BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut bahasa, kata aqidah berasal dari bahasa Arab yaitu [عَقَدَ-يَعْقِدُ-عَقْدً] artinya adalah mengikat atau mengadakan perjanjian.
Sedangkan Aqidah menurut istilah adalah urusan-urusan yang harus dibenarkan
oleh hati dan diterima dengan rasa puas serta terhujam kuat dalam lubuk
jiwa yang tidak dapat digoncangkan oleh badai subhat
(keragu-raguan). Dalam definisi yang lain disebutkan bahwa aqidah
adalah sesuatu yang mengharapkan hati membenarkannya, yang
membuat jiwa tenang tentram kepadanya dan yang menjadi kepercayaan
yang bersih dari kebimbangan dan keraguan.[1]
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat
dirumuskan bahwa aqidah adalah dasar-dasar pokok kepercayaan atau
keyakinan hati seorang muslim yang bersumber dari ajaran Islam yang
wajib dipegangi oleh setiap muslim sebagai sumber keyakinan
yang mengikat.
1
|
Sementara kata “akhlak” juga berasal dari bahasa Arab, yaitu [خلق] jamaknya [أخلاق] yang
artinya tingkah laku, perangai tabi’at, watak, moral atau budi
pekerti. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, akhlak dapat
diartikan budi pekerti, kelakuan. Jadi, akhlak merupakan sikap yang telah
melekat pada diri seseorang dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah
laku atau perbuatan. Jika tindakan spontan itu baik menurut pandangan akal
dan agama, maka disebut akhlak yang baik atau akhlaqul karimah,
atau akhlak mahmudah. Akan tetapi apabila tindakan spontan itu
berupa perbuatan-perbuatan yang jelek, maka disebut akhlak tercela atau akhlakul
madzmumah.[2]
Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga,
masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan
yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk
mempersiapkan peserta didik didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai
lingkungan belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal, non formal dan
informal di sekolah dan di luar sekolah. Maka dari itu peranan guru sangatlah
penting karena dengan belajar pendidikan agama di sekolah Madrasah Aliyah siswa
dapat bertingkah laku dengan baik agar tidak terjerumus ke dalam pergaulan
bebas.
Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia menurut UU Nomor 20 Tahun
2003 Pasal 1 ayat (2) disebutkan bahwa suatu pendidikan Nasional adalah
pendidikan yang berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar yang berakar pada
nilai-nilai gama, kebudayaan Nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan
zaman. Tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan aqidah akhlak merupakan bagian
integral dari system pendidikan Nasional.
Kegiatan belajar aqidah akhlak terhadap perilaku siswa adalah
salah satu kegiatan yang harus dilakukan dan diterapkan kepada siswa, agar
siswa tersebut tidak terpengaruh oleh dunia bebas dan pergaulan bebas. Dengan
demikian manfaat belajar pedidikan aqidah akhlak sangatlah penting dan sangat
diperlukan untuk membimbing dan membina siswa agar memahami dan mengetahui
manfaat belajar aqidah.[3]
Manfaat belajar pendidikan aqidah akhlak di madrasah merupakan
bagian tersendiri dari pendidikan. Agama merupakan faktor yang menenukan
prilaku/watak dan kepribadian siswa sehingga siswa dapat memotifasi untuk
mempraktekkan nilai-nilai keyakinan keagamaan (aqidah) dan akhlakul karimah
(akhlak) dalam kehidupan sehari-hari, agar anak mempunyai perilaku dengan baik.
Anak didik diharapkan dapat memperhatikan manfaat pendidikan pelajaran aqidah
akhlak sebagai control dalam kehidupan sehari-hari seerti sabda Nabi Muhammad
SAW.
Dewasa ini dengan adanya pengaruh perkembangan teknologi membawa
dampak negatif terhadap skhlak siswa, terbukti banyak siswa di MI Bahrul Ulum
Temuroso Guntur Demak yang kurang memperhatikan akhlak, terutama dengan guru
atau orang tua, budaya jawa yang menggunakan bahasa krama kepada orang tua
kiranya sekarang perlahan ditinggalkan oleh anak-anak.
Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah
bagaimana cara terbaik dalam upaya pembinaan anak agar menjadi anak yang baik.
Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Hasyr ayat 7 bahwa kita agar selalu
mengikuti rasulullah SAW begitu juga dengan mendidik anak :
!$¨B uä!$sùr& ª!$# 4’n?tã ¾Ï&Î!qß™u‘ ô`ÏB È@÷dr& 3“tà)ø9$# ¬Tsù ÉAqß™§=Ï9ur “Ï%Î!ur 4’n1öà)ø9$# 4’yJ»tGuŠø9$#ur ÈûüÅ3»|¡yJø9$#ur Èûøó$#ur È@‹Î6¡¡9$# ö’s1 Ÿw tbqä3tƒ P's!rߊ tû÷üt/ Ïä!$uŠÏYøîF{$# öNä3ZÏB 4 !$tBur ãNä39s?#uä ãAqß™§9$# çnrä‹ã‚sù $tBur öNä39pktX çm÷Ytã (#qßgtFR$$sù 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# ( ¨bÎ) ©!$# ߉ƒÏ‰x© É>$s)Ïèø9$# ÇÐÈ (الحشر:٧)
Apa
saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta
benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk
rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang
dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya
saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. dan apa
yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Amat keras hukumannya. )QS. Al-Hasyr : 7([4]
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, permasalahan penelitian
dapat diidentifikasikan antara lain sebagai berikut:
1. Rendahnya prestasi Aqidah Akhlak siswa MI Bahrul Ulum.
2. Kurangnya siswa dalam beretika terhadap guru, orang tua dan
teman-temannya.
3. Perlunya peningkatan akhlak guna menciptakan generasi muda yang
beretika sesuai dengan ajaran agama dan aturan masyarakat.
C. Pembatasan Masalah
Agar tidak terjadi kesalahpahaman antara penulis dan pembaca serta
untuk memfokuskan penelitian, maka pembatasan masalah perlu di tentukan.
Pembatasan masalah dalam skripsi ini adalah:
1. Prestasi mata pelajaran Aqidah Akhlak adalah nilai yang didapatkan
siswa pada mata pelajaran akhidah akhlak yang tercantum dalam buku raport
semester gasal tahun pelajaran 2012-2013.
2. Akhlak siswa adalah tingkah laku siswa di sekolah maupun diluar
sekolah.
D. Perumusan Masalah
Permasalahan yang hendak
diangkat dalam skripsi ini adalah:
1. Bagaimana prestasi mata pelajaran Aqidah akhlak siswa kelas V MI
BAHRUL ULUM Temuroso Guntur Demak pada tahun pelajaran 2012/2013?
2. Bagaimana akhlak siswa kelas V MI BAHRUL ULUM Temuroso
Guntur Demak pada tahun pelajaran 2012/2013?
3. Apakah ada hubungan antara prestasi mata pelajaran aqidah akhlak
dengan akhlak siswa kelas V di MI BAHRUL ULUM Temuroso Guntur Demak
pada tahun pelajaran 2012/2013?
A. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak penulis capai dalam penelitian ini antara lain:
1. Untuk mengetahui prestasi mata pelajaran Aqidah akhlak siswa kelas
V MI BAHRUL ULUM Temuroso Guntur Demak pada tahun pelajaran 2012/2013
2. Untuk mengetahui akhlak siswa kelas V MI BAHRUL ULUM Temuroso
Guntur Demak pada tahun pelajaran 2012/2013
3. Untuk mengetahui hubungan antara prestasi mata pelajaran aqidah
akhlak dengan akhlak siswa kelas V di MI BAHRUL ULUM Temuroso
Guntur Demak pada tahun pelajaran 2012/2013.
E. Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika penulisan skripsi dengan judul ”Hubungan Prestasi Mata
Pelajaran Aqidah Akhlak Dengan Akhlak Siswa Kelas V MI Bahrul Ulum Temuroso
Guntur Demak Tahun Pelajaran 2012/2013”ini terbagi dalam tiga
bagian yakni bagian muka (Preliminery), bagian isi (Body Text) dan bagian akhir
(Complement).
Pada bagain muka berisi : Halaman Judul, Abstraksi, Halaman Nota
Pembimbing, Halaman Pengesahan, Halaman Motto, Halaman Persembahan, Halaman
Kata Pengantar, Daftar Tabel, Grafik, Diagram, Denah Gambar, dan Daftar Isi.
Sedangkan pada bagaian isi berisi lima (5) bab, yaitu:
Bab I Pendahuluan, dalam bab ini berisi mengenai latar belakang
masalah, perumusan masalah, penegasan istilah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, serta sistematika penulisan skripsi.
Bab II membahas tentang prestasi belajar aqidah akhak dan akhkak
siswa. Dalam bab II ini juga menguraikan tentang beberapa kajian penelitian
yang relevan serta kerangka teori.
Bab III berisi metode penelitian Hubungan Prestasi Mata Pelajaran
Aqidah Akhlak dengan Akhlak Siswa Kelas V MI Bahrul Ulum Temuroso Guntur Demak
Tahun Pelajaran 2012/2013. Dalam bab ini membahas tentang tujuan penelitian,
waktu dan tempat penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel, teknik
pengambilan sampel, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.
Pada bab IV berisi analisi tentang hubungan prestasi belajar
aqidah akhlak serta akhlak siswa di MI Bahrul Ulum Temuroso Guntur Demak Tahun
Pelajaran 2012/2013. Didalamnya penulis menjabarkan tentang gambaran umum MI
Bahrul Ulum, prestasi aqidah akhlak, serta hubungan prestasi aqidah akhlak
dengan akhlak siswa kelas V MI Bahrul Ulum Temuroso Guntur Demak Tahun
Pelajaran 2012/2013.
Bab terakhir atau bab V disebut bab penutup. Dalam bab ini
peneliti menulis kesimpulan dari penelitian yang mengacu pada permasalahan yang
telah di tulis di depan, selain itu dalam bab ini juga ditulis saran dan
penutup laporan.
Pada bagian terakhir berisi tentang daftar pustaka yaitu berbagai
buku sumber dalam pembuatan skripsi ini serta beberapa lampiran.
BAB I
I
PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK
DAN AKHLAK SISWA
A. Prestasi
Belajar Mata Pelajaran Akhidah Akhlak
1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi adalah tingkatan-tingkatan sejauh mana siswa dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut SC Utami Munandar
seperti yang dikutib Oemar Hamalik prestasi merupakan perwujudan dari bakat dan
kemampuan. Prestasi yang sangat menonjol dalam salah satu bidang mencerminkan
bakat yang unggul dalam bidang tersebut.[1]
Dari pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa prestasi adalah
tingkatan-tingkatan sejauh mana siswa dapat mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sesuai bakat dan kmampuan dalam belajar. Atau dengan kata lain
prestasi adalah perwujudan dari bakat dan kemampuan seseorang individu
yang merupakan hasil dari interaksi dengan lingkungan dan melalui pengalaman,
yang menyebabkan seseorang mempunyai kemampuan lebih dari teman-temannya.
2. Prestasi Belajar Aqidah Akhlak
Prestasi belajar Aqidah Akhlak berarti penguasaan pengetahuan atau
keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran Aqidah Akhlak yang lazim
ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan guru.
8
|
Untuk mengetahui seberapa jauh penguasaan materi siswa terhadap
pelajaran yang telah disampaikan pengajar, maka diperlukan evaluasi atau
penilaian. Penilaian terhadap kemampuan siswa idealnya menggunakan pengukuran
intelegensi atau potensi yang dimilikinya.[2]
Evaluasi dapat memberikan motivasi bagi guru dan siswa, mereka
akan semakin giat belajar, meningkatkan proses berfikirnya. Guru harus memiliki
pengertian evaluasi ini, mendalami tujuan, kegunana dan macam betuk evaluasi.
Evaluasi tidak hanya dapat menggambarkan kemajuan siswa, prestasi,
hasil rata-ratanya, tetapi juga dapat menjadi bahan umpan balik bagi guru
sendiri. Dengan umpan balik guru dapat meneliti dirinya dan berusaha
memperbaiki dalam perencanan maupun teknik penyajian dalam pembelajarannya.
Dalam evaluasi akhir pengajaran terhadap tercapainya
tujuan-tujuan aspek pengetahuan perlu dilakukan secara terpisah. Untuk
penilaian pengetahuan dapat kita gunakan pengujian sebagai berikut:
a. Tekhnik penilaian aspek pengenalan.
b. Tekhnik penilaian recall atau mengingat kembali
c. Tekhnik penilaian tingkat pemahaman.[3]
“Ruang lingkup materi yang harus di kuasai oleh
siswa adalah materi yang tercantum dalam GBPP. Bila memungkinkan
siswa dapat diberi program pengayaan baik secara horizontal maupun vertical
dari meteri yang dipelajarinya”.[4]
Evaluasi dapat memberikan motivasi bagi guru dan siswa, mereka
akan semakin giat belajar, meningkatkan proses berfikirnya. Guru harus memiliki
pengertian evaluasi ini, mendalami tujuan, kegunana dan macam betuk evaluasi.
Evaluasi tidak hanya dapat menggambarkan kemajuan siswa, prestasi,
hasil rata-ratanya, tetapi juga dapat menjadi bahan umpan balik bagi guru
sendiri. Dengan umpan balik guru dapat meneliti dirinya dan berusaha
memperbaiki dalam perencanan maupun teknik penyajian dalam pembelajarannya.
Untuk mengetahui seberapa jauh penguasaan materi siswa terhadap
pelajaran yang telah disampaikan pengajar, maka diperlukan evaluasi atau
penilaian. Penilaian terhadap kemampuan siswa idealnya menggunakan pengukuran
intelegensi atau potensi yang dimilikinya.[5]
Dengan demikian prestasi mata pelajaran aqidah akhlak adalah hasil
belajar siswa setelah melaksanakan serangkaian pembelajaran yang ditunjukkan
dengan nilai.
B. Akhlak
siswa
1. Akhlak
Membahas tentang akhlak yang berada di
Indonesia sebenarnya tidaklah jauh berbeda dengan konsep kepribadian seutuhnya
yang hendak di bangun oleh bangsa Indonesia, hanya berbeda dalam
nilai-nilai yang membentuknya. Disini
akhlak di bentuk dari nilai-nilai agama Islam.
Adapun prinsip ajaran akhlak yang harus dipertahankan bagi setiap pribadi
remaja menurut Al-Qur`an yaitu:
$pkš‰r'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä Ÿw öy‚ó¡o„ ×Pöqs% `ÏiB BQöqs% #Ó|¤tã br& (#qçRqä3tƒ #ZŽöyz öNåk÷]ÏiB Ÿwur Öä!$|¡ÎS `ÏiB >ä!$|¡ÎpS #Ó|¤tã br& £`ä3tƒ #ZŽöyz £`åk÷]ÏiB ( Ÿwur (#ÿrâ“ÏJù=s? ö/ä3|¡àÿRr& Ÿwur (#râ“t/$uZs? É=»s)ø9F{$$Î/ ( }§ø©Î/ ãLôœew$# ä-qÝ¡àÿø9$# y‰÷èt/ Ç`»yJƒM}$# 4 `tBur öN©9 ó=çGtƒ y7Í´¯»s9'ré'sù ãNèd tbqçHÍ>»©à9$# ÇÊÊÈ (الحجرة:١
١)
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi
yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan
perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih
baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan
gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang
buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah
orang-orang yang zalim.” (QS Al-Hujaraat: 11)[6]
Dalam pembentukan akhlak siswa tidaklah
berlangsung secara berangsur-angsur, namun juga tidak juga sekali jadi,
melainkan sesuatu yang berkembang dan mengalami proses. Oleh karena itu
proses pembentukan akhlak muslim merupakan sebuah proses yang perlu
dikembangkan untuk mewujudkan insan yang tahu diri terhadap diri sendiri.
Proses tersebut bisa dilakukan dengan cara mendidik, atau dalam kontek
pendidikan, bisa pendidikan formal maupun informal.
Akhlak disebut harmonis kalau
segala aspek yang berkaitan dengan tugas kemanusiaannya seimbang. Pada segi
lain akhlak yang harmonis dapat dikenal dengan adanya keseimbangan antara
individu dengan pengaruh lingkungannya.
Aspek-aspek akhlak siswa hendaknya dibangun
berdasarkan atas prinsip-prinsip religius yang luhur yang selalu berkaitan dengan
ciri-ciri yang dikehendaki bagi pribadi insan muslim.
a. Dasar Akidah
Akhlak
Dasar aqidah akhlak adalah ajaran Islam itu sendiri yang merupakan
sumber-sumber hukum dalam Islam yaitu Al Qur’an dan Al Hadits. Al Qur’an dan Al
Hadits adalah pedoman hidup dalam Islam yang menjelaskan kriteria atau ukuran
baik buruknya suatu perbuatan manusia. Dasar aqidah akhlak yang pertama dan
utama adalah Al Qur’an dan. Ketika ditanya tentang aqidah akhlak Nabi Muhammad
SAW, Siti Aisyah berkata.” Dasar aqidah akhlak Nabi Muhammad SAW adalah Al
Qur’an.”
Islam mengajarkan agar umatnya melakukan perbuatan baik
dan menjauhi perbuatan buruk. Ukuran baik dan buruk tersebut
dikatakan dalam Al Qur’an. Karena Al Qur’an merupakan firman Allah, maka
kebenarannya harus diyakini oleh setiap muslim.
Dalam Surat Al-Maidah ayat 15-16 disebutkan :
Ÿ@÷dr'¯»tƒ É=»tGÅ6ø9$# ô‰s% öNà2uä!$y_ $oYä9qß™u‘ ÚúÎiüt7ムöNä3s9 #ZŽÏWŸ2 $£JÏiB öNçFYà2 šcqàÿøƒéB z`ÏB É=»tGÅ6ø9$# (#qàÿ÷ètƒur Ætã 9ŽÏVŸ2 4 ô‰s% Nà2uä!%y` šÆÏiB «!$# Ö‘qçR Ò=»tGÅ2ur ÑúüÎ7•B ÇÊÎÈ “ωôgtƒ ÏmÎ/ ª!$# ÇÆtB yìt7©?$# ¼çmtRºuqôÊÍ‘ Ÿ@ç7ß™ ÉO»n=¡¡9$# Nßgã_Ì÷‚ãƒur z`ÏiB ÏM»yJè=—à9$# †n<Î) Í‘q–Y9$# ¾ÏmÏRøŒÎ*Î/ óOÎgƒÏ‰ôgtƒur 4’n<Î) :ÞºuŽÅÀ 5OŠÉ)tGó¡•B ÇÊÏÈ )المائده: ١٦-١٥)
15. Hai ahli Kitab, Sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami,
menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al kitab yang kamu sembunyi kan, dan
banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari
Allah, dan kitab yang menerangkan
16.
dengan kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keredhaan-Nya ke
jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang
itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya,
dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.(QS. Al-Maidah: 15-16)[7]
Dasar aqidah akhlak yang kedua bagi seorang muslim adalah AlHadits
atau Sunnah Rasul. Untuk memahami Al Qur’an lebih terinci, umat Islam
diperintahkan untuk mengikuti ajaran Rasulullah SAW, karena perilaku
Rasulullah adalah contoh nyata yang dapat dilihat dan dimengerti oleh
setiap umat Islam (orang muslim).
b. Tujuan Akidah Akhlak
Aqidah akhlak harus menjadi pedoman bagi setiap muslim. Artinya setiap
umat Islam harus meyakini pokok-pokok kandungan aqidah
akhlak tersebut. Adapun tujuan aqidah akhlak itu adalah :
1) Memupuk dan
mengembangkan dasar ketuhanan yang sejak lahir. Manusia adalah makhluk
yang berketuhanan. Sejak dilahirkan manusia terdorong mengakui adanya
Tuhan. Firman Allah dalam surah Al-A’raf ayat 172-173 :
øŒÎ)ur x‹s{r& y7•/u‘ .`ÏB ûÓÍ_t/ tPyŠ#uä `ÏB óOÏdÍ‘qßgàß öNåktJƒÍh‘èŒ öNèdy‰pkôr&ur #’n?tã öNÍkŦàÿRr& àMó¡s9r& öNä3În/tÎ/ ( (#qä9$s% 4’n?t/ ¡ !$tRô‰Îgx© ¡ cr& (#qä9qà)s? tPöqtƒ ÏpyJ»uŠÉ)ø9$# $¯RÎ) $¨Zà2 ô`tã #x‹»yd tû,Î#Ïÿ»xî ÇÊÐËÈ ÷rr& (#þqä9qà)s? !$oÿ©VÎ) x8sŽõ°r& $tRät!$t/#uä `ÏB ã@ö7s% $¨Zà2ur ZpƒÍh‘èŒ .`ÏiB öNÏdω÷èt/ ( $uZä3Î=ökçJsùr& $oÿÏ3 Ÿ@yèsù tbqè=ÏÜö7ßJø9$# ÇÊÐÌÈ )الاعرف : ١٧٣-١٧٢)
dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak
Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab:
"Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang
demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya
Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan
Tuhan)",
Atau agar kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya orang-orang
tua Kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang Kami ini adalah
anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka Apakah Engkau akan
membinasakan Kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu (QS. Al-A`raf
: 172-173)[8]
2) Aqidah akhlak
bertujuan pula membentuk pribadi muslim yang luhur dan mulia. Seseorang
muslim yang berakhlak mulia senantiasa bertingkah laku terpuji, baik
ketika berhubungan dengan Allah SWT, dengan sesama manusia, makhluk
lainnya serta dengan alam lingkungan. Oleh karena itu, perwujudan dari
pribadi muslim yang luhur berupa tindakan nyata menjadi tujuan dalam
aqidah akhlak.
3) Menghindari diri dari
pengaruh akal pikiran yang menyesatkan. Manusia diberi kelebihan oleh
Allah dari makhluk lainnya berupa akal pikiran. Pendapat-pendapat atau pikiran-pikiran
yang semata-mata didasarkan atas akal manusia, kadang-kadang menyesatkan
manusia itu sendiri. Oleh karena itu, akal pikiran perlu dibimbing oleh
aqidah akhlak agar manusia terbebas atau terhindar dari kehidupan
yang sesat.
c. Mendidik Akhlak Siswa
Mengasuh, membesarkan, mendidik dan
membimbing anak merupakan suatu tugas yang sangat mulia yang
tidak terlepas dari berabagai halangan dan tantangan. Oleh sebab itu orang tua
maupun pendidik banyak yang membekali diri dengan pengetahuan khusus yang
bersangkutan dengan agama Islam untuk menangani hal tersebut.
Dalam mendidik anak dan mengajar bukanlah hal
yang mudahm bukan pekerjaan yang dapat dilakukan secara serampangan dan bukan
pula yang bersifat sampingan. Mendidik anak sama kedudukannya dengan kewajiban
dan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi setiap muslim yang mengaku dirinya
memeluk agama Islam.[9]
Perintah mendidik anak dan keluarga langsung
datang dari Allah SWT melalui (QS. At-tahriim: 6)
tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3‹Î=÷dr&ur #Y‘$tR $ydߊqè%ur â¨$¨Z9$# äou‘$yfÏtø:$#ur $pköŽn=tæ îps3Í´¯»n=tB ÔâŸxÏî ׊#y‰Ï© žw tbqÝÁ÷ètƒ ©!$# !$tB öNèdttBr& tbqè=yèøÿtƒur $tB tbrâsD÷sムÇÏÈ (التحريم
: ۶)
“Hai
orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-tahriim:
6)[10]
Akhlak merupakan aspek sebab hidup atau
kepribadian hidup manusia dalam arti bagaimana sistem norma yang mengatur
hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan sesamanya itu menjadi
sikap hidup dan kepribadian hidup manusia dalam menjalankan sistem kehidupannya
yang dilandasi oleh akidah yang kokoh.
Disini telah jelas bagaimana pentingnya
pendidikan Islam dan menanamkan keyakinan (Akidah) dan penghayatan yang menetap
dan melekat dalam hati yang berfungsi sebagai pandangan hidup untuk selanjutnya
diwujudkan dan memancar dalam sikap hidup, perkataan dan amal perbuatan dalam
segala aspek kehidupan sehari-hari.
Tidak semua aspek pribadi manusia adalah
diwariskan dari orang tuanya. Hal-hal yang tidak diwariskan meliputi beberapa
aspek, baik materiil pertumbuhan fisik, maupun mental. Dari sifat-sifat genetis
yang dimiliki, individu dapat saja menjadi orang yang pemurung, periang,
pendiam, lamban, ataupun cerdas. Akan tetapi keadaan fisik dan mental seperti
penyakit, kelemahan, kemiskinan, kegagalan atau kemalasan tidak dapat
diwariskan, melainkan diperoleh dari pendidikan.[11]
اَدِّبُوا اَوْلاَدَكُمْ
عَلَى ثَلاَثِ خِصَلِ.حُبٌّ نَبِيِّكُمْ ,وَحُبُّ اَهْلِ َيْتِهِ , وَقِرَأَتِ
القُرْاَنِ , فَإِنَّ حَمَلَة القُرْانِ فِى ظلِّ اللهِ , يَوْمَ لاَ ظِلَّ الاَّ
ظِلُّهُ مَعَ أَنْبِيَائِهِ وَاَصْفِيَا ئِهِ (روه الديلمي عن علي)
“ Didiklah anak-anakmu atas
tiga perkara: mencintai Nabi-mu, mencintai ahli rumahmu, dan membaca Al-Quran, karena
sipenghafal Al-Qur`an didalam naungan Allah SWT pada hari dimana tidak ada
naungan selain naungan-Nya beserta Nab-nabi-Nya dan orang-orang suci-Nya. (HR.
Dailami)[12]
Disini sebagai pendidik
atau orang tua diharapkan untuk mengajar dengan penuh kasih sayang dan cinta kasih.
Dengan adanya pendidikan Islam terutama pelajaran aqidah akhlak kita bisa
mengarahkan kepada hal-hal positif untuk menuju sasaran seorang muslim
yang melakukan kewajibannya kepada Allah SWT.
C. Hubungan Antara Prestasi Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Dengan Akhlak
Siswa
1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi adalah tingkatan-tingkatan sejauh mana siswa dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut SC Utami Munandar
seperti yang dikutib Oemar Hamalik prestasi merupakan perwujudan dari bakat dan
kemampuan. Prestasi yang sangat menonjol dalam salah satu bidang mencerminkan
bakat yang unggul dalam bidang tersebut.[13]
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan
kegiatan. Gagne menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek,
yaitu : kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan
keterampilan. [14]
Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto bahwa hasil belajar
dibedakan menjadi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.
Menurut Nana Sudjana prestasi belajar atau hasil belajar adalah pertimbangan
atau harga atau nilai berdasarkan kriteria tertentu yang didapatkan melalui
penilaian prestasi belajar.[15]
Dari pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa prestasi adalah
tingkatan-tingkatan sejauh mana siswa dapat mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sesuai bakat dan kmampuan dalam belajar. Atau dengan kata lain
prestasi adalah perwujudan dari bakat dan kemampuan seseorang individu
yang merupakan hasil dari interaksi dengan lingkungan dan melalui pengalaman,
yang menyebabkan seseorang mempunyai kemampuan lebih dari teman-temannya.
Prestasi belajar berarti penguasaan pengetahuan atau keterampilan
yang dikembangkan oleh mata pelajaran (disini Al-Qur`an Hadits) yang lazim
ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan guru.
Untuk mengetahui seberapa jauh penguasaan materi siswa terhadap
pelajaran yang telah disampaikan pengajar, maka diperlukan evaluasi atau
penilaian. Penilaian terhadap kemampuan siswa idealnya menggunakan pengukuran
intelegensi atau potensi yang dimilikinya.[16]
Evaluasi dapat memberikan motivasi bagi guru dan siswa,
mereka akan semakin giat belajar, meningkatkan proses berfikirnya. Guru harus
memiliki pengertian evaluasi ini, mendalami tujuan, kegunana dan macam betuk
evaluasi.
Evaluasi tidak hanya dapat menggambarkan kemajuan siswa, prestasi,
hasil rata-ratanya, tetapi juga dapat menjadi bahan umpan balik bagi guru
sendiri. Dengan umpan balik guru dapat meneliti dirinya dan berusaha
memperbaiki dalam perencanan maupun teknik penyajian dalam pembelajarannya.
2. Faktor Penunjang Prestasi Belajar
Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar atau hasil belajar
sangatlah banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja,
yaitu faktor internal dan faktor eksternal.[17]
a. Faktor interal
Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang
sedang belajar. Faktor internal ini dibagi lagi kedalam tiga bagian yaitu: faktor
jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan
1) Faktor Jasmaniah
Faktor jasmaniah siswa sangatlah menentukan bagaimana siswa
tersebut dapat menerima pelajaran dengan baik atau tidak. Seperti ketika siswa
dalam keadaan sakit maka siswa tersebut akan berkurang ndalam kemampan menerima
penjelasan dari gurunya. Atau bagi siswa yang memiliki cacat tubuh maka siswa
tersebut akan merasa minder dan kurang percaya diri dalam belajar, sehingga
kurang konsentrasi dalamn belajar yang berdampak kepada berkyrangnya kemampuan
menerima pelajaran.
2) Faktor Psikologis
Setidaknya terdapat tujuh faktor yang tergolong dalam faktor
psikologis yakni:
a) Intelegensi
JP Chaplin seperti yang dikutibSlameto dalam bukunya Belajar dan
faktor yang mempengaruhinya memberikan pengertian bahwaintelegensi adalah “The
Ability to meet and adapt to novel situations quickly and effectively” yaitu Kemampuan untuk bertemu
dan beradaptasi dengan situasi baru dengan cepat
dan efektif.[18]
b) Perhatian
Perhatian yaitu keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun
semata-mata tertuju kepada suatu objek atau sekumpulan objek.
c) Minat
Rumusan Hilgard seperti y ang dikutib selameto tentang minat
adalah “Interest is persisted tendency to pay attention to and enjoy some
activity content”. Yang artinya “Minat adalah kecenderungan gigih
untuk memperhatikan dan menikmati beberapa
konten aktivitas"[19]
Minat sangatlah utama, tanpa minat siswa tidak akan konsentrasi
dan bersambut dalam proses pembelajaran.
d) Bakat
Bakat sangat mempengaruhi hasil belajar, misalnya orang yang
berbakat dalam menghafal, maka ia akan mudah dalam belajar yang bersifat
hafalan seperti Al-Qur`an Hadits.
e) Motif
Menurut Drever memberikan pengertian tentang motif sebagai
berikut: "The motive is effective-conative factors that operate in
determining the direction of individual behavior for the final word or purpose,
cause detained or arrested" artinya : “"Motif merupakan
faktor yang efektif-konatif yang beroperasi dalam menentukan arah perilaku
individu untuk kata akhir atau tujuan, penyebab ditahan atau tidak
ditangkap"[20]
Siswa yang memiliki motif yakni mampu menentukan arah tujuan
hidupnya akan lebih bisa mencerna pembelajaran dengan baik.
f) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang,
dimana alat-alat baru sudah siap melakukan kecakapan baru.[21] Disini umur dan psikologi yang
menjadi acuannya, siswa yang telah matang dalam pertumbuhannya lebih bisa
menggunakan akal pikirannya dan berfikir logis dalam belajar.
g) Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk menerima responatau bereaksi.[22] Siswa
yang telah siap menerima pelajaran akan lebih baik daya tangkapnya dibanding
siswa yang belum siap atau bahkantidak siap.
3) Faktor kelelahan
Kelemahan dalam dunia pendidikan hubungannya dengan penerimaan
materi pelajaran dibedakan kedalam dua hal yaitu kelemahan jasmani dan
kelemahan rohani. Kelemahan jasmani cenderung kepada keadaan fisik siswa,
seperti lemas atau lemah lunglai sehingga dalam pikiranya hanya ingin
membaringkan tuguhnya saja.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah fakor yang datang dari luar diri siswa,
disini faktor eksternal meliputi:
1) Keluarga
Pengaruh keluarga dalam kejiwaan siswa sangatlah penting, keluarga
yang harmonis dan keadaan orang tua yang selalu memperhatikan anaknya akan
membawa dampak positif terhadap kejiwaan anak. Lain halnya pada keluarga yang
tidak harmonis atau sering terjadi percekcokan antara anggota keluarga akan
menjadikan kejiwaan anak terganggu. Sehingga dalam proses pembelajaran anak
tersebut tidak mampu menerima materi pelajaran dengan baik.
2) Sekolah
Sekolah adalah faktor utama dalam peningkatan prestasi belajar
siswa. Faktor sekolah meliputi sarana dan prasarana sekolah, tenaga pendidikan,
lingkungan serta media dan sumber belajar yang ada disekolah tersebut.[23]
Faktor dari faktor-faktor diatas terdapat
faktor utama yakni minat untuk belajar. Minat untuk belajar adalah adalah suatu
rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada
yang menyuruh.[24] Suatu
minat dapat di ekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa
seseorang lebih menyukai suatu hal dari pada hal lain.
Minat belajar marupakan faktor dalam keberahasilan
belajar. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dari
diri siswa sendiri dan factor dari luar diri siswa. Dari keberhasilan belajar
siswa menurut Clark dalam bukunya Cognitive prescriptive theory and psyco
educational design seperti yang di kutip Nana Sudjana 70% dari
keberhasilan belajar tersebut di pengaruhi oleh kemampuan siswa dan yang 30%
dipengaruhi oleh lingkungan.[25]
Pada perinsipnya faktor-faktor yang
mempengaruhi minat belajar sama denga faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan
lain. Karena belajar merupakan suatu proses yang di tandai dengan
perubahan-perubahan pada diri seseorang. Perubahan tersebut dalam bentuk
seperti perubahan kecakapan dan kemampuan, daya kreasinya, perubahan tingkah
laku serta aspek-aspek yang terdapat pada individu.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa
prestasi mata pelajaran aqidah akhlak adalah hasil belajar siswa setelah
melaksanakan serangkaian pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai. Sedangkan
akhlak adalah kelakuan atau tindakan yang baik sesuai dengan ajaran Islam.
Manusia dilahirkan tanpa bekal apapun,
untuk mampu hidup bersama manusia lainnya maka seseorang harus mengetahui
aturan dan hukum yang berlaku dilingkungannya. Aturan dalam bergaul atau
berhubungan dengan sesamanya itulah yang dinamakan akhlak.
Akhlak tidak hanya berlaku antara manusia
satu dengan lainnya namun juga dengan semua makhluk hidup. Yang peling penting
sebagai hamba Allah kita seharusnya memiliki akhlak dalam berhubungan dengan
penciptanya.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa
untuk melakukan sesuatu haruslah tahu bagaimana cara melakukannya. Dalam
hubungan antara prestasi mata pelajaran aqidah akhlak dengan akhlak siswa, maka
pelajaran akhidah akhlak adalah teorinya sedang akhlak siswa sendiri adalah
aplikasinya.
Secara nalar kita dapat mengatahui seberapa baik akhlak seorang
siswa dapat dilihat dari
prestasi aqidah akhlaknya. Namun tidak dapat dijadikan pedoman pasti tentang
hal itu. Karena tidak semua siswa yang berakhlak baik dapat menerima pelajaran
dengan baik pula dan sebaliknya tidak semua yang berakhlak buruk, buruk juga
dalam menerima pelajaran.
3. Cara Mengetahui Prestasi belajar siswa
Mengetahui penguasaan materi yang telah
diberikan guru terhadap siswa sangatlah penting dalam proses belajar megajar.
Cara mengetahui penguasaan tersebut dapat dilakukan dengan cara penilaian yang
dilakukan setelah pelajaran atau materi yang disampaika selesai.
Penilaian atau evaluasi dapat dilakukan
dengan tes dan non tes. Tes ada yang telah di standarisasikan seperti tes UAS
atau UN dan ada pula yang belum, seperti ulangan harian atau latihan soal
setelah pelajaran selesai. Tes dapat dibedakan dalam tes lisan, tes tertulis
dan tes tindakan. [26]
Penilaian tidak sama dengan pengukuran, bila
pengukuran bersifat kuantitatif, maka penilaian meliputi semua aspek batas
belajar. [27]
Sebelum penilaian dilakuan guru lebih dahulu
menentukan sasaran atau objek penilaian. Sasaran sangat penting dalam menyusun
alat evaluasi. Pada umumnya terdapat 3 sasaran pokok penilaian, yaitu:
a. Tingkah
laku
Sasaran ini mencakup sikap, minat, perhatian,
dan keterampilan siswa sebagai akibat dari proses mengajar dan belajar.
b. Isi
pendidikan
Artinya penguasaan bahan pelajaran yang
diberikan guru dalam proses belajar mengajar.
c. Segi yang menyangkut proses mengajar dan belajar itu sendiri.
Menurut William R Lucck seperti yang dikutip
Oemar Hamalik dalam bukunya Psikologi Belajar dan Mengajar penilaian hasil
belajar yang berfungsi untuk mengetahui penguasaan materi pelajaran didasarkan
pada asas-asas sebagai berikut:
a. Penilaian
bersifat kuantitas atau kualitas.
Penilaian kualitatif dilakukan berkenaan
dengan mutu hasil belajar, sedangkan penilaian kuantitatif dilakukan berkenaan
dengan banyaknya materi yang telah dipelajari.
b. Penilaian
dilaksanakan secara berkesinambungan
Penilaian ini dilakukan sejak awal
proses belajar mengajar, dilanjutkan sepanjang proses belajar mengajar
berlangsung dan diakhiri pada akhir pembelajaran. Bahkan penilaian ini juga
dapat dilakukan pada tingkat pasca-pembelajaran. Kesinambungan berarti penilaian
ini dilakukan setiap saat dan dimana saja berdasarkan kebutuhan dan minat.
c. Penilaian
bersifat keseluruhan
Penilaian ini dilakukan terhadap
keseluruhan aspek pribadi siswa mencakup aspek-aspek intelektual, hubungan
sosial, sikap, watak, sifat kepemimpinan, hubungan personal sosial, moral
tanggung jawab, ketekunan bekerja, kejujuran, kesehatan rohani dan jasmani,
serta semua aktivitasnya, baik di dalam maupun di luar sekolah.
d. Penilaian
bersifat objektif
Penilaian ini dilakukan dengan ditujukan
kearah pemeriksaan perkembangan dan kemajuan siswa dalam hubungan dengan
pencapaian tujuan belajar.
e. Penilaian
bersifat kooperatif
Kegiatan penilaian adalah tangungjawab
bersama, baik para guru, orang tua dan siswa maupun masyarakat. Jadi penilaian
merupakan hasil kerjasama antara semua pihak baik di lingkungan sekolah maupun
luar sekolah.[29]
D. Kajian
Penelitian yang Relevan
Kajian pustaka yang penulis cantumkan dalam skripsi ini adalah dari
mahasiswa SETIAWS Semarang bernama Muhammad Hasyim, NIM 10710140
“Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk Akhlak Remaja Masjid” (Study Kasus Di
Remaja Masjid Jami` Al-Hidayah Perum Sapta Prasetya, Kelurahan Pedurungan Kidul
Semarang). [30]
Penelitian berikutnya dari mahasiswa STIAWS Semarang juga yakni
ISTIQOMAH, NIM: 10810159, Judul Skripsi “Pengaruh Keteladanan Orang Tua
Terhadap Minat Belajar Siswa Mata Pelajaran PAI Kelas VIII SMP Al-
Wahidiyyah Karangawen Demak Tahun Pelajaran 2011/2012.[31]
Seperti yang telah di teliti oleh Agus Sholihkuddin mahasiswa
Fakultas Tarbiyah IAIN Semarang tahun 2007 dengan judul
“Pendidikan Agama Islam Bagi Anak di Panti Asuhan Al-Fitroh
Semarang”. Dalam penelitiannya tersebut mendapatkan hasil bahwa pendidikan di
panti asuhan tersebut tergolong bagus dan dapat bermanfaat bagi anak asuhnya.
Dengan pendidikan Agam Islam itu anak asuh dapat tenang dalam hidupnya dan
memiliki keimanan dan ketakwaan yang lebih baik.[32]
Kajian pustaka berikutnya dari Ahmad Zainal Makin dengan judul
”Urgensi Nilai-Nilai Pendidikan Islam Terhadap Pembentukan Akhlak” dalam
penelitian di atas telah mendapatkan hasil bahwa Pendidikan Islam sangatlah
penting dalam mengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok, terutama
dalam mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran.[33]
Dari kajian pustaka diatas jelas bahwa akhlak dapat dibentuk dari
berbagai segi, dari keluarga, lingkungan atau pergaulan masyarakat serta di
sekolah dimana anak-anak menuntut ilmu.
E. Pengajuan Hipotesis
Menurut ilmu statistik hipotesis adalah taksiran terhadap
parameter populasi, melalui data-data sampel. Sedangkan manurut
penelitian hipotesis sendiri adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian.[34]
Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis yaitu “Ada
hubungan antara Prestasi Mata Pelajaran Aqidah Akhlak Terhadap Akhlak Siswa
Kelas V MI Bahrul Ulum Temuroso Guntur Demak Tahun Pelajaran 2012/2013”
BAB III
METODE PENELITIAN TENTANG
HUBUNGAN PRESTASI
MATA PELAJARAN AQIDAH
AKHLAK DENGAN AKHLAK SISWA KELAS V MI BAHRUL ULUM TEMUROSO GUNTUR DEMAK
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
A. Tujuan
Penelitian
Tujuan yang hendak penulis capai dalam penelitian ini antara lain:
1. Untuk mengetahui prestasi mata pelajaran Aqidah akhlak siswa kelas
V MI BAHRUL ULUM Temuroso Guntur Demak pada tahun pelajaran 2012/2013
2. Untuk mengetahui hubungan prestasi aqidah akhlak dengan akhlak
siswa kelas V MI BAHRUL ULUM Temuroso Guntur Demak pada tahun pelajaran
2012/2013
3. Untuk membuktikan adanya hubungan antara prestasi mata pelajaran
aqidah akhlak dengan akhlak siswa kelas V di MI BAHRUL ULUM Temuroso
Guntur Demak pada tahun pelajaran 2012/2013
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dengan judul “Hubungan Prestasi Mata Pelajaran Akhidah
Akhlak Terhadap Akhlak Siswa Kelas V MI Bahrul Ulum Temuroso Guntur Demak Tahun
Pelajaran 2012/2013 ini akan dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran
2012/2013, redaksi pada tanggal 14 Januari – 14 Februari 2013.
Tempat penelitian redaksi MI Bahrul Ulum Temuroso Guntur Demak
khususnya kelas V.
28
|
C. Variabel Penelitian
Pengertian dari variable adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.[1]
Dalam penelitian ini terdapat dua variable penelitian yaitu
variable bebas dan variable terikat.
1. Variabel
Independen atau Variable Bebas (x) dan Indikator
Variabel bebas merupakan variabel pengaruh atau independent
variable yaitu variable yang mempunyai pengaruh atau yang menjadi
sebab perubahan atau timbulnya veriabel dependen (terikat).
Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah prestasi mata
pelajaran Aqidah Akhlak kelas V semester gasal MI Bahrul Ulum Temuroso Guntur
Demak Tahun pelajaran 2012/2013 yang dapat diketahui melalui nilai raport
masing-masing siswa yang diteliti.
2. Variabel
Terikat atau Variabel Dependen (y)
Variabel terikat merupakan variabel terpengaruh atau dependent
variabl) yaitu variable yang menjadi pengaruh atau yang menjadi akibat
karena adanya variable independent.
Variable terikatnya adalah Akhlak siswa kelas V MI bahrul
Ulum Temuroso Guntur Demak taun pelajaran 2012/2013. dengan indikator:
a. Tidak pernah melakukan pelanggaran dalam sekolah
b. Berpakaian rapi serta sesuai ketentuan sekolah
c. Menghormati guru
d. Menyayangi teman sekolahnya.
D. Populasi
dan Sampel
1. Populasi
Wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya adalah pengertian dari populasi. [2]
Populasi yang diteliti dalam skripsi ini adalah siswa kelas
5 Semester 2 MI Bahrul Ulum Temuroso Guntur Demak tahun pelajaran 2012/2013
sejumlah 25 siswa.
2. Sampel
Sampel pada penelitian ini diambil semua atau penelitian populasi karena
jumlah populasinya hanya sedikit, yaitu 25 siswa.
Pengertian dari sample adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi. Dalam mengambil sample haruslah representative
(mewakili).[3]
Karena populasi kurang dari 100 maka penulis
menggunakan cara penelitian populasi yaitu keseluruhan populasi diteliti.
Yaitu seluruh siswa kelas V MI Bahrul Ulum sebanyak 25 siswa.
E. Teknik Pengambilan Sampel
Karena penelitian ini termasuk penelitian populasi, maka tidak
perlu menetukan sample disini peneliti mengambil semua populasi
untuk diteliti, atau penelitian populasi.
F. Teknik Pengumpulan Data
Penulis menggunakan berbagai metode untuk mengumpulkan data
dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan diantaranya:
1. Metode Observasi
“Dalam menggunakan metode ini cara yang paling efektif
adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrument”[4]
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang keadaan MI
Bahrul Ulum Temuroso Guntur Demak, seperti: jumlah kelas, fasilitas Madrasah,
perpustakaan, laboratorium dan sebagainya.
2. Metode Wawancara
Metode yang kedua yaitu metode wawancara dengan pengertian salah
satu teknik pengumpulan dan pencatatan kata, informasi atau pendapat yang akan
dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik langsung maupun dengan
sumber data.[5]
Metode wawancara ini digunakan penulis untuk mencari informasi
pelengkap yaitu data tentang jumlah siswa dan berbagai metode pembelajaran yang
sering digunakan pada MI Bahrul Ulum Temuroso Guntur Demak.
3. Metode Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, surat kabar, majalah, notulen, agenda dan lain-lain.[6]
Metode lain digunakan untuk memperoleh data tentang
prestasi belajar siswa kelas V Semester II MI Bahrul Ulum Temuroso Guntur Demak
tahun pelajaran 2012/2013.
4. Metode Kuesioner / Angket
Metode angket yang digunakan adalah metode angket langsung, yaitu
daftar pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mengetahui tingkatan akhlak
siswa kelas V semester 2 di MI Bahrul Ulum Temuroso Guntur Demak tahun
pelajaran 2012/2013.
Angket yang diberikan kepada siswa berkaitan dengan tingkat
akhlak siswa, di berikan dengan alternative jawaban, a,
b, c, dan d. Dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Untuk
jawaban a, setara dengan jawaban SELALU dengan poin 4
b. Untuk
jawaban b, setara dengan jawaban SERING dengan poin 3
c. Untuk
jawaban c, setara dengan jawaban KADANG-KADANG dengan poin 2
d. Untuk
jawaban c, setara dengan jawaban TIDAK
PERNAH dengan poin 1.
G. Teknik
Analisis Data
1. Analisis Pendahuluan
Analisis pendahuluan ini adalah analisis secara deskriptif terhadap
masing-masing indikator dan variable untuk mengetahui tingkat kualitas
masing-masing indicator dan variabel tersebut. Dalam analisis ini menggunakan
rumus .
Dalam penelitian ini peneliti mengecek hasil angket siswa serta
memastikan semua siswa yang diteliti telah mendapatkan nilai, untuk kemudian
memasukkannya kedalam tabel.
2. Analisis Uji Hipotesis
Setelah mendapatkan semua angka diatas maka dimasukkan kedalam
tabel penolong untuk menghitung hubungan nilai aqidah akhlak terhadap akhlak
siswa.
Untuk mempermudah memasukkan data kedalam tabel pertolongan
terlebih dahulu memasukkan nilai hasil angket pada tabel poin angket.
TABEL I
HASIL ANGKET AKHLAK SISWA
KELAS V MI BAHRUL ULUM TEMUROSO GUNTUR DEMAK TAHUN PELAJARAN 2012/2013
No
|
Nama Siswa
|
No Angket dan Poin
|
Jml Poin
|
||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
15
|
|||
1
|
|||||||||||||||||
2
|
|||||||||||||||||
3
|
|||||||||||||||||
4
|
|||||||||||||||||
7
|
|||||||||||||||||
8
|
|||||||||||||||||
dst
|
|||||||||||||||||
Jumlah
|
|||||||||||||||||
Rata-rata
|
Kemudian dari hasil angket baru dimasukkan kedalam tabel pertolongan
untuk menghitung korelasi antara nilai pelajaran aqidah akhlak terhadap akhlak
siswa MI Bahrul Ulum Temuroso Guntur Demak Tahun Pelajaran 2012/2013.
TABEL II
PENOLONG UNTUK MENGHITUNG KORELASI
ANTARA AQIDAH AKHLAK DENGAN AKHLAK SISWA KELAS V MI BAHRUL ULUM TEMUROSO GUNTUR
DEMAK TAHUN PELAJARAN 2012/2013
No
|
Metode
Tanya Jawab
|
Pemahaman
Siswa
|
|
|
|
|
|
(x)
|
(y)
|
x
|
y
|
x2
|
y2
|
xy
|
|
1
|
|||||||
2
|
|||||||
3
|
|||||||
4
|
|||||||
5
|
|||||||
6
|
|||||||
7
|
|||||||
8
|
|||||||
dst
|
|||||||
Setelah tabel diisi dan mendapatkan angka-angkanya maka angka-angka
tersebut dimasukkan kedalam rumus r:
Dimana :
rxy = Korelasi antara variable x dan y
x =
y =
Selanjutnya untuk mengetahui atau memberikan penafsiran terhadap
koefisien korelasi yang ditemukan atau hasil r tersebut besar atau kecil maka dapat
berpedoman dengan ketentuan seperti pada tebel r product moment. [7]
[2] Ibid .hlm.
61
[4] Suharsimi
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta;
Rineka Cipta, 2006), hlm 229
[6] Suharsimi
Artikunto, Op.Cit., hlm. 234
[7] Sugiyono, Op.Cit.
hlm. 228-231
[1] Oemar
Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar, (Bandung, Sinar Baru
Algensindo) 2010, hlm. 9
[2] Ibid, hlm 142-143
[3] Ibid, hlm 209.
[4] Moh
Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung, PT Remaja
Rosdakarya, 2010), hlm 51.
[5] Ibid, hlm 142-143
[6] Departemen Agama
RI, Al-qur`an dan terjemah, (Jakarta, 1971). hlm.412
[7] Depag. Al-quran dan terjemah, Jakarta :
1971,hlm.161
[9] Jamaal
Abdur rahman, Tahapan Mendidik Anak (Teladan Rosulullah) Bandung,
Irsyad Baitus Salam, 2005, hlm. 16
[10] Depag
RI, op.cit, hlm.448
[11] M.
Dalyono, Psikologi Pendidikan, Cet. 2 (Jakarta, Rineka Cipta, 2001),
hlm. 67.
[12] Syayid
Ahmad Al-Hasyim, Muhtarul Ahadits Nabawi, (Indonesia,
Maktabatu Dzarul Ihya`. 1948.) hlm. 9
[13] Oemar
Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar, (Bandung, Sinar Baru
Algensindo) 2010, hlm. 9
[14] Nana
Sudjana, Loc.Cit. hlm 111
[15] Ibid
[17] Selameto, Belajar
Dan Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta) 2010, hlm. 54
[18] Ibid,
hlm 55
[19] Ibid,hlm
57
[20] Ibid,hlm
58
[21] Ibid,
[22] Ibid,hlm
59
[23] Ibid
,hlm 60
[24] Slameto, Belajar
dan factor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta, Rineka Cipta, cet ke 5 ,
2010) hlm 180
[25] Nana
Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung, Sinar Baru
Algensindo, 2010) hlm. 39.
[30] Muhammad
Hasyim, “Pendidikan Agama Islam Dalam Membentuk Akhlak Remaja Masjid” (Study
Kasus Di Remaja Masjid Jami` Al-Hidayah Perum Sapta Prasetya, Kelurahan Pedurungan
Kidul Semarang). Skripsi S1 SETIAWS Semarang (Semarang:
Perpustakaan SETIA WS Semarang, 2011)
[31] ISTIQOMAH, “Pengaruh
Keteladanan Orang Tua Terhadap Minat Belajar Siswa Mata Pelajaran PAI Kelas
VIII SMP Al- Wahidiyyah Karangawen Demak Tahun Pelajaran 2011/2012, Skripsi
S1 SETIAWS Semarang (Semarang: Perpustakaan SETIA WS Semarang, 2012)
[32] Agus
Sholihkuddin,” Pendidikan Agama Islam Bagi Anak Asuh di Panti Asuhan
Al-Fitroh Semarang, IAIN WS Semarang, 2007. Skripsi S1 IAIN WS Semarang (
Perpustakaan IAIN Semarang: 2007)[33] Ahmad Zainal
Makin, Urgensi Nilai-Nilai Pendidikan Islam Terhadap Pembentukan
Akhlak, SETIA WS, 2009, Skripsi S1 SETIAWS Semarang (Semarang:
Perpustakaan SETIA WS Semarang, 2009)
[34] Sugiyono, Statistik
Untuk Penelitian, (Bandung; Alfabeta. C12. 2007) hlm 84.
[2] ibid
[4] Departemen
Agama RI, Al-qur`an dan terjemah, (Jakarta, 1971). hlm
436
Tidak ada komentar:
Posting Komentar