Film pada hakekatnya
merupakan penemuan baru dalam interaksi belajar mengajar yang mengkombinasikan dua macam indera pada saat
yang sama. “Film adalah serangkaian gambar yang diproyeksikan ke layar dengan
kecepatan tertentu sehingga menjadi urutan yang berjalan terus sehingga
mengambarkan pergerakan yang nampak normal”.[1]
Media film dalam
jenis media pembelajaran digolongkan kepada media slide atau filmstrip.
Perbedaan keduanya adalah terletak pada runtutan gambar, dimana slide adalah
media dengan gambar yang diam sedangkan film berupa gambar yang saling
berkaitan sehingga dapat terlihat bergerak.
“Dengan demikian
media slide adalah media belajar yang tergolong dalam gambar diam sedangkan
media film adalah media pada golongan gambar gerak yang diiringi musik atau
suara (audio)”.[2]
Dari penjelasan
diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian dari media film adalah media yang
memperlihatkan gambar bergerak diiringi dengan suara atau musik (audio). Dalam
pembahasan kali ini ditekankan kepada penggunaan media film dalam proses
pembelajaran.
8
|
Proses belajar
mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum
suatu lembaga pendidikan, agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan.
Pengertian dari belajar atau leraning adalah: “Are relatively permanent chang in
response potentiality which occurs as a result of reinforced practice”[3]
maksudnya adalah, bahwa belajar menghasilkan perubahan perilaku anak didik yang
relative permanent.
Pembelajaran
Menurut Syeh Musthofa Al-Gholayani :
اَلتَّرْبِيَةُ
هِىَ غَرْسُ الاَحْلاَقُ اَلْفَاضِلَةِ فِى نُفُوسِ النَّاشِئِيْنَ، وَسَقْيُهَا
بِمَاءِ الاَرْشَادَ وَالنَّصِحَةَ، حَتَّى تَصْبِحَ مَلَكَةً مِنْ مَلَكَاتٍ
النَّفْسٍ
Pendidikan
adalah: pembentukan akhlak yang utama, dalam hati-hati manusia sehingga
menjadikan sifat-sifat yang utama dari sifat nafsu amarah.[4]
Dari uraian diatas
dapat kita ketahui bahwa keadaan individu siswa satu dengan lainnya dengan berbagai masalah yang mereka hadapi di
sekolah maupun lingkungan luar sekolah menjadikan pengaruh besar terhadap minat
belajar siswa.
1.
Kelebihan dan kekurangan media
film
Sebagai guru tidak
boleh asal dalam menggunakan medis belajar, karena tidak semua media pengajaran
baik digunakan untuk semua materi pelajaran. Setiap media ada kelebihan dan
kekurangannya, sehingga sebagai guru hendaknya mampu memilih media yang cocok
terhadap materi yang hendak disampaikan.
Dalam memilih media
belajar sebaiknya guru memperhatikan kriteria-kriteria diantaranya: Ketepatan
dengan tujuan pengajaran, artinya media pengajaran dipilih sesuai dengan dasar
tujuan-tujuan instruksional yang telah
ditetapkan. Dukungan terhadap isi bahan pengajaran, karena pelajaran yang
bersifat fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sangat memerlukan media. Kemudahan
memperoleh media, media yang hendak digunakan mudah didapatkan oleh guru atau
setidaknya mudah dibuat. Keterampilan guru dalam mempergunakan, guru yang
hendak mempergunakan media seharusnya menguasai cara penggunaannya. Karena hal
tersebut sebagai dasar keberhasilan penggunaan media. Tersedia waktu untuk
mempergunakannya, karena persiapan media tidak akan berguna ketika tidak ada
waktu untuk menggunakan madia tersebut dalam pembelajaran. Sesuai dengan taraf
berfikir siswa, maksudnya film yang digunakan harus disesuaikan dengan usia
atau jenjang pendidikan. Karena tidak semua media dapat dipahami oleh semua
umur.[5]
a. Kelebihan Media Film
Seperti
penjelasan diatas bahwa setiap media pelajaran memiliki kelebihan dan
kekurangan dalam penggunaannya sesuai dengan pada materi apa media tersebut
digunakan. Media film merupakan media yang modern, disini siswa disuguhkan
adegan-adegan atau gambar bergerak dengan diiringi audio. Sehingga media ini
sangat merangsang penglihatan dan pendengaran siswa.
Media film
memiliki kemampuan atau kelebihan ketika digunakan sebagai media dalam proses
belajar mengajar di sekolah, diantaranya:
1)
Memungkinkan siswa untuk mengetahui dengan jelas dan nyata tentang suatu
kejadian atau sejarah.
2)
Dapat merangsang siswa untuk melihat cerita dengan film di kemudian hari.
3)
Siswa lebih mudah mengingat jalan cerita karena anak-anak lebih suka
film.
4)
Warna yang dibuat dengan meriah membuat siswa tertarik pada cerita.
5)
Dengan gambar yang bergerak dan audio menjadikan siswa lebih mudah
mengingat suatu kejadian atau peristiwa yang sebenarnya dalam sebuah cerita.[6]
Dengan media
film jelas bahwa materi pelajaran lebih menarik dan terlihat nyata, sehingga
antara siswa satu dengan lainnya tidak
terdapat perbedaan persepsi suatu kejadian atau peristiwa dalam materi
pelajaran.
Alasan
berkenaan dengan manfaat madia pengajaran adalah:
1) Pengajaran akan lebih
menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa,
2) Bahan pengajaran akan
lebih jelas maknanya sehingga lebih dapat mudah dipahami siswa, dan
memungkinkan siswa dapat memahami tujuan pengajaran dengan lebih baik.
3) Metode pengajaran akan
lebih bervariatif, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan
kata-kata oleh guru saja, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan
tenaga, apalagi untuk guru kelas yang mengajar seharian penuh.
4) Siswa akan lebih banyak
melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, namun
juga aktivitas lain seperti: mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain
sebaginya.[7]
Pada
mulanya media hanya berfungsi sebagai
alat bantu yang memperlancar dan mempertinggi proses belajar mengajar. Dalam
usaha memanfaatkan media sebagai alat bantu ini Edgar Dale membuat
klasifikasi pengalaman menurut tingkat dari yang paling kongkret sampai yang
paling abstrak, klasifikasi tersebut dikenal dengan nama kerucut pengalaman (cone
of experience)
Gambar. Kerucut Pengalaman E. Dale
Dalam hal ini media dapat membantu proses
berfikir kongkret dan abstrak karena memiliki nilai praktis sebagai berikut:
1) Membuat kongkret konsep
yang abstrak, misalnya dalam menjelaskan tentang sejarah baik sejarah nasional
atau islam.
2) Membawa karakter tokoh
sejarah kedalam ruang kelas dengan menggunakan film tersebut.
3) Menampilkan suasana yang
lampau atau sekarang sudahtidak ada lagi..
4) Menampilkan suasana
imajinasi keadaan dimasa mendatang.
5) Mengamati gerakan yang
terlalu cepat, misalnya: gerakan fotografi (shoting) dengan gerak lambat.
6) Memungkinkan siswa
berinteraksi langsung dengan lingkungannya.
7) Memungkinkan keseragaman
pengamatan dan persepsi bagi pengalaman belajar siswa.
8) Memberikan kesan
perhatian individual untuk seluruh kelompok belajar.
9) Menyampaikan informasi
belajar secara konsisten dan dapat diulang atau disimpan sesuai kebutuhan.
10) Menyampaikan pesan atau
informasi belajar secara serempak, mengatasi batasan waktu maupun ruang.
Menurut Badura
dan Waters seperti yang dikutip Slameto dalam bukunya Belajar dan
faktor yang mempengaruhinya, penguasaan tingkah laku atau response baru
pertama-tama adalah hasil dari peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam waktu
yang bersamaan (kontiguitas) yang diamati. Kuat lemahnya response itu
bergantung pada penguatan (reinforcement).[9]
Menurut teori
ini, yang penting adalah bagaimana response itu mula-mula dipelajari. Proses
tersebut akan lebih jelas dengan memperhatikan 3 macam pengaruh yang berbeda
dari pengalaman (observasi) dan peniruan.
Jenis pengaruh yang berbeda dari
pengalaman adalah:
1) Modeling effect
Dengan jalan mengamati dan
meniru, siswa menghubungkan tingkah laku dari model dengan response yang baru
bagi dirinya, response yang pertama kali dilakukannya. Jelas, model itu harus menunjukkan
tingkah laku yang baru bagi siswa tetapi dapat dilakukan oleh siswa tersebut.
2) Disinhibitory effect
Dengan mengamati dan meniru suatu
model, seorangsiswa dapat memperlemah atau memperkuat response-response
terlarang yang telah dimiliki. Pada umumnya, tingkah laku agresif tidak
dibenarkan, terlarang. Kalau siswa mengamati model yang menunjukkan tingkah
laku agresif, maka larangan itu diperlemah dan akibatnya siswa tidak saja akan
melakukan tingkah laku agresif lainnya.
3) Eliciting effect
Dengan mengamati dan meniru suatu
model, siswa menghubungkan tingkah laku dari model dengan response-response
yang telah dimilikinya. Dengan begitu response-response itu ditimbulkan.
Misalnya kerja bakti, memberikan uang derma, makan makanan yang biasanya tidak
dipilih.[10]
b. Kekurangan media film
Sebagai media
belajar, film juga memiliki kelemahan, kelemahan tersebut diantaranya:
1) Tidak baik digunakan
untuk materi yang menceritakan tentang Allah SWT dan nabi Muhammad SAW karena
dapat menimbulkan salah pengertian siswa, hal ini dikarenakan keduanya tidak
dapat digantikan oleh siapa dan apapun untuk menghindari presepsi atau anggapan
yang tidak sesuai dengan keadaan aslinya, baik Allah SWT maupun Nabi Muhammad
SAW.
2) Media film jika
digunakan untuk aplikasi gerakan senam atau tari akan menghasilkan gerakan yang
terbalik. Sehingga perlu penjelasan khusus dalam menggunakan media film dalam
latihan tari atau senam.
2.
Manfaat menggunakan media film
Tidak semua film
dapat digunakan sebagai media dalam belajar, secara garis besar cirri film yang
dapat dipergunakan dalam media belajar adalah: menarik perhatian siswa, menarik
minat siswa dan autentik, up to date, sesuai dengan tingkat kematangan anak,
bahasanya baik dan tepat, mendorong keaktifan siswa.
Dalam menggunakan
media film pada pembelajaran sangat banyak sekali manfaat yang didapatkan,
terutama:
a. Mengembangkan pikiran
dan pendapat para siswa
b. Menambah daya ingat pada
pelajaran
c. Mengembangkan daya
fantasi anak didik
d. Menumbuhkan minat dan
motivasi belajar.
e. Mengatasi pembatasan dalam
jarak waktu
f. Memperjelas hal-hal yang
abstraks
Banyak sekali manfaat
dan keunggulan media film, namun semua itu tidak akan bermanfaat dengan baik
apabila tidak didukung dengan kemampuan guru dalam menggunakan media
tersebut. Untuk menjadi guru yang
standar para peneliti dari Departemen Pendidikan Amerika memberikan gambaran
guru yang baik dengan ciri sebagai berikut:
a.
Selalu menjadikan masyarakat
sekolah menjadi tempat yang paling baik bagi anak-anak muda.
b. Mereka yakin akan
manfaat pekerjaannya dan senantiasa meningkatkan kualitas pekerjaannya tersebut.
c. Mereka memiliki seni
dalam hubungan manusiawi yang diperolehnya tentang bekerjanya psikologi,
biologi, dan antropologi kultural di dalam kelas.
d. Mereka berkeinginan
untuk terus tumbuh. Dan mereka juga yakin dibawah pengaruhnya sumber-sumber
manusia dapat berubah nasibnya.
Langkah-langkah yang diperlukan dalam menggunakan media film
adalah:
a. Langkah persiapan guru
Pada langakah ini guru menetapkan
tujuan yang akan dicapai dari pengunaan film sehubungan dengan pelajaran yang
akan dijelaskan melalui film tersebut.
b. Langkah persiapan kelas
Pada langkah kedua ini bukan
hanya menyiapkan perlengkapan yang
dibutuhkan untuk pemutaran film saja, tetapi juga persiapan siswa agar dapat
mengikuti, mencatat, menganalisa, mengeritik dan lain sebagainya dari isi film
pendidikan tersebut.
c. Langkah penyajian film
Penyajian film dapat diputar
ulang, bisa pula diputar dengan kecepatan rendah, bila terdapat hal-hal yang
sangat penting untuk dianalisis.
d. Langkah lanjutan dan
aplikasi
Sesudah pemutaran film perlu
adanya kegiatan belajar sebagai tindak lanjut dari penggunaan film tersebut,
misalnya diskusi, laporan, tes, atau tugas lain.[12]
[1] Nana
Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar mengajar, Sinar Baru Algensindo, 2010, hlm102
[2]
Nana Sudjana, op. cit, hlm116
[3]
Elaine B. Johnsons, Contextual teaching & Leraning,( California:
Corwin Press, 2002) hlm. 18.
[4]
Syaih Musthofa Al-golayani. `Idhotunnasyi`ina,(Pekalongan:Raja Murah,
1913) hlm. 189.
[5] Ibid,
hlm. 4-5
[6]
Ibid, hlm. 116-117
[7]
Nana Sudjana, op.cit, hlm 2
[8]
Materi inservice training KKG-MGMP 2001, Media Pembelajaran, Departemen
Agama RI, 2001, hlm 177-178
[9]
Slameto, Belajar Dan Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta , Rineka Cipta, 2010, hlm.21
[10] Ibid,
hlm 22
Tidak ada komentar:
Posting Komentar