Jumat, 01 Maret 2013

ADAB MENCARI NAFKAH DAN AKHLAK KENABIAN


ADAB MENCARI NAFKAH DAN AKHLAK KENABIAN
Pasal Pertama
Gambaran Akhlak Rasulullah Saw.
Beliau dikenal sangat banyak berdo'a dan endah hati. Nabi selalu memohon kepada Allah Swt supaya dihiasi dengan adab yang baik serta akhlak terpuji. Dalam do'anya, beliau membaca;
اللهُ حَسِّنْ خَلْقِي وَخُلُقِي.
Artinya, "Ya Allah, Baguskanlan rupa dan akhlakku."
Said bin Hisyâm berkata, "Aku masuk menemui Aisyah Radhiyallahu 'Anhu, dan bertanya tentang akhlak Rasulullah Saw."
Aisyah menjawab dab bertanya, "Apakah engkau membaca al-Qur'an?"
Aku menjawab, "Iya."
Aisyah menjawab, "Akhlak Nabi Saw adalah al-Qur'an."
Bahkan Rasulullah Saw dibimbing oleh al-Qur'an, sebagaimana dalam ayat, "Jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh."
Di lain ayat, Allah berfirman,
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ.
Artinya, "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan."
Dan firman Allah, "Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)." Dan ditambah dengan beberapa ayat lainnya.
Pada perang Uhud, gigi geraham Nabi patah sehingga darah mengucur keluar dan membasahi wajah beliau. Nabi berkata, "Bagaimana suatu kaum akan selamat jika mereka melumuri wajah Nabi mereka dengan darah." Maka, Allah Swt menurunkan ayat, "Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu." Ayat-ayat ini bermakna membimbing Rasulullah Saw atas kejadian yang telah dihadapinya.
Patut untuk diketahui bahwa, ayat yang senada seperti di atas, banyak dijumpai dalam al-Qur'an. Semuanya itu dimaksudkan seperti pertama kali, yaitu untuk membimbing dan mengarahkan Nabi Saw. Dengan itu, maka sinar pelajaran dari al-Qur'an dapat menyebar ke seluruh manusia.
Rasulullah Saw, "Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak."
Ali Radhiyallahu 'Anhu berkata, "Betapa mengherankan seorang muslim di kunjungi oleh saudaranya muslim untuk suatu keperluan, namun ia sendiri tidak ingin membantunya."  Seandainya, ia tidak memperoleh pahala dan tidak takut terhadap siksa, seharusnya ia bersegera diri berperilaku yang baik (akhlak al-karîmah). Semuanya itu merupakan jalan menuju kepada keberhasilan.
Seorang laki-laki berkata, "Apakah engkau telah mendengar dari Rasulullah Saw?"
Ali berkata, "Ya."
Ketika didatangkan sekelompok tawanan Thayyi, di antara tawanan tersebut ada seorang budak perempuan.
Si budak perempuan berkata, "Hai Muhammad, sudikan engkau membebaskan aku, dan tidak mengecewakan musuh-musuhmu serta tidak mempermalukan orang-orang Arab? Sesungguhnya, aku adalah putri seorang pemimpin di kaumku. Bapakku bertugas melindungi daerahku, membebaskan tawanan, memenuhi kebutuhan orang yang membutuhkan, memberi makan, menyebarkan salam dan tidak pernah mengusir seseorang yang datang kepadanya untuk suatu keperluan. Aku adalah putri dari Hâtim al-Thâî."
Rasulullah Saw berkata, "Wahai budak perempuan, yang kamu sebut adalah semuanya sifat orang-orang mu'min. Andaikata bapakmu seorang muslim, niscaya kami akan mendoakan rahmat baginya." Nabi lalu memerintahkan, "Bebaskan dia, sesunggunya bapaknya menyenangi budi pekerit yang mulia."
Rasulullah Saw bersabda,
لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ إِلَّا حَسَنَ الْأَخْلَاقِ.
Artinya, "Sesungguhnya, tidak masuk surga melainkan yang memiliki akhlak yang baik."
Dari Muadz bin Jabal Radhiyallahu 'Anhu, bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Sesungguhnya, Islam meliputi akhlak-akhlak yang terpuji dan perilaku yang baik."
Di antara perilaku-perilaku yang baik tersebut adalah pergaulan yang baik, perbuatan terpuji dan perkataan yang lunak, melakukan perbuatan yang ma'ruf, memberi makan tamu, menyebarkan salam, menziarahi orang muslim yang sakit baik yang akhlaknya rupawan maupun yang buruk, memenuhi kebutuhan orang muslim yang membutuhkan, menghadiri undangan perjamuan makan dan mendo'akannya, suka memaafkan, senang mendamaikan, bersifat pemurah, mulia, toleransi, memulai memberi salam, menahan amarah dan memberi maaf orang yang minta maaf.
Islam menolak sifat yang suka bermain-main, batil, menyanyi dan bermain musik terus menerus, setiap perbuatan tercela, berdusta, ghibah, bakhil, membenci, melakukan tipu daya, penipuan, namimah, keterangan yang buruk, memutus tali silaturrahim, berperilaku yang buruk, takabbur, dzalim, senda gurau, berkata yang keji, dendam, dengki, iri hati, bersikap merasa sial, permusuhan dan penganiayaan.
Anas Radyhiyallahu 'Anhu berkata, "Tidaklah Islam menyeru kepada nasehat yang baik, melainkan sejak awal telah diseru dan diperintahkan. Islam tidak membiarkan kecurangan atau membenci kejelekan maupun sesuatu, kecuali Islam telah memperingatkan dan melarang melakukannya."
 Semuanya itu telah cukup disebutkan dalam salah satu ayat;
إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ.
Artinya, "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan."
Mu'adz Radhiyallahu 'Anhu berkata, Rasulullah Saw telah menasehatiku dengan berkata, "Wahai Mu'adz, aku berwasiat kepadamu supaya kamu bertaqwa kepada Allah Swt., berkata benar, memenuhi janji, menjalankan amanah, tidak berkhianat, menghormati tentangga, menyayangi anak-anak yatim, berkata yang lemah lembut, mengucapkan salam, bersikap yang baik, memendekkan angan-angan, menjaga iman, memperdalam pengetahuan al-Qur'annya dan mencintai akhirat, cemas terhadap hari perhitungan dan menjaga anggot tubuh. Berhati-hatilah kamu agar tidak mencela hukum-hukum kami, mendustakan sesuatu yang benar, taat kepada orang yang berbuat dosa, melawan pemimpin yang adil, berbuat kerusakan di bumi. Aku mewasiatkan agar engkau bertaqwa kepada Allah Swt dimanapun engkau berada dan bertaubat setiap kali berbuat salah, dari yang tersembunyi dengan sesuatu yang tersembunyi, yang terang dengan sesuatu yang terang pula."
Demikian, adab yang telah diajarkan Allah Swt kepada hamba-hambanya dan membimbingnya untuk berakhlakul karimah dan beradab sopan dan santun.

Kumpulan Akhlak-Akhlak Rasulullah Saw Yang Telah Disusun Oleh Para Ulama Dari Berbagai Riwayat
Para ulama memandang, bahwa Nabi Saw adalah orang yang paling berani, memiliki pandangan jauh ke masa depan, paling kuat ibadahnya, orang yang paling pemaaf, tidak pernah bersentuhan dengan tangan seorang wanita manapun selaian kepada istri atau mahramnya.
Beliau terkenal sebagai orang yang paling dermawan. Beliau tidak pernah menyimpan uang dinar atau dirham, karena ketika ada uang lebih yang dipegangnya maka beliau mencari orang yang membutuhkannya hingga malam. Nabi tidak akan pulang ke rumahnya sebelum mendapati orang yang membutuhkan pemberiannya, dan tidak mengambil makanan yang direzkikan Allah kepadanya kecuali yang memberikan kekuatan dan bertahan lama berupa makanan pokok yang mudah dijumpai, yaitu kurma dan gandum. Selebihnya, beliau sedeqahkan di jalan Allah. Setiap orang yang meminta kepadanya, beliau penuhi. Kemudian kembali lagi ke makanan yang dapat bertahan selama setahun untuk dapat membantu orang lain, sehingga beliau membutuhkannya sebelum tahun itu habis. Jika tidak mendapatkannya, maka beliau bersabar.
Rasulullah Saw juga memperbaiki sandal, menambal baju, membantu pekerjaan istri-istrinya, serta memotong-motong daging bersama mereka. Beliau dikenal memiliki sifat malu yang sangat besar, pandangannya tidak pernah melihat terus-menerus ke wajah orang lain. Memenuhi undangan orang-orang merdeka maupun undangan para hamba sahaya. Menerima hadiah, meskipun hanya seteguk susu atau sepotong daging kelinci, tetap beliau merasa cukup dan dimakannya. Nabi tidak pernah makan hasil pemberian sedeqah. Rasulullah tidak sombong untuk datang memenuhi undangan para budak maupun kaum miskin. Beliau marah demi Tuhannya, dan tidak marah demi dirinya sendiri.
Beliau terkadang mengganjal perutnya dengan sebongkah batu untuk menahan rasa laparnya. Rasulullah makan apa adanya, tidak menolak apapun yang disodorkan kepadanya, tidak menolak makanan halal, serta memakai pakaian seadanya. Beliau terkadang memakai pakaian yang terbuat dari selimut hitam dari Negeri Yaman, terkadang jubah kaum sufi, serta pakaian-pakaian sederhana yang ada. Beliau juga memakai cincin sesekali di jari manis sebelah kanannya, dan sesekali di jari manis sebelah kiri.
Sesekali Nabi Saw menggandeng pembantu atau sahabatnya. Beliau mengendarai apa saja yang mungkin digunakan, seperti naik kuda, sesekali naik kuda kecil atau keledai, sesekali berjalan kaki tanpa sorban dan peci. Mengunjungi orang sakit, meskipun harus menempuh jarak yang jauh ke pelosok daerah dari kota Madinah. Menyenangi wangi-wangian dan tidak menyukai bau-bau busuk.
 Rasulullah duduk dekat dengan kaum fakir dan makan bersama dengan orang miskin. Menyukai orang-orang yang berperilaku sopan santun. Berlemah lembut kepada orang-orang terhormat karena kebaikannya, mereka berbuat baik karena sifat kasih yang dimilikinya dan bukan karena maksud-maksud tertentu terhadap orang-orang mulia di antara mereka. Beliau tidak membenci seseorang dan tidak pernah menolak maaf dari orang lain kepadanya. Nabi Saw bersenda gurau dan tidak berkata melainkan sesuatu yang benar. Tertawa tapi tidak dengan terbahak-bahak. Bermain dalam suatu permainan yang dibolehkan dan tidak membencinya, serta terkadang berlomba dengan keluarganya.
Beliau memiliki seorang pembantu dan hamba sahaya, makanan mereka sama dengan apa yang dimakan dan pakaian yang dikenakan oleh Nabi, padahal beliau dikenal sebagai orang yang sebelumnya tidak tahu membaca dan menulis. Tumbuh dewasa di daerah yang dikenal jahiliyah dan dikelilingi oleh padang pasir, dan di tengah kebiasaan menggembala kambing sebagai anak yang telah yatim piatu, tanpa ayah dan ibu semenjak kecil.
Allah Swt telah mengajarkan kepada beliau tentang seluruh perilaku-perilaku yang mulia dan akhlak-akhlak yang terpuji. Beliau juga diberitahu tentang kejadian-kejadian masa lalu dan peristiwa-peristiwa yang datang belakangan, serta jalan menuju kesuksesan dan kemenangan di akhirat. Semoga Allah Swt memberi taufik kepada kita agar selalu termotifasi untuk ta'at kepada-Nya, dan membiasakan diri mengamalkannya. Amin

Sisi-sisi lain dari Adab Rasulullah Saw
Para Ulama berkata bahwa Rasulullah Saw tidak pernak pernah mencela seorang mu'min dengan suatu celaan, melainkan dimaksudkan sebagai kaffarat (tebusan) dan rahmat. Ada yang berkata kepada beliau pada waktu perang; "Bagaimana kalau engkau melaknatnya ya Rasul?" Nabi menjawab, "Sesunggunya, aku diutus sebagai rahmat dan bukan untuk melaknat."
Anas Radhiyallahu 'Anhu berkata, "Demi Dzat yang mengutusnya dengan haq sebagai Nabi, beliau tidak pernah berkata kepadaku tentang sesuatu yang dibenci atas perbuatan-perbuatanku. Apabila istri-istri beliau menyalahkan aku, maka beliau berkata; Biarkanlah ia, sesungguhnya hal itu telah ditetapkan dan ditakdirkan."
Dikatakan, "Jika dua kebaikan saling bertemu, niscaya Nabi Saw akan memilih salah satu yang paling mudah di antara keduanya. Kecuali bila dalam pilihan tersebut dipandang dosa atau dapat memutus tali silaturrahim. Beliau adalah figur yang paling menjauhkah diri dari sikap tersebut." Nabi Saw tidak pernah dikunjungi sahabat-sahabatnya, hamba sahaya atau seorang budak perempuan, kecuali beliau bersama-sama dengan mereka dalam menyelesaikan hajatnya.
Allah Swt memperkenalkan Nabi Saw dalam Kitab Taurat pada bagian-bagian awal, jauh sebelum beliau diutus, "Muhammad adalah utusan Allah dari hamba-hambaku yang terpilih, tidak bersikap kasar, kejam dan tidak pernah berteriak di tempat-tempat umum. Tidak membalas suatu kejahatan dengan kejahatan, akan tetapi sering memaafkan dan bersalaman. Tempat lahirnya di Makkah, hijrahnya ke Thâbah, kerajaannya di negeri Syam dan mengikat sarung di perutnya. Yang bersama dengan beliau adalah orang-orang yang mendalami al-Qur'an dan ilmu pengetahuan serta seluruh bagian-bagian tubuhnya suci karena wudhu." Demikian pula yang termaktub dalam kitab Injil.
Salah satu keutamaan akhlak Nabi adalah selalu memulai memberi salam terhadap siapa saja yang ditemuinya. Ketika bertemu seseorang untuk suatu hajat, beliau tidak akan beranjak sebelum orang tersebut yang terlebih dahulu pergi.  Beliau tidak pula menarik tangannya terlebih dahulu sebelum orang yang bersalaman dengannya melepas tangannya terlebih dahulu. Dan jika bertemu dengan sahabatnya, maka beliau terlebih dahulu menjulurkan tangannya untuk menjabatnya dengan pegangan yang erat.
Rasulullah tidak berdiri maupun duduk melainkan selalu mengingat Allah Ta'ala. Jika beliau mengimami seseorang, maka shalatnya diringankan. Setelah melaksanakan shalat, beliau menghadap kepadanya, dan bertanya, "Apakah engkau mempunyai keperluan?. Setelah selesai memenuhi hajat orang tersebut, beliau kembali ke shalatnya.
Ketika duduk, beliau selalu meluruskan betisnya. Dan majlis pertemuanya yang diadakannya adalah dikenal sebagai majlis beliau karena pada setiap pertemuan, beliaulah yang selalu terakhir beranjak dari majlis tersebut. Umumnya ketika Nabi duduk, ia menghadap ke arah kiblat. Setiap tamu yang datang ke tempat beliau, Nabi menjamunya seakan-akan dengan membentangkan pakaiannya sebagai alas bagi yang tidak memiliki kerabat atau saudara di majlis tersebut. Terkadang juga, beliau menawarkan bantal kepada tamu yang datang sebagai alas. Jika tamu itu menolak, maka Nabi menwarkannya kembali hingga ia memakainya. Di akhir majlis, dan sebelum beliau beranjak meninggalkan tempat, Nabi membaca do'a ;
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ.
Artinya, "Maha suci Engkau dan atas segala puji-Mu, aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan melainkan Engkau, dan aku mohon ampun kepada-Mu serta bertaubat kepada-Mu."
Kemudian, Nabi Saw bersabda, "Sungguh kata-kata tersebut diajarkan oleh Jibril."

Perkataan Dan Ketawa Nabi Saw
Rasulullah Saw dikenal fasih dalam berbicara serta indah dalam berkata-kata. Beliau bersabda, "Aku adalah orang Arab yang paling fasih." Sesungguhnya penghuni surga berbicara dengan bahasa yang digunakan Nabi Saw (bahasa Arab). Beliau berbicara dengan makna yang luas, tidak lebih dan tidak kurang. Yang mendengarnya sangat paham dan mudah dihafal karena kata antara satu dengan lainnya saling terkait. Beliau tidak berkata yang benar maupun marah kecuali yang benar. Rasulullah adalah orang yang sering tersenyum dan paling gembira hatinya, selama wahyu tidak turun kepadanya atau menyebut hari kiamat dan berkhutbah dengan nasehat yang baik.
Suatu hari seorang Arab dusun datang menghadap, sedangkan Nabi Saw sedang memikirkan sesuatu. Arab dusun tersebut bertanya kepada beliau. Para sahabat kemudian memperingatkan, "Wahai Arab dusun, jangan engkau lakukan, kami melihat Nabi sedang memikirkan sesuatu."
Nabi berkata, "Biarkan ia, demi Dzat yang telah mengutusku dengan benar sebagai Nabi, aku tidak membiarkannya hingga ia tersenyum."
Arab dusun berkata,"Wahai Rasulullah, informasi yang sampai kepada kami bahwa al-Masih (Dajjal) akan datang kepada manusia yang sedang makan roti kuah, tapi mereka semua binasa karena lapar. Ayah dan ibuku menjadi tebusan, apakah aku menolak roti kuahnya karena memelihara diri hingga aku mati kurus, ataukan aku makan roti kuahnya hingga aku kenyang, tetapi aku tetapi beriman kepada Allah dan ingkar terhadap dajjal." Nabi Saw lalu tertawa hingga nampak gigi geraham.
Rasulullah Saw berkata, "Tidak, tetapi Allah mencukupimu sebagaimana ia mencukupi kaum Mu'min." Jika suatu perintah turun kepada Nabi Saw dan beliau merasa kesulitan, maka perintah tersebut diserahkan kembali kepada Allah seraya memohon petunjuk. Dalam do'a tersebut, beliau berkata,
اللَّهُمَّ أَرِنِي الْحَقَّ حَقًّا, وَأَرِنِي الْمُنْكَرَ مُنْكَرًا, وَارْزُقْنِي اجْتِنَابَهُ, وَأَعِذْنِي مِنْ أَنْ يَشْتَبِهَ عَلَيَّ فَأَتْبَعُ هَوَايَ بِغَيْرِ هُدًي مِنْكَ, وَاجْعَلْ هَوَيَ تَبْعًا لِطَاعَتِكَ, وَخُذْ رِضًا نَفْسَكَ مِنْ نَفْسِي فِي عَافِيَةٍ, وَاهْدِنِي لِمَا اخْتَلَفَ فِيْهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِكَ, فَإِنَّكَ تَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيْمٍ.
Artinya, "Ya Allah, tunjukkanlah kepadaku suatu kebenaran bahwa itu benar, perlihatkan kepadaku suatu yang munkar bahwa itu munkar, dan karuniakanlah (kekuatan) untuk menjauhinya. Jauhkanlah aku dari kebingungan yang menyebabkan aku menuruti hawa nafsuku tanpa adanya petunjuk dari-Mu. Jadikanlah hawa nafsuku untuk senantiasa ta'at kepada-Mu. Ambillah ridha dari-Mu untukku untuk keselamatan. Berilah petunjuk dengan izinmu karena adanya perbedaan di antara yang benar. Sesungguhnya, Engkau Maha Memberi petunjuk kepada jalan yang lurus."

Pasal Kedua
Akhlak dan Adab Nabi Ketika Makan
Keterangan adab Nabi ketika makan telah disebutkan sebagiannya pada bab makan dan minum. Rasulullah Saw makan al-Qitsâu (buah seperti mentimun) dan kurma yang sudah masak. Beliau juga sangat senang makan buah-buahan yang sudah masak seperti semangka dan anggur. Adakalanya Nabi makan buah anggur sehingga nampak di atas jenggot Nabi laksana mutiara, padahal itu adalah butiran air anggur yang menetes.
Makanan yang paling banyak dan menjadi kesukaan Rasulullah adalah air dan kurma. Beliau kadang mencampur antara susu dan kurma, yang disebut dengan al-Athyâbîn. Dan makanan yang paling disenanginya adalah daging. Beliau berkata,"Makan daging dapat menambah kekuatan pendengaran dan menjadi makanan utama di dunia dan di akhirat. Seandainya aku memohon kepada Tuhanku agar diberi makanan daging setiap hari, nizcaya akan dikabulkan."
Nabi juga makan roti pakai kuah bersama dengan daging dan labu. Beliau sangat menyenangi buah labu, sebagaimana dalam sabdanya, "Pohon buah labu adalah pohonnya saudaraku Yunus." Aisyah Radhiyallahu 'Anhu berkata, "Apabila engkau memasak satu periuk, maka perbanyaklah labunya karena labu dapat memperkuat hati yang sedang merasakan sedih."
Selain itu, Nabi Saw juga senang makan hasil tangkapan daging burung. Namun, beliau tidak ikut serta berburu, dan lebih senang diberi hasil buruan dan memakannya. Rasulullah makan roti dan mentega. Bagian daging kambing yang disenangi Nabi adalah pada lengan dan pundak. Yang dimasak dalam periuk yaitu labu, cuka dari jenis makanan yang dicelup, serta buah kurma yang berjenis ajwah. Setelah itu beliau berdo'a memohon berkahnya, dan berkata, "Kurma Ajwah adalah buah dari surga, ia dapat menjadi penawar racun dan sihir." Nabi juga menyenangi sayur mayur seledri, jamur dan Baqlah (jenis kacang-kacangan).

Pasal Ketiga
Adab dan Akhlak Rasulullah dalam Berpakaian
Rasulullah Saw memakai pakaian yang ada. Umumnya pakaian beliau berwarna putih. Nabi bersabda, "Suruhlah orang-orang yang masih hidup di antara kalian untuk memakainya. Dan dengannya pula kafanilah orang-orang mati di antara kalian." Terkadang beliau memakai benang pengikat di cincinnya untuk mengikat sesuatu tatakala Nabi keluar. Nabi Saw memakai peci di bawah surbannya dan kadang mengubah posisi surbannya. Terkadang pula, beliau menanggalkan peci dari kepalannya dan dijadikannya sebagai pembatas dihadapannya, kemudian shalat menghadap kearahnya.
Ketika Nabi Saw memakai pakaian, dimulai dari sebelah kanan, dan berdo'a,
الْحَمْدُ للهِ الَّذِي كَسَانِي مَاأُوَارِي بِهِ عَوْرَتِي وَاَتَجَمَّلُ بِهِ فِي النَّاسِ.
Artinya, "Segala puji bagi Allah yang telah memberi aku pakaian untuk menutupi auratku dan berhias dengannya di antara orang-orang."
Saat menanggalkan bajunya, beliau memulainya dari sebelah kirinya. Sedangkan untuk shalat jum'at, beliau memiliki pakaian khusus. Ketika Nabi membeli baju baru, baju lama diberikannya kepada orang miskin, dan berkata, "Siapa dari kaum muslim yang memberikan kelebihan pakaiannya kepada kaum miskin karena Allah Ta'ala, maka ia berada dalam jaminan Allah Swt dan lindungan-Nya, dan yang terbaik adalah yang menutupinya sewaktu hidup dan mati." Nabi Saw memiliki kasur dari kulit berisi ijuk  yang panjangnya sekitar dua hasta, dan lebarnya satu hasta dan sejengkal. Nabi juga memiliki baju lebar (abaya) yang digelar baginya dan dilipat saat akan dibawa. Beliau memakai memakai ikat pinggang yang terbuat dari kulit dan didalamnya terdapat tiga lingkaran perak.

Pasal Keempat
Keberanian Rasulullah Saw.
Ali Radhiayallahu 'Anhu berkata, "Pada perang Badar, kami berlindung dengan Nabi Saw. dan beliau orang yang terdekat dengan musuh."

Pasal Kelima
Mukjizat-Mukjizat Nabi Saw.
Barang siapa yang melihat akhlak dan keadaan Rasulullah Saw serta mendengar apa yang diriwayatkan dari Nabi, maka niscaya ia akan tahu bahwa yang terdahulu dan yang akan datang tidak akan mampu melakukan hal yang sama (menyamainya). Seperti itu tidak akan pernah terjadi selain bersumber dari wahyu dan apa yang diturunkan dari Allah Swt. Seorang dusun Arab yang pernah melihat wajah beliau yang mulia, akan berkata, "Demi Allah, wajah seperti ini bukanlah pendusta. Beliau memiliki mata yang sudah cukup menunjukkan kebenaran risalah kerasulan yang diembannya."
Kami menyebutkan beberapa riwayat dimana timbul peristiwa-peristiwa yang menyalahi kebiasaan-kebiasaan umum, di antaranya bulan terbelah dilihat di atas kota Mekah ketika beliau diminta oleh kaum Quraisy untuk membuktikannya. Beliau makan bersama dengan rombongan yang sangat banyak, tapi persediaan sedikit di rumah sahabat jabir, di rumah Abu Thalhah, dan pada perang Khandak.
Dari celah-celah jari Nabi, mengalir air sehingga para prajurit yang merasakan sangat haus, semuanya dapat minum dan berwudhu dari suatu tempat yang kecil. Tempat itu sendiri ukurannya kecil manakala Nabi Saw membentangkan tangannya di dalamnya.
Contoh-contoh seperti ini banyak dijumpai. Keimanan seseorang tidak bergantung pada peristiwa-peristiwa tersebut. Allah Swt Maha Mengetahui atas segala sesuatu. Dan tidak ada daya dan kekuatan selain Allah Dzat Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar