ADAB MENCARI NAFKAH
DAN AKHLAK KENABIAN
Pasal Pertama
Gambaran Akhlak Rasulullah Saw.
Beliau dikenal sangat banyak berdo'a dan endah hati. Nabi selalu memohon
kepada Allah Swt supaya dihiasi dengan adab yang baik serta akhlak terpuji.
Dalam do'anya, beliau membaca;
اللهُ حَسِّنْ خَلْقِي وَخُلُقِي.
Artinya, "Ya Allah, Baguskanlan rupa dan akhlakku."
Said bin Hisyâm berkata, "Aku masuk menemui Aisyah Radhiyallahu
'Anhu, dan bertanya tentang akhlak Rasulullah Saw."
Aisyah menjawab dab bertanya, "Apakah engkau membaca
al-Qur'an?"
Aku menjawab, "Iya."
Aisyah menjawab, "Akhlak Nabi Saw adalah al-Qur'an."
Bahkan Rasulullah Saw dibimbing oleh al-Qur'an, sebagaimana dalam ayat, "Jadilah
Engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah
dari pada orang-orang yang bodoh."
Di lain ayat, Allah berfirman,
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى
وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ.
Artinya, "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan
berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari
perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan."
Dan firman Allah, "Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh
Allah)." Dan ditambah dengan beberapa ayat lainnya.
Pada perang Uhud, gigi geraham Nabi patah sehingga darah mengucur keluar
dan membasahi wajah beliau. Nabi berkata, "Bagaimana suatu kaum akan
selamat jika mereka melumuri wajah Nabi mereka dengan darah." Maka,
Allah Swt menurunkan ayat, "Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam
urusan mereka itu." Ayat-ayat ini bermakna membimbing Rasulullah Saw
atas kejadian yang telah dihadapinya.
Patut untuk diketahui bahwa, ayat yang senada seperti di atas, banyak
dijumpai dalam al-Qur'an. Semuanya itu dimaksudkan seperti pertama kali, yaitu
untuk membimbing dan mengarahkan Nabi Saw. Dengan itu, maka sinar pelajaran
dari al-Qur'an dapat menyebar ke seluruh manusia.
Rasulullah Saw, "Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak."
Ali Radhiyallahu 'Anhu berkata, "Betapa mengherankan seorang muslim
di kunjungi oleh saudaranya muslim untuk suatu keperluan, namun ia sendiri
tidak ingin membantunya." Seandainya,
ia tidak memperoleh pahala dan tidak takut terhadap siksa, seharusnya ia
bersegera diri berperilaku yang baik (akhlak al-karîmah). Semuanya itu
merupakan jalan menuju kepada keberhasilan.
Seorang laki-laki berkata, "Apakah engkau telah mendengar dari
Rasulullah Saw?"
Ali berkata, "Ya."
Ketika didatangkan sekelompok tawanan Thayyi, di antara tawanan tersebut
ada seorang budak perempuan.
Si budak perempuan berkata, "Hai Muhammad, sudikan engkau
membebaskan aku, dan tidak mengecewakan musuh-musuhmu serta tidak mempermalukan
orang-orang Arab? Sesungguhnya, aku adalah putri seorang pemimpin di kaumku.
Bapakku bertugas melindungi daerahku, membebaskan tawanan, memenuhi kebutuhan
orang yang membutuhkan, memberi makan, menyebarkan salam dan tidak pernah
mengusir seseorang yang datang kepadanya untuk suatu keperluan. Aku adalah
putri dari Hâtim al-Thâî."
Rasulullah Saw berkata, "Wahai budak perempuan, yang kamu sebut
adalah semuanya sifat orang-orang mu'min. Andaikata bapakmu seorang muslim,
niscaya kami akan mendoakan rahmat baginya." Nabi lalu memerintahkan, "Bebaskan
dia, sesunggunya bapaknya menyenangi budi pekerit yang mulia."
Rasulullah Saw bersabda,
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ إِلَّا حَسَنَ الْأَخْلَاقِ.
Artinya, "Sesungguhnya, tidak masuk surga melainkan yang memiliki
akhlak yang baik."
Dari Muadz bin Jabal Radhiyallahu 'Anhu, bahwa Rasulullah Saw bersabda,
"Sesungguhnya, Islam meliputi akhlak-akhlak yang terpuji dan perilaku
yang baik."
Di antara perilaku-perilaku yang baik tersebut adalah pergaulan yang baik,
perbuatan terpuji dan perkataan yang lunak, melakukan perbuatan yang ma'ruf,
memberi makan tamu, menyebarkan salam, menziarahi orang muslim yang sakit baik
yang akhlaknya rupawan maupun yang buruk, memenuhi kebutuhan orang muslim yang
membutuhkan, menghadiri undangan perjamuan makan dan mendo'akannya, suka
memaafkan, senang mendamaikan, bersifat pemurah, mulia, toleransi, memulai
memberi salam, menahan amarah dan memberi maaf orang yang minta maaf.
Islam menolak sifat yang suka bermain-main, batil, menyanyi dan bermain
musik terus menerus, setiap perbuatan tercela, berdusta, ghibah, bakhil,
membenci, melakukan tipu daya, penipuan, namimah, keterangan yang buruk, memutus
tali silaturrahim, berperilaku yang buruk, takabbur, dzalim, senda gurau,
berkata yang keji, dendam, dengki, iri hati, bersikap merasa sial, permusuhan
dan penganiayaan.
Anas Radyhiyallahu 'Anhu berkata, "Tidaklah Islam menyeru kepada
nasehat yang baik, melainkan sejak awal telah diseru dan diperintahkan. Islam
tidak membiarkan kecurangan atau membenci kejelekan maupun sesuatu, kecuali
Islam telah memperingatkan dan melarang melakukannya."
Semuanya itu telah cukup disebutkan
dalam salah satu ayat;
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ.
Artinya, "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan
berbuat kebajikan."
Mu'adz Radhiyallahu 'Anhu berkata, Rasulullah Saw telah menasehatiku dengan
berkata, "Wahai Mu'adz, aku berwasiat kepadamu supaya kamu bertaqwa
kepada Allah Swt., berkata benar, memenuhi janji, menjalankan amanah, tidak
berkhianat, menghormati tentangga, menyayangi anak-anak yatim, berkata yang
lemah lembut, mengucapkan salam, bersikap yang baik, memendekkan angan-angan,
menjaga iman, memperdalam pengetahuan al-Qur'annya dan mencintai akhirat, cemas
terhadap hari perhitungan dan menjaga anggot tubuh. Berhati-hatilah kamu agar
tidak mencela hukum-hukum kami, mendustakan sesuatu yang benar, taat kepada
orang yang berbuat dosa, melawan pemimpin yang adil, berbuat kerusakan di bumi.
Aku mewasiatkan agar engkau bertaqwa kepada Allah Swt dimanapun engkau berada
dan bertaubat setiap kali berbuat salah, dari yang tersembunyi dengan sesuatu
yang tersembunyi, yang terang dengan sesuatu yang terang pula."
Demikian, adab yang telah diajarkan Allah Swt kepada hamba-hambanya dan
membimbingnya untuk berakhlakul karimah dan beradab sopan dan santun.
Kumpulan Akhlak-Akhlak Rasulullah Saw Yang Telah Disusun Oleh Para Ulama
Dari Berbagai Riwayat
Para ulama memandang, bahwa Nabi Saw adalah orang yang paling berani,
memiliki pandangan jauh ke masa depan, paling kuat ibadahnya, orang yang paling
pemaaf, tidak pernah bersentuhan dengan tangan seorang wanita manapun selaian
kepada istri atau mahramnya.
Beliau terkenal sebagai orang yang paling dermawan. Beliau tidak pernah
menyimpan uang dinar atau dirham, karena ketika ada uang lebih yang dipegangnya
maka beliau mencari orang yang membutuhkannya hingga malam. Nabi tidak akan
pulang ke rumahnya sebelum mendapati orang yang membutuhkan pemberiannya, dan
tidak mengambil makanan yang direzkikan Allah kepadanya kecuali yang memberikan
kekuatan dan bertahan lama berupa makanan pokok yang mudah dijumpai, yaitu
kurma dan gandum. Selebihnya, beliau sedeqahkan di jalan Allah. Setiap orang
yang meminta kepadanya, beliau penuhi. Kemudian kembali lagi ke makanan yang
dapat bertahan selama setahun untuk dapat membantu orang lain, sehingga beliau
membutuhkannya sebelum tahun itu habis. Jika tidak mendapatkannya, maka beliau
bersabar.
Rasulullah Saw juga memperbaiki sandal, menambal baju, membantu pekerjaan
istri-istrinya, serta memotong-motong daging bersama mereka. Beliau dikenal
memiliki sifat malu yang sangat besar, pandangannya tidak pernah melihat
terus-menerus ke wajah orang lain. Memenuhi undangan orang-orang merdeka maupun
undangan para hamba sahaya. Menerima hadiah, meskipun hanya seteguk susu atau
sepotong daging kelinci, tetap beliau merasa cukup dan dimakannya. Nabi tidak
pernah makan hasil pemberian sedeqah. Rasulullah tidak sombong untuk datang
memenuhi undangan para budak maupun kaum miskin. Beliau marah demi Tuhannya,
dan tidak marah demi dirinya sendiri.
Beliau terkadang mengganjal perutnya dengan sebongkah batu untuk menahan
rasa laparnya. Rasulullah makan apa adanya, tidak menolak apapun yang
disodorkan kepadanya, tidak menolak makanan halal, serta memakai pakaian
seadanya. Beliau terkadang memakai pakaian yang terbuat dari selimut hitam dari
Negeri Yaman, terkadang jubah kaum sufi, serta pakaian-pakaian sederhana yang
ada. Beliau juga memakai cincin sesekali di jari manis sebelah kanannya, dan
sesekali di jari manis sebelah kiri.
Sesekali Nabi Saw menggandeng pembantu atau sahabatnya. Beliau mengendarai
apa saja yang mungkin digunakan, seperti naik kuda, sesekali naik kuda kecil
atau keledai, sesekali berjalan kaki tanpa sorban dan peci. Mengunjungi orang
sakit, meskipun harus menempuh jarak yang jauh ke pelosok daerah dari kota
Madinah. Menyenangi wangi-wangian dan tidak menyukai bau-bau busuk.
Rasulullah duduk dekat dengan kaum
fakir dan makan bersama dengan orang miskin. Menyukai orang-orang yang
berperilaku sopan santun. Berlemah lembut kepada orang-orang terhormat karena
kebaikannya, mereka berbuat baik karena sifat kasih yang dimilikinya dan bukan
karena maksud-maksud tertentu terhadap orang-orang mulia di antara mereka.
Beliau tidak membenci seseorang dan tidak pernah menolak maaf dari orang lain
kepadanya. Nabi Saw bersenda gurau dan tidak berkata melainkan sesuatu yang
benar. Tertawa tapi tidak dengan terbahak-bahak. Bermain dalam suatu permainan
yang dibolehkan dan tidak membencinya, serta terkadang berlomba dengan
keluarganya.
Beliau memiliki seorang pembantu dan hamba sahaya, makanan mereka sama
dengan apa yang dimakan dan pakaian yang dikenakan oleh Nabi, padahal beliau
dikenal sebagai orang yang sebelumnya tidak tahu membaca dan menulis. Tumbuh
dewasa di daerah yang dikenal jahiliyah dan dikelilingi oleh padang pasir, dan
di tengah kebiasaan menggembala kambing sebagai anak yang telah yatim piatu, tanpa
ayah dan ibu semenjak kecil.
Allah Swt telah mengajarkan kepada beliau tentang seluruh perilaku-perilaku
yang mulia dan akhlak-akhlak yang terpuji. Beliau juga diberitahu tentang
kejadian-kejadian masa lalu dan peristiwa-peristiwa yang datang belakangan,
serta jalan menuju kesuksesan dan kemenangan di akhirat. Semoga Allah Swt
memberi taufik kepada kita agar selalu termotifasi untuk ta'at kepada-Nya, dan
membiasakan diri mengamalkannya. Amin
Sisi-sisi lain dari Adab Rasulullah Saw
Para Ulama berkata bahwa Rasulullah Saw tidak pernak pernah mencela seorang
mu'min dengan suatu celaan, melainkan dimaksudkan sebagai kaffarat (tebusan)
dan rahmat. Ada yang berkata kepada beliau pada waktu perang; "Bagaimana
kalau engkau melaknatnya ya Rasul?" Nabi menjawab,
"Sesunggunya, aku diutus sebagai rahmat dan bukan untuk melaknat."
Anas Radhiyallahu 'Anhu berkata, "Demi Dzat yang mengutusnya dengan
haq sebagai Nabi, beliau tidak pernah berkata kepadaku tentang sesuatu yang
dibenci atas perbuatan-perbuatanku. Apabila istri-istri beliau menyalahkan aku,
maka beliau berkata; Biarkanlah ia, sesungguhnya hal itu telah ditetapkan dan
ditakdirkan."
Dikatakan, "Jika dua kebaikan saling bertemu, niscaya Nabi Saw akan
memilih salah satu yang paling mudah di antara keduanya. Kecuali bila dalam
pilihan tersebut dipandang dosa atau dapat memutus tali silaturrahim. Beliau
adalah figur yang paling menjauhkah diri dari sikap tersebut." Nabi
Saw tidak pernah dikunjungi sahabat-sahabatnya, hamba sahaya atau seorang budak
perempuan, kecuali beliau bersama-sama dengan mereka dalam menyelesaikan
hajatnya.
Allah Swt memperkenalkan Nabi Saw dalam Kitab Taurat pada bagian-bagian
awal, jauh sebelum beliau diutus, "Muhammad adalah utusan Allah dari
hamba-hambaku yang terpilih, tidak bersikap kasar, kejam dan tidak pernah
berteriak di tempat-tempat umum. Tidak membalas suatu kejahatan dengan
kejahatan, akan tetapi sering memaafkan dan bersalaman. Tempat lahirnya di
Makkah, hijrahnya ke Thâbah, kerajaannya di negeri Syam dan mengikat sarung di
perutnya. Yang bersama dengan beliau adalah orang-orang yang mendalami
al-Qur'an dan ilmu pengetahuan serta seluruh bagian-bagian tubuhnya suci karena
wudhu." Demikian pula yang termaktub dalam kitab Injil.
Salah satu keutamaan akhlak Nabi adalah selalu memulai memberi salam
terhadap siapa saja yang ditemuinya. Ketika bertemu seseorang untuk suatu
hajat, beliau tidak akan beranjak sebelum orang tersebut yang terlebih dahulu
pergi. Beliau tidak pula menarik
tangannya terlebih dahulu sebelum orang yang bersalaman dengannya melepas
tangannya terlebih dahulu. Dan jika bertemu dengan sahabatnya, maka beliau
terlebih dahulu menjulurkan tangannya untuk menjabatnya dengan pegangan yang
erat.
Rasulullah tidak berdiri maupun duduk melainkan selalu mengingat Allah
Ta'ala. Jika beliau mengimami seseorang, maka shalatnya diringankan. Setelah
melaksanakan shalat, beliau menghadap kepadanya, dan bertanya, "Apakah
engkau mempunyai keperluan?. Setelah selesai memenuhi hajat orang tersebut,
beliau kembali ke shalatnya.
Ketika duduk, beliau selalu meluruskan betisnya. Dan majlis pertemuanya
yang diadakannya adalah dikenal sebagai majlis beliau karena pada setiap
pertemuan, beliaulah yang selalu terakhir beranjak dari majlis tersebut.
Umumnya ketika Nabi duduk, ia menghadap ke arah kiblat. Setiap tamu yang datang
ke tempat beliau, Nabi menjamunya seakan-akan dengan membentangkan pakaiannya
sebagai alas bagi yang tidak memiliki kerabat atau saudara di majlis tersebut.
Terkadang juga, beliau menawarkan bantal kepada tamu yang datang sebagai alas.
Jika tamu itu menolak, maka Nabi menwarkannya kembali hingga ia memakainya. Di
akhir majlis, dan sebelum beliau beranjak meninggalkan tempat, Nabi membaca
do'a ;
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ
وَأَتُوبُ إِلَيْكَ.
Artinya, "Maha
suci Engkau dan atas segala puji-Mu, aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
melainkan Engkau, dan aku mohon ampun kepada-Mu serta bertaubat
kepada-Mu."
Kemudian, Nabi Saw bersabda, "Sungguh kata-kata tersebut diajarkan
oleh Jibril."
Perkataan Dan Ketawa Nabi Saw
Rasulullah Saw dikenal fasih dalam berbicara serta indah dalam
berkata-kata. Beliau bersabda, "Aku adalah orang Arab yang paling
fasih." Sesungguhnya penghuni surga berbicara dengan bahasa yang
digunakan Nabi Saw (bahasa Arab). Beliau berbicara dengan makna yang luas,
tidak lebih dan tidak kurang. Yang mendengarnya sangat paham dan mudah dihafal
karena kata antara satu dengan lainnya saling terkait. Beliau tidak berkata
yang benar maupun marah kecuali yang benar. Rasulullah adalah orang yang sering
tersenyum dan paling gembira hatinya, selama wahyu tidak turun kepadanya atau
menyebut hari kiamat dan berkhutbah dengan nasehat yang baik.
Suatu hari seorang Arab dusun datang menghadap, sedangkan Nabi Saw sedang
memikirkan sesuatu. Arab dusun tersebut bertanya kepada beliau. Para sahabat
kemudian memperingatkan, "Wahai Arab dusun, jangan engkau lakukan, kami
melihat Nabi sedang memikirkan sesuatu."
Nabi berkata, "Biarkan ia, demi Dzat yang telah mengutusku dengan
benar sebagai Nabi, aku tidak membiarkannya hingga ia tersenyum."
Arab dusun berkata,"Wahai Rasulullah, informasi yang sampai kepada
kami bahwa al-Masih (Dajjal) akan datang kepada manusia yang sedang makan roti
kuah, tapi mereka semua binasa karena lapar. Ayah dan ibuku menjadi tebusan,
apakah aku menolak roti kuahnya karena memelihara diri hingga aku mati kurus,
ataukan aku makan roti kuahnya hingga aku kenyang, tetapi aku tetapi beriman
kepada Allah dan ingkar terhadap dajjal." Nabi Saw lalu tertawa hingga
nampak gigi geraham.
Rasulullah Saw berkata, "Tidak, tetapi Allah mencukupimu
sebagaimana ia mencukupi kaum Mu'min." Jika suatu perintah turun
kepada Nabi Saw dan beliau merasa kesulitan, maka perintah tersebut diserahkan
kembali kepada Allah seraya memohon petunjuk. Dalam do'a tersebut, beliau
berkata,
اللَّهُمَّ أَرِنِي الْحَقَّ حَقًّا, وَأَرِنِي الْمُنْكَرَ مُنْكَرًا, وَارْزُقْنِي
اجْتِنَابَهُ, وَأَعِذْنِي مِنْ أَنْ يَشْتَبِهَ عَلَيَّ فَأَتْبَعُ هَوَايَ بِغَيْرِ
هُدًي مِنْكَ, وَاجْعَلْ هَوَيَ تَبْعًا لِطَاعَتِكَ, وَخُذْ رِضًا نَفْسَكَ مِنْ نَفْسِي
فِي عَافِيَةٍ, وَاهْدِنِي لِمَا اخْتَلَفَ فِيْهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ, فَإِنَّكَ
تَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ.
Artinya, "Ya
Allah, tunjukkanlah kepadaku suatu kebenaran bahwa itu benar, perlihatkan
kepadaku suatu yang munkar bahwa itu munkar, dan karuniakanlah (kekuatan) untuk
menjauhinya. Jauhkanlah aku dari kebingungan yang menyebabkan aku menuruti hawa
nafsuku tanpa adanya petunjuk dari-Mu. Jadikanlah hawa nafsuku untuk senantiasa
ta'at kepada-Mu. Ambillah ridha dari-Mu untukku untuk keselamatan. Berilah
petunjuk dengan izinmu karena adanya perbedaan di antara yang benar.
Sesungguhnya, Engkau Maha Memberi petunjuk kepada jalan yang lurus."
Pasal Kedua
Akhlak dan Adab Nabi Ketika Makan
Keterangan adab Nabi ketika makan telah disebutkan sebagiannya pada bab
makan dan minum. Rasulullah Saw makan al-Qitsâu (buah seperti mentimun) dan
kurma yang sudah masak. Beliau juga sangat senang makan buah-buahan yang sudah
masak seperti semangka dan anggur. Adakalanya Nabi makan buah anggur sehingga
nampak di atas jenggot Nabi laksana mutiara, padahal itu adalah butiran air
anggur yang menetes.
Makanan yang paling banyak dan menjadi kesukaan Rasulullah adalah air dan
kurma. Beliau kadang mencampur antara susu dan kurma, yang disebut dengan
al-Athyâbîn. Dan makanan yang paling disenanginya adalah daging. Beliau berkata,"Makan
daging dapat menambah kekuatan pendengaran dan menjadi makanan utama di dunia
dan di akhirat. Seandainya aku memohon kepada Tuhanku agar diberi makanan
daging setiap hari, nizcaya akan dikabulkan."
Nabi juga makan roti pakai kuah bersama dengan daging dan labu. Beliau
sangat menyenangi buah labu, sebagaimana dalam sabdanya, "Pohon buah
labu adalah pohonnya saudaraku Yunus." Aisyah Radhiyallahu 'Anhu
berkata, "Apabila engkau memasak satu periuk, maka perbanyaklah labunya
karena labu dapat memperkuat hati yang sedang merasakan sedih."
Selain itu, Nabi Saw juga senang makan hasil tangkapan daging burung.
Namun, beliau tidak ikut serta berburu, dan lebih senang diberi hasil buruan
dan memakannya. Rasulullah makan roti dan mentega. Bagian daging kambing yang
disenangi Nabi adalah pada lengan dan pundak. Yang dimasak dalam periuk yaitu
labu, cuka dari jenis makanan yang dicelup, serta buah kurma yang berjenis
ajwah. Setelah itu beliau berdo'a memohon berkahnya, dan berkata, "Kurma
Ajwah adalah buah dari surga, ia dapat menjadi penawar racun dan sihir."
Nabi juga menyenangi sayur mayur seledri, jamur dan Baqlah (jenis
kacang-kacangan).
Pasal Ketiga
Adab dan Akhlak Rasulullah dalam Berpakaian
Rasulullah Saw memakai pakaian yang ada. Umumnya pakaian beliau berwarna
putih. Nabi bersabda, "Suruhlah orang-orang yang masih hidup di antara
kalian untuk memakainya. Dan dengannya pula kafanilah orang-orang mati di
antara kalian." Terkadang beliau memakai benang pengikat di cincinnya
untuk mengikat sesuatu tatakala Nabi keluar. Nabi Saw memakai peci di bawah
surbannya dan kadang mengubah posisi surbannya. Terkadang pula, beliau
menanggalkan peci dari kepalannya dan dijadikannya sebagai pembatas
dihadapannya, kemudian shalat menghadap kearahnya.
Ketika Nabi Saw memakai pakaian, dimulai dari sebelah kanan, dan berdo'a,
الْحَمْدُ للهِ الَّذِي كَسَانِي مَاأُوَارِي بِهِ عَوْرَتِي وَاَتَجَمَّلُ بِهِ
فِي النَّاسِ.
Artinya, "Segala puji bagi Allah yang telah memberi aku pakaian
untuk menutupi auratku dan berhias dengannya di antara orang-orang."
Saat menanggalkan bajunya, beliau memulainya dari sebelah kirinya.
Sedangkan untuk shalat jum'at, beliau memiliki pakaian khusus. Ketika Nabi
membeli baju baru, baju lama diberikannya kepada orang miskin, dan berkata, "Siapa
dari kaum muslim yang memberikan kelebihan pakaiannya kepada kaum miskin karena
Allah Ta'ala, maka ia berada dalam jaminan Allah Swt dan lindungan-Nya, dan
yang terbaik adalah yang menutupinya sewaktu hidup dan mati." Nabi Saw
memiliki kasur dari kulit berisi ijuk
yang panjangnya sekitar dua hasta, dan lebarnya satu hasta dan
sejengkal. Nabi juga memiliki baju lebar (abaya) yang digelar baginya dan
dilipat saat akan dibawa. Beliau memakai memakai ikat pinggang yang terbuat
dari kulit dan didalamnya terdapat tiga lingkaran perak.
Pasal Keempat
Keberanian Rasulullah Saw.
Ali Radhiayallahu 'Anhu berkata, "Pada perang Badar, kami
berlindung dengan Nabi Saw. dan beliau orang yang terdekat dengan musuh."
Pasal Kelima
Mukjizat-Mukjizat Nabi Saw.
Barang siapa yang melihat akhlak dan keadaan Rasulullah Saw serta mendengar
apa yang diriwayatkan dari Nabi, maka niscaya ia akan tahu bahwa yang terdahulu
dan yang akan datang tidak akan mampu melakukan hal yang sama (menyamainya).
Seperti itu tidak akan pernah terjadi selain bersumber dari wahyu dan apa yang
diturunkan dari Allah Swt. Seorang dusun Arab yang pernah melihat wajah beliau
yang mulia, akan berkata, "Demi Allah, wajah seperti ini bukanlah
pendusta. Beliau memiliki mata yang sudah cukup menunjukkan kebenaran risalah
kerasulan yang diembannya."
Kami menyebutkan beberapa riwayat dimana timbul peristiwa-peristiwa yang
menyalahi kebiasaan-kebiasaan umum, di antaranya bulan terbelah dilihat di atas
kota Mekah ketika beliau diminta oleh kaum Quraisy untuk membuktikannya. Beliau
makan bersama dengan rombongan yang sangat banyak, tapi persediaan sedikit di
rumah sahabat jabir, di rumah Abu Thalhah, dan pada perang Khandak.
Dari celah-celah jari Nabi, mengalir air sehingga para prajurit yang
merasakan sangat haus, semuanya dapat minum dan berwudhu dari suatu tempat yang
kecil. Tempat itu sendiri ukurannya kecil manakala Nabi Saw membentangkan
tangannya di dalamnya.
Contoh-contoh seperti ini banyak dijumpai. Keimanan seseorang tidak
bergantung pada peristiwa-peristiwa tersebut. Allah Swt Maha Mengetahui atas
segala sesuatu. Dan tidak ada daya dan kekuatan selain Allah Dzat Yang Maha
Tinggi lagi Maha Agung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar