Senin, 06 April 2015

BUDI PEKERTI

Budi pekerti terdiri dari dua kata yaitu Budi dan Pekerti. Budi yang berarti sadar atau yang menyadarkan atau alat kesadaran. pekerti berarti kelakuan.
Secara etimologi Jawa budi berarti nalar, pikiran atau watak. sedangkan pekerti berarti penggawean, watak, tabiat atau akhlak.
dalam bahasa Sanskerta Budi berasal dari kata Budh, yaitu kata kerja yang berarti sadar, bangun , bangkit (kejiwaan). Budi adalah penyadar, pembangun, pembangkit. budi adalah ide-ide. Pekerti dari akar kata kr yang berati bekerja, berkarya, berlaku, bertindak (keragaan). pekerti adalah tindakan-tindakan. 
Ada juga yang berpendapat  bahwa budi pekerti atau moral dalam pengartian yang terluas adalah pendidikan. dengan kata lain budi pekerti mempelajari arti diri sendiri (kesadaran diri) dan penarapan dari arti itu dalam bentuk tindakan. penerapan tindakan berarti memperoleh pengalaman  dunia nyata atau lingkungan hidup yang dangat berperan dalam pembelajaran budi pekerti.[1] 
Membahas tentang budi pekerti yang berada di Indonesia sebenarnya tidaklah jauh berbeda dengan konsep kepribadian seutuhnya yang hendak di bangun oleh bangsa Indonesia, hanya berbeda  dalam nilai-nilai yang membentuknya. Disini budi pekerti  di bentuk dari nilai-nilai agama Islam.
Adapun prinsip ajaran budi pekerti yang harus dipertahankan bagi setiap pribadi remaja menurut Al-Qur`an yaitu:
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä Ÿw öyó¡o ×Pöqs% `ÏiB BQöqs% #Ó|¤tã br& (#qçRqä3tƒ #ZŽöyz öNåk÷]ÏiB Ÿwur Öä!$|¡ÎS `ÏiB >ä!$|¡ÎpS #Ó|¤tã br& £`ä3tƒ #ZŽöyz £`åk÷]ÏiB ( Ÿwur (#ÿrâÏJù=s? ö/ä3|¡àÿRr& Ÿwur (#rât/$uZs? É=»s)ø9F{$$Î/ ( }§ø©Î/ ãLôœew$# ä-qÝ¡àÿø9$# y÷èt/ Ç`»yJƒM}$# 4 `tBur öN©9 ó=çGtƒ y7Í´¯»s9'ré'sù ãNèd tbqçHÍ>»©à9$# ÇÊÊÈ   (الحجرة:١ ١)

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman  dan barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang zalim.” (QS Al-Hujaraat: 11)[2]

Dalam pembentukan budi pekerti tidaklah berlangsung secara berangsur-angsur, namun juga tidak juga sekali jadi, melainkan sesuatu yang berkembang dan mengalami proses. Oleh karena itu proses pembentukan budi pekerti merupakan sebuah proses yang perlu dikembangkan untuk mewujudkan insan yang tahu diri terhadap diri sendiri. Proses tersebut bisa dilakukan dengan cara mendidik, atau dalam kontek pendidikan, bisa pendidikan formal maupun informal.
Budi pekerti disebut harmonis kalau segala aspek yang berkaitan dengan tugas kemanusiaannya seimbang. Pada segi lain budi pekerti yang harmonis dapat dikenal dengan adanya keseimbangan antara individu dengan pengaruh lingkungannya.
Budi pekerti hendaknya dibangun berdasarkan atas prinsip-prinsip religius yang luhur yang selalu berkaitan dengan ciri-ciri yang dikehendaki bagi pribadi insan muslim.
a.       Membangun Budi Pekerti Siswa
Mengasuh, membesarkan, mendidik dan membimbing anak merupakan suatu tugas yang sangat mulia yang tidak terlepas dari berabagai halangan dan tantangan. Oleh sebab itu orang tua maupun pendidik banyak yang membekali diri dengan pengetahuan khusus yang bersangkutan dengan agama Islam untuk menangani hal tersebut.
Dalam mendidik anak dan mengajar bukanlah hal yang mudahm bukan pekerjaan yang dapat dilakukan secara serampangan dan bukan pula yang bersifat sampingan. Mendidik anak sama kedudukannya dengan kewajiban dan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi setiap muslim yang mengaku dirinya memeluk agama Islam.[3]
Perintah mendidik anak dan keluarga langsung datang dari Allah SWT melalui (QS. At-tahriim: 6)
tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR $ydߊqè%ur â¨$¨Z9$# äou$yfÏtø:$#ur $pköŽn=tæ îps3Í´¯»n=tB ÔâŸxÏî ׊#yÏ© žw tbqÝÁ÷ètƒ ©!$# !$tB öNèdttBr& tbqè=yèøÿtƒur $tB tbrâsD÷sムÇÏÈ (التحريم : ۶)
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-tahriim: 6)[4]

Budi pekerti merupakan aspek sebab hidup atau kepribadian hidup manusia dalam arti bagaimana sistem norma yang mengatur hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan sesamanya itu menjadi sikap hidup dan kepribadian hidup manusia dalam menjalankan sistem kehidupannya yang dilandasi oleh akidah yang kokoh.
Disini telah jelas bagaimana pentingnya pendidikan Islam dan menanamkan keyakinan (Akidah) dan penghayatan yang menetap dan melekat dalam hati yang berfungsi sebagai pandangan hidup untuk selanjutnya diwujudkan dan memancar dalam sikap hidup, perkataan dan amal perbuatan dalam segala aspek kehidupan sehari-hari.
Tidak semua aspek pribadi manusia adalah diwariskan dari orang tuanya. Hal-hal yang tidak diwariskan meliputi beberapa aspek, baik materiil pertumbuhan fisik, maupun mental. Dari sifat-sifat genetis yang dimiliki,  individu dapat saja menjadi orang yang pemurung, periang, pendiam, lamban, ataupun cerdas. Akan tetapi keadaan fisik dan mental seperti penyakit, kelemahan, kemiskinan, kegagalan atau kemalasan tidak dapat diwariskan, melainkan diperoleh dari pendidikan.[5]

عن على ر ض قال : قال رسول الله ص م :اَدِّبُوا اَوْلاَدَكُمْ عَلَى ثَلاَثِ خِصَلِ.حُبٌّ نَبِيِّكُمْ ,وَحُبُّ اَهْلِ َيْتِهِ , وَقِرَأَتِ القُرْاَنِ , فَإِنَّ حَمَلَة القُرْانِ فِى ظلِّ اللهِ , يَوْمَ لاَ ظِلَّ الاَّ ظِلُّهُ مَعَ أَنْبِيَائِهِ وَاَصْفِيَا ئِهِ  (روه الديلمي عن علي)

“diriwayatkan dari Ali ra. Rosulullah SAW berkata: Didiklah anak-anakmu atas tiga perkara: mencintai Nabi-mu, mencintai ahli rumahmu, dan membaca Al-Quran, karena sipenghafal Al-Qur`an didalam naungan Allah SWT pada hari dimana tidak ada naungan selain naungan-Nya beserta Nab-nabi-Nya dan orang-orang suci-Nya. (HR. Dailami)[6]

Disini sebagai pendidik atau orang tua diharapkan untuk mengajar dengan penuh kasih sayang dan cinta kasih. Dengan adanya pendidikan Islam  terutama pelajaran aqidah akhlak kita bisa mengarahkan kepada hal-hal positif untuk menuju sasaran seorang muslim  yang melakukan kewajibannya kepada Allah SWT.



[2] Departemen Agama RI, Al qur`an dan terjemah (Bandung: Diponegoro, 2006), hlm.412
[3] Jamaal Abdur rahman, Tahapan Mendidik Anak (Teladan Rosulullah) Bandung, Irsyad Baitus Salam, 2005, hlm. 16
[4] Departemen Agama RI, op.cit, hlm.448
[5] M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, Cet. 2 (Jakarta, Rineka Cipta, 2001), hlm. 67.
[6] Syayid Ahmad Al-Hasyim, Muhtarul Ahadits Nabawi,  (Indonesia, Maktabatu Dzarul Ihya`. 1948.) hlm. 9

Tidak ada komentar:

Posting Komentar