknya materi yang telah dipelajari.
b.      Penilaian dilaksanakan secara berkesinambungan
Penilaian ini dilakukan sejak awal  proses belajar mengajar, dilanjutkan sepanjang  proses belajar mengajar berlangsung dan diakhiri pada akhir pembelajaran. Bahkan penilaian ini juga dapat dilakukan pada tingkat pasca-pembelajaran. Kesinambungan berarti penilaian ini dilakukan setiap saat dan dimana saja berdasarkan kebutuhan dan minat.
c.       Penilaian bersifat keseluruhan
Penilaian ini  dilakukan terhadap keseluruhan aspek pribadi siswa mencakup aspek-aspek intelektual, hubungan sosial, sikap, watak, sifat kepemimpinan, hubungan personal sosial, moral tanggung jawab, ketekunan bekerja, kejujuran, kesehatan rohani dan jasmani, serta semua aktivitasnya, baik di dalam maupun di luar sekolah.
d.      Penilaian bersifat objektif
Penilaian ini dilakukan dengan ditujukan kearah pemeriksaan perkembangan dan kemajuan siswa dalam hubungan dengan pencapaian tujuan belajar.
e.       Penilaian bersifat kooperatif
Kegiatan penilaian adalah tangungjawab bersama, baik para guru, orang tua dan siswa maupun masyarakat. Jadi penilaian merupakan hasil kerjasama antara semua pihak baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah.[29]

D.   Kajian Penelitian yang Relevan
Kajian pustaka yang penulis cantumkan dalam skripsi ini adalah dari mahasiswa SETIAWS Semarang bernama Muhammad Hasyim, NIM 10710140 “Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk Akhlak Remaja Masjid” (Study Kasus Di Remaja Masjid Jami` Al-Hidayah Perum Sapta Prasetya, Kelurahan Pedurungan Kidul Semarang). [30]
Penelitian berikutnya dari mahasiswa STIAWS Semarang juga yakni ISTIQOMAH, NIM: 10810159, Judul Skripsi “Pengaruh Keteladanan Orang Tua Terhadap Minat Belajar Siswa Mata Pelajaran PAI Kelas VIII SMP Al- Wahidiyyah Karangawen Demak Tahun Pelajaran 2011/2012.[31]
Seperti yang telah di teliti oleh Agus Sholihkuddin mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Semarang tahun 2007 dengan judul “Pendidikan Agama Islam Bagi Anak di Panti Asuhan Al-Fitroh Semarang”. Dalam penelitiannya tersebut mendapatkan hasil bahwa pendidikan di panti asuhan tersebut tergolong bagus dan dapat bermanfaat bagi anak asuhnya. Dengan pendidikan Agam Islam itu anak asuh dapat tenang dalam hidupnya dan memiliki keimanan dan ketakwaan yang lebih baik.[32]
Kajian pustaka berikutnya dari Ahmad Zainal Makin dengan judul ”Urgensi Nilai-Nilai Pendidikan Islam Terhadap Pembentukan Akhlak” dalam penelitian di atas telah mendapatkan hasil bahwa Pendidikan Islam sangatlah penting dalam mengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok, terutama dalam mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran.[33]
Dari kajian pustaka diatas jelas bahwa akhlak dapat dibentuk dari berbagai segi, dari keluarga, lingkungan atau pergaulan masyarakat serta di sekolah dimana anak-anak menuntut ilmu.

E.    Pengajuan Hipotesis
Menurut ilmu statistik hipotesis adalah taksiran terhadap parameter populasi, melalui data-data sampel.  Sedangkan manurut penelitian hipotesis sendiri adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.[34]
Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis yaitu “Ada hubungan antara Prestasi Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Terhadap Akhlak Siswa Kelas V MI Bahrul Ulum Temuroso Guntur Demak Tahun Pelajaran 2012/2013”



BAB III
METODE PENELITIAN TENTANG HUBUNGAN PRESTASI
MATA PELAJARAN  AQIDAH AKHLAK  DENGAN AKHLAK SISWA KELAS V MI BAHRUL ULUM TEMUROSO GUNTUR DEMAK  
TAHUN PELAJARAN 2012/2013


A.   Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak penulis capai dalam penelitian ini antara lain:
1.      Untuk mengetahui prestasi mata pelajaran Aqidah akhlak siswa kelas V MI BAHRUL ULUM Temuroso Guntur  Demak pada tahun pelajaran 2012/2013
2.      Untuk mengetahui hubungan prestasi aqidah akhlak dengan akhlak siswa kelas V MI BAHRUL ULUM Temuroso Guntur  Demak pada tahun pelajaran 2012/2013
3.      Untuk membuktikan adanya hubungan antara prestasi mata pelajaran aqidah akhlak dengan akhlak siswa kelas V di  MI BAHRUL ULUM Temuroso Guntur  Demak pada tahun pelajaran 2012/2013

B.    Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dengan judul “Hubungan Prestasi Mata Pelajaran Akhidah Akhlak Terhadap Akhlak Siswa Kelas V MI Bahrul Ulum Temuroso Guntur Demak Tahun Pelajaran 2012/2013 ini akan dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013, redaksi pada tanggal 14 Januari – 14 Februari 2013.
Tempat penelitian redaksi MI Bahrul Ulum Temuroso Guntur Demak khususnya kelas V.
28


C.    Variabel Penelitian
Pengertian dari variable adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.[1]
Dalam penelitian ini terdapat dua variable penelitian yaitu variable bebas dan variable terikat.
1.      Variabel Independen atau Variable Bebas (x) dan Indikator
Variabel bebas merupakan variabel pengaruh atau independent variable yaitu variable yang mempunyai pengaruh atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya veriabel dependen (terikat).
Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah prestasi mata pelajaran Aqidah Akhlak kelas V semester gasal MI Bahrul Ulum Temuroso Guntur Demak Tahun pelajaran 2012/2013 yang dapat diketahui melalui nilai raport masing-masing siswa yang diteliti.
2.      Variabel Terikat  atau Variabel Dependen (y)
Variabel terikat merupakan variabel terpengaruh atau dependent variabl) yaitu variable yang menjadi pengaruh atau yang menjadi akibat karena adanya variable independent.
Variable terikatnya adalah Akhlak siswa kelas V MI bahrul Ulum Temuroso Guntur Demak taun pelajaran 2012/2013. dengan indikator:

a.       Tidak pernah melakukan pelanggaran dalam sekolah
b.      Berpakaian rapi serta sesuai ketentuan sekolah
c.       Menghormati guru
d.      Menyayangi teman sekolahnya.

D.   Populasi dan Sampel
1.      Populasi
Wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya adalah pengertian dari populasi. [2]
Populasi yang diteliti dalam skripsi ini  adalah siswa kelas 5 Semester 2 MI Bahrul Ulum Temuroso Guntur Demak tahun pelajaran 2012/2013 sejumlah 25 siswa.
2.      Sampel
Sampel pada penelitian ini diambil semua atau penelitian populasi karena jumlah populasinya hanya sedikit, yaitu 25 siswa.
Pengertian dari sample adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Dalam mengambil sample haruslah representative (mewakili).[3]
Karena populasi kurang dari 100 maka penulis menggunakan cara penelitian populasi yaitu keseluruhan populasi diteliti. Yaitu seluruh siswa kelas V MI Bahrul Ulum sebanyak 25 siswa.



E.    Teknik Pengambilan Sampel
Karena penelitian ini termasuk penelitian populasi, maka tidak perlu menetukan sample disini peneliti mengambil semua populasi untuk diteliti, atau penelitian populasi.

F.     Teknik Pengumpulan Data
Penulis menggunakan berbagai metode untuk  mengumpulkan data dalam penelitian ini, metode penelitian yang  digunakan diantaranya:
1.   Metode Observasi
“Dalam menggunakan metode ini cara yang paling  efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrument”[4]
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang keadaan MI Bahrul Ulum Temuroso Guntur Demak, seperti: jumlah kelas, fasilitas Madrasah, perpustakaan, laboratorium dan sebagainya.
2.      Metode Wawancara
Metode yang kedua yaitu metode wawancara dengan pengertian salah satu teknik pengumpulan dan pencatatan kata, informasi atau pendapat yang akan dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik langsung maupun dengan sumber data.[5] 
Metode wawancara ini digunakan penulis untuk mencari informasi pelengkap yaitu data tentang jumlah siswa dan berbagai metode pembelajaran yang sering digunakan pada MI Bahrul Ulum Temuroso Guntur Demak.


3.      Metode Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, surat kabar, majalah, notulen, agenda dan lain-lain.[6]
Metode lain digunakan  untuk  memperoleh data tentang prestasi belajar siswa kelas V Semester II MI Bahrul Ulum Temuroso Guntur Demak tahun pelajaran 2012/2013.
4.      Metode Kuesioner / Angket
Metode angket yang digunakan  adalah metode angket langsung, yaitu daftar pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mengetahui tingkatan akhlak siswa kelas V semester 2 di MI Bahrul Ulum Temuroso Guntur Demak tahun pelajaran 2012/2013.
Angket yang diberikan kepada siswa  berkaitan dengan tingkat akhlak siswa, di berikan dengan alternative jawaban, a, b, c, dan d. Dengan ketentuan sebagai berikut:
a.       Untuk jawaban a, setara dengan jawaban SELALU dengan poin 4
b.      Untuk jawaban b, setara dengan jawaban SERING dengan poin 3
c.       Untuk jawaban c, setara dengan jawaban KADANG-KADANG dengan poin 2
d.      Untuk jawaban c, setara dengan jawaban TIDAK PERNAH dengan poin 1.

G.   Teknik Analisis Data
1.      Analisis Pendahuluan
Analisis pendahuluan ini adalah analisis secara deskriptif terhadap masing-masing indikator dan variable untuk mengetahui tingkat kualitas masing-masing indicator dan variabel tersebut. Dalam analisis ini menggunakan rumus  .
Dalam penelitian ini peneliti mengecek hasil angket siswa serta memastikan semua siswa yang diteliti telah mendapatkan nilai, untuk kemudian memasukkannya kedalam tabel.
2.      Analisis Uji Hipotesis
Setelah mendapatkan semua angka diatas maka dimasukkan kedalam tabel penolong untuk menghitung hubungan nilai aqidah akhlak terhadap akhlak siswa.
Untuk mempermudah memasukkan data kedalam tabel pertolongan terlebih dahulu memasukkan nilai hasil angket pada tabel poin angket.
TABEL I
HASIL ANGKET AKHLAK SISWA KELAS V MI BAHRUL ULUM TEMUROSO GUNTUR DEMAK TAHUN PELAJARAN 2012/2013
No
Nama Siswa
No Angket dan Poin
Jml Poin
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
1
2
3
4
7
8
dst
Jumlah
Rata-rata
Kemudian dari hasil angket baru dimasukkan kedalam tabel pertolongan untuk menghitung korelasi antara nilai pelajaran aqidah akhlak terhadap akhlak siswa MI Bahrul Ulum Temuroso Guntur Demak Tahun Pelajaran 2012/2013.
TABEL II
PENOLONG UNTUK MENGHITUNG KORELASI ANTARA AQIDAH AKHLAK DENGAN AKHLAK SISWA KELAS V MI BAHRUL ULUM TEMUROSO GUNTUR DEMAK TAHUN PELAJARAN 2012/2013
No
Metode
Tanya Jawab
Pemahaman
Siswa





(x)
(y)
x
y
x2
y2
xy
1
2
3
4
5
6
7
8
dst



Setelah tabel diisi dan mendapatkan angka-angkanya maka angka-angka tersebut dimasukkan kedalam  rumus r:
Dimana :
rxy = Korelasi antara variable x dan y
x    =
y    = 
Selanjutnya untuk mengetahui atau memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan atau hasil r tersebut besar atau kecil maka dapat berpedoman dengan ketentuan seperti pada tebel r product moment. [7]




[1] Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, (Bandung; Alfabeta. Cetakan ke 12. 2007).,hlm 2
[2] Ibid .hlm. 61
[3] Ibid .,hlm. 62
[4] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta; Rineka Cipta, 2006)hlm 229
[5] Sugiyono Lok.Cit ., hlm. 54
[6] Suharsimi Artikunto, Op.Cit., hlm. 234
[7] Sugiyono, Op.Cit. hlm. 228-231

[1] Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar, (Bandung, Sinar Baru Algensindo) 2010, hlm. 9
[2] Ibid, hlm 142-143
[3] Ibid,  hlm 209.
[4] Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm 51.

[5] Ibid, hlm 142-143
[6] Departemen Agama RI, Al-qur`an dan terjemah, (Jakarta, 1971). hlm.412
[7] Depag. Al-quran dan terjemah, Jakarta : 1971,hlm.161
[8] Ibid, hlm.251
[9] Jamaal Abdur rahman, Tahapan Mendidik Anak (Teladan Rosulullah) Bandung, Irsyad Baitus Salam, 2005, hlm. 16
[10] Depag RI, op.cit, hlm.448
[11] M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, Cet. 2 (Jakarta, Rineka Cipta, 2001), hlm. 67.
[12] Syayid Ahmad Al-Hasyim, Muhtarul Ahadits Nabawi,  (Indonesia, Maktabatu Dzarul Ihya`. 1948.) hlm. 9
[13] Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar, (Bandung, Sinar Baru Algensindo) 2010, hlm. 9
[14] Nana Sudjana, Loc.Cit. hlm 111
[15] Ibid
[16] Oemar Hamalik. Op.Cit, hlm 142-143
[17] Selameto, Belajar Dan Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta) 2010, hlm. 54
[18] Ibid, hlm 55
[19] Ibid,hlm 57
[20] Ibid,hlm 58
[21]   Ibid,
[22]  Ibid,hlm 59
[23] Ibid ,hlm 60
[24] Slameto, Belajar dan factor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta, Rineka Cipta, cet ke 5 , 2010) hlm 180
[25] Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung, Sinar Baru Algensindo, 2010) hlm. 39.
[26] Nana Sudjana, Op.Cit. hlm 113-114
[27] Oemar Hamalik, Op.Cit, hlm 203
[28] Nana Sudjana, Loc Cit, hlm 112-113
[29] Oemar Hamalik, Lok.Cit, hlm204-205
[30] Muhammad Hasyim, “Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk Akhlak Remaja Masjid” (Study Kasus Di Remaja Masjid Jami` Al-Hidayah Perum Sapta Prasetya, Kelurahan Pedurungan Kidul Semarang). Skripsi S1 SETIAWS Semarang (Semarang: Perpustakaan SETIA WS Semarang, 2011)

[31] ISTIQOMAH, “Pengaruh Keteladanan Orang Tua Terhadap Minat Belajar Siswa Mata Pelajaran PAI Kelas VIII SMP Al- Wahidiyyah Karangawen Demak Tahun Pelajaran 2011/2012, Skripsi S1 SETIAWS Semarang (Semarang: Perpustakaan SETIA WS Semarang, 2012)
[32] Agus Sholihkuddin,” Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Asuh di Panti Asuhan Al-Fitroh Semarang, IAIN WS Semarang, 2007. Skripsi S1 IAIN WS Semarang ( Perpustakaan IAIN Semarang: 2007)[33] Ahmad Zainal Makin, Urgensi Nilai-Nilai Pendidikan Islam Terhadap Pembentukan Akhlak, SETIA WS, 2009, Skripsi S1 SETIAWS Semarang (Semarang: Perpustakaan SETIA WS Semarang, 2009)

[34] Sugiyono, Statistik Untuk Penelitian, (Bandung; Alfabeta. C12. 2007) hlm 84.

[1] MTs Amal Shaleh P. Simalingkar Medan, http://aqidahakhlak4mts.wordpress.com/2011/12/01/

[2] ibid
[3]  Dean_Winchester , http://id.shvoong.com/social-sciences/education/
[4] Departemen Agama RI, Al-qur`an dan terjemah, (Jakarta, 1971)hlm 436