Jumat, 01 Maret 2013

CINTA, RINDU, DAN RIDHA


CINTA, RINDU, DAN RIDHA
Cinta kepada Allah merupakan tujuan akhir. Cinta adalah derajat tertinggi, sedangkan bentuk yang lainnya seperti rindu dan ridha akan ikut mengiringi jika cinta sudah tertanam.
Sebagian orang yang dihalangi oleh Allah akan kenikmatan ini, mengingkari bahwa hal itu bisa dirasakan. Kami akan menjelaskannya dengan beberapa ayat dan riwayat hadits. Allah Swt berfirman:
وَالَّذِيْنَ آمَنُوْا أَشَدُّوْا حُبًّا للهِ.
Artinya, "Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah."
Di lain ayat, Allah Swt berfirman: "Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya."
Dalam hadits disebutkan:
لَا يُؤْمِنُوْا أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحْبَّ لِأَخِيْهِ كَمَا يُحْبَّ لِنَفْسِهِ.
"Tidak beriman salah seorang di antara kamu hingga Allah dan Rasul- Nya menjadi orang yang paling dicintai olehnya daripada keluarganya, hartanya, dan dari manusia seluruhnya."
Dalam hadits yang masyhur disebutkan, bahwa Nabi Ibrahim as berkata kepada malaikat maut ketika ia mendatanginya untuk mencabut nyawanya: Apakah engkau pernah melihat Sang Kekasih mematikan kekasihnya? Lalu Allah Swt mewahyukan kepadanya: "Apakah engkau pernah melihat sebuah cinta yang tidak senang bertemu kekasihnya? Kemudian Nabi Ibrahim berkata: Wahai Malaikat maut, maka sekarang cabutlah nyawaku. Rasulullah Saw pernah berdo`a:
اللَّهُمَّ ارْزُقْنِيْ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ أَحَبَّكَ وَحُبَّ ما يُقَرِّبُنِي إِلَى حُبِّكَ
وَاجْعَلْ حُبَّكَ أَحَبَّ إِلَيَّ مِنَ الْمَاءِ الْبَارِدِ.
Artinya, "Ya Allah, anugerahilah aku cinta-Mu dan cinta orang yang mencintai-Mu, serta cinta yang bisa mendekatkan diriku kepada cinta-Mu. Dan jadikanlah cinta-Mu dalam diriku melebihi cintaku kepada air segar."
Seorang Arab badui pernah bertanya kepada Rasulullah: Kapan hari kiamat itu wahai Rasulullah? Beliau bersabda: "Apa yang engkau persiapkan untuk menghadapinya?" Ia berkata: Aku tidak mempersiapkan diriku untuk menghadapinya dengan banyak shalat dan berpuasa. Hanya saja aku mencintai Allah dan Rasul-Nya. Lalu Rasulullah Saw bersabda: "Seseorang itu akan bersama orang yang ia cintai di hari kiamat nanti." Anas berkata: Aku tidak pernah melihat kaum muslimin bergembira karena sesuatu sesudah masuk Islam seperti mereka bergembira karena kabar tersebut.
Abu Bakar ash-Shiddiq ra berkata: Siapa yang merasakan ketulusan cinta Allah Swt, maka ia akan disibukkan oleh rasa tersebut daripada sibuk mencari kemewahan dunia, dan hatinya tidak ditempati oleh seluruh manusia."     
Penjelasan tentang makna cinta
Cinta adalah kecenderungan watak terhadap cinta itu sendiri karena ia terasa nikmat. Sedangkan kebencian adalah sebaliknya, yaitu watak yang lari menjauh karena tidak sesuai. Semakin nikmat, maka rasa cinta semakin mendalam. Kenikmatan mata terletak pada penglihatan. Kenikmatan telinga terletak pada pendengaran. Kenikmatan hidung yang mencium bau terletak pada wangi-wangian. Demikianlah, setiap panca indera sesuai dengan kenikmatan yang dirasakan, sehingga rasa cinta pun tumbuh.
Nabi Saw bersabda: "Ditanamkan rasa cinta kepadaku tiga hal dari dunia kalian, yaitu wangi-wangian, wanita, dan ketenangan batinku dijadikan di dalam shalat." Beliau menjelaskan bahwa di balik sesuatu yang diindera dengan panca indera terdapat kecintaan dan kenikmatan karena shalat bukanlah termasuk hal yang dirasakan kenikmatannya dengan panca indera. Jadi, mata batin itu lebih kuat daripada penglihatan secara lahir, dan hati itu lebih kuat nalarnya daripada mata. Keindahan makna yang dinalar dengan akal lebih dahsyat dan sempurna daripada keindahan bentuk secara lahir. Semua kenikmatan hati tersebut dengan masalah ketuhanan yang dirasakan oleh hati, yang juga bisa ditangkap oleh panca indera, menjadi lebih sempurna dan sangat mendalam. Hingga kecenderungan watak yang benar terhadap rasa demikian menjadi lebih kuat. Makna cinta itu hanya merupakan kecenderungan terhadap kenikmatan yang dirasakan. Maka tidak ada yang mengingkari kenikmatan tersebut kecuali orang lalai yang setingkat dengan level binatang. Akibatnya panca inderanya tidak bisa menangkap dengan baik sama sekali.
Ketahuilah bahwa sesuatu yang dicintai oleh manusia adalah dirinya sendiri. Karena dirinya merupakan sesuatu yang paling sesuai untuk dirinya sendiri. Ia mencintai orang yang berbuat baik terhadap dirinya untuk keharmonisan dirinya. Karena manusia itu hamba perbuatan baik, dan terkadang ia mencintai sesuatu untuk dirinya sendiri, dikarenakan sesuatu itu indah dan baik dalam dirinya. Hal demikian merupakan jenis cinta yang paling dalam yang tidak bercampur dengan sifat keduniawian. Jadi, segala sesuatu yang indah pasti dicintai.
Orang yang terhalang dari cinta akan mengira bahwa keindahan itu adalah terhadap sesuatu yang diindera. Kami katakan, bahwa sesuatu yang baik nan indah itu merupakan sesuatu yang sudah sempurna, setidaknya bagi orang yang menikmatinya, sehingga kami mengetahui penginderaan sesuatu yang tidak diindera oleh suara dan bentuk pengkhayalan. Semuanya itu dicintai. Jika ada seseorang yang mengkhayal bahwa hal tersebut tergantung pada penginderaan, maka akhlak yang baik, ilmu, kemampuan, dan akal, semuanya itu baik dan dicintai. Sedangkan semuanya itu bukanlah sesuatu yang dapat diindera dengan panca indera secara lahir, akan tetapi diketahui dengan cahaya mata hati.
Oleh karena itu, mencintai Nabi Saw, para sahabatnya, imam syafi`i dan imam mazhab lainnya, merupakan suatu hal yang mungkin, walaupun hal itu tidak dapat diindera dan tidak dapat ditangkap dengan panca indera. Namun, semuanya itu bisa didengar melalui cerita tentang perangai mereka yang baik. Jadi, jika sesuatu tidak dapat diindera, maka untuk dapat mengetahuinya digunakan dengan mata hati. Jika hal ini sudah bisa dipahami, maka tidak ada yang berhak untuk dicintai selain Allah Swt. Karena Dialah Sang Pencipta dan Yang Menganugerahi fitrah. Kemudian Dialah Penyebab kekekalan, keabadian, dan kedamaian. Bagaimanapun, Dialah Zat Yang Berbuat Baik. Dialah Zat Yang Indah, di mana segala keindahan dan kebaikan terpancar dari wujud-Nya.
Siapa yang mencintai para nabi dan para sahabat serta para imam terkemuka, maka ia pasti mengikuti perangai yang baik dari mereka. Karena segala kebaikan berasal dari-Nya dan kembali kepada-Nya. Dialah yang mempunyai keindahan, di mana segala keindahan terpancar dari-Nya. Engkau telah mengetahui bahwa segala hal yang indah pada dasarnya akan dicintai. Engkau juga telah mengetahui bahwa perilaku manusia mungkin akan menjadikannya terhindar dari sifat-sifat terpuji. Sehingga dikatakan: "Berakhlaklah dengan akhlak Allah." Namun, di dalam batin manusia terdapat hakikat. Allah Swt menciptakan suatu tabiat di dalam hati, yang disebut dengan cahaya ilahi, karena Allah Swt berfirman: "Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)?"
Watak inilah yang dapat merasakan indahnya kehadiran Tuhan sesuai dengan ukuran kematiannya. Apabila keindahan tersebut sudah dicintai, maka tidak ada wujud yang lebih agung, lebih luhur, lebih mulia, dan lebih sempurna, selain dari keindahan yang dipinjam dari anugerah-Nya. Seberapa dalam ia merasakan keindahan tersebut, maka sebesar itulah kenikmatan yang ia rasakan. Dan seberapa besar kenikmatan yang dirasakan, maka sedalam itulah cintanya.
Pasal pertama
Penjelasan tentang penyebab bertambahnya kenikmatan di akhirat atas pengetahuan di dunia
Ketahuilah bahwa segala sesuatu yang dinalar itu terbagi pada; sesuatu yang masuk dalam khayalan seperti bentuk imaginisasi, dan sesuatu yang tidak masuk dalam khayalan seperti tanda-tanda kebesaran Allah Swt, serta segala sesuatu yang tidak pasti dan tidak ada bentuk imaginisasinya, seperti ilmu, kemampuan, dan kehendak. Jika ada orang yang melihat seorang manusia, kemudian ia menutup matanya, maka ia menemukan bentuk wujudnya hadir di dalam khayalannya. Seakan-akan ia melihatnya dengan nyata. Akan tetapi, jika ia membuka matanya, maka ia akan menyadari perbedaan dari kedua kondisi tersebut. Perbedaannya tidak dikembalikan pada perbedaan antara kedua bentuk wujudnya, akan tetapi dikembalilkan kepada perbedaan antara yang jelas dan yang tidak jelas. Ia seperti melihat seseorang pada waktu sebelum sinar matahari memancar terang, kemudian ia melihatnya di saat matahari terbenam. Kedua waktu tersebut tidak ada bedanya, hanya saja ada yang lebih jelas dan terang, ada juga yang kurang jelas. Jika engkau telah mengetahui hal ini, maka ketahuilah bahwa sunnatullah itu berlaku, di mana selama jiwa tertutup oleh sifat-sifat yang tercela maka ia tidak dapat menyaksikan (musyadahah) makna-makna di balik alam nyata. Tapi sifat-sifat tersebut dimiliki oleh jiwa, seperti halnya kelopak mata. Semakin berkurang sifat-sifat tercela tersebut di jiwa, maka akan bertambah jelas dan terang alam hakikat, serta semakin nikmat dan dalam cintanya.                     

 Faktor pendorong untuk mencintai Allah
Orang yang paling bahagia di akhirat, adalah yang paling kuat kecintaannya kepada Allah Swt. Karena sebenarnya akhirat itu adalah proses menemui Tuhan, maka alangkah dahsyatnya kenikmatan pencinta, menghadap ke hadirat-Nya setelah sekian lama menahan perasaan rindu yang dalam. Ia dapat melihatnya tanpa ada satupun makhluk yang menghalangi dan mengganggunya.
Ada dua sebab yang dapat menambah perasaan cinta: Pertama, Mengosongkan hati dari selain Allah, karena seperti wajan ketika ia menjadi kosong maka semakin luas ruang yang dapat digunakan.  Pengosongan diri dari selain Zat yang maha kekal akan menyebabkan kepada kekuatan cinta kepada-Nya. Seperti disinyalir di dalam Al-Quran: "Katakanlah: "Allah ( yang menurunkannya )". Kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al Quran kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya."
Kedua:  Mengtahui dan mengenal Tuhan. Yang pertama kita kiaskan kepada menyingkirkan duri dan rumput dari atas tanah. Sedangkan yang kedua seperti  menabur bibit di atas bumi; agar tumbuh dan lahir darinya pohon makrifah (mengetahui Tuhan), yaitu kata-kata yang baik (kalimah thoyyibah) sebagaimana Allah berfirman dalam Al Quran: "Perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang kuat dan subur, akarnya teguh dan cabangnya ( menjulang ) ke langit."
Pasal Kedua
Tentang dalamnya kerinduan kepada yang Dicintai
Jika telah terpatri perasaan cinta, maka akan murnilah kerinduan kepada Yang Dicintai, sebagaimana yang diterangkan di dalam hadis-hadis Rasulullah. Telah diriwayatkan bahwa Abu Darda pernah berkata kepada Ka'ab: Kabarkanlah kepadaku ayat yang paling istimewa di dalam kitab Taurat. Ka'ab memenuhi permintaannya, lalu berkata: Allah telah berfirman, "Betapa dahsyatnya kerinduan orang-orang soleh yang hendak menemui-Ku, sehingga Aku pun akan menemui mereka dengan perasaan yang melebihi kerinduan mereka. Telah tercatat di dalam cintanya: Barang siapa mencari-Ku, pasti akan menemui Ku. Dan barang siapa menginginkan selain Aku, niscaya tidak akan menemui-Ku. Maka berkata Abu Darda: Saya bersaksi, bahwasanya saya telah mendengar Rasulullah Saw bersabda demikian.
Dan dalam riwayat yang dari Nabi Dawud,: Allah berfirman:" Wahai Daud, beritahukanlah kepada penduduk bumi bahwa aku adalah kekasih bagi siapa saja yang mencintai-Ku, menjadi karib bagi orang yang mendekat kepada-Ku, mengingat siapa saja yang mengingat-Ku. Dan menjadi Teman bagi orang yang mengakrabkan dirinya dengan-Ku. Aku akan memilih siapa saja yang memilih-ku, dan akan mematuhi siapa saja yang mematuhi-Ku. Barang siapa mencintai-Ku, sementara ia mengetahui dengan keyakinan di hatinya, kecuali akan Aku terima cintanya. Barang siapa yang benar-benar mencari-Ku, pastilah akan menemui-Ku. Dan barang siapa mengharapkan selain Aku, pasti tidak akan menemukan-Ku. Maka wahai penghuni bumi ketahuilah dan sadarilah akan kesesatan. Marilah menggapai kemulian-Ku. Cepatlah bergegas kepada-Ku, Aku pun akan bergegas kepadamu dan akan bersegera mencintaimu. Sesungguhnya Aku telah menciptakan kesucian para kekasih-Ku dari kesucian Ibrahim, Musa, Yahya, dan kekasih-Ku Muhammad Saw.  Sesungguhnya Aku telah menciptakan hati para pencinta, dan kenikmatan bagi mereka dengan izin-Ku.
Diriwiyatkan dari sebagaian ulama salaf: Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepada sebagian orang-orang yang terpercaya:   Bahwa ada di antara hamba-hamba- Ku yang mencintai Aku dan Aku pun mencintai mereka. Mengingat-Ku dan Aku pun mengingat mereka. Memperhatikan Aku dan Aku pun memperhatikan mereka. Apabila engkau mendukung perbuatan mereka, niscaya Aku akan mencintaimu. Dan jika kamu berbuat adil terhadap mereka, tidak niscaya aku akan dekat denganmu. Mereka berkata: Ya Tuhanku, apakah tanda-tanda mereka?
Allah Swt berfirman: "Tanda-tanda mereka adalah menjaga kerindangan di tengah terik mata hari, sebagaimana pengembala baik hati yang sedang mengembala kambing-kambingnya. Mengelukan terbenamnya matahari, sebagaimana burung-burung yang hendak pergi ke sarang-sarang mereka, ketika matahari mulai terbenam pada porosnya. Maka ketika malam datang dan kegelapan menyelimuti mereka, setiap kekasih menyatu dengan kekasihnya. Mereka berdiri mengokohkan kaki mereka, dan menengadahkan wajah  kepada-Ku seraya berdoa kepada-Ku. Sementara mereka berada di antara kondisi berteriak dan menangis, antara rintihan dan pengaduan, antara berdiri dan duduk, dan antara ruku' dan sujud mengharapkan nikmat Ku. Mata-Ku bersaksi akan kesabaran mereka. Dan mata-Ku juga mendengar apa yang mereka harapkan dari cinta-Ku. Pertama-pertama yang Aku ucapkan kepada mereka ada tiga: Aku memberikan cahaya-Ku ke dalam hati mereka, dan mereka pun berkata seperti apa yang Aku katakan kepada mereka. Kedua, jika seandainya langit dan bumi beserta isinya menjadi beban bagi mereka pasti Aku akan membebaskan mereka darinya. Ketiga, Aku akan datang kepada mereka, membohongi siapa saja yang Aku datangi, dan merasa mengetahui apa yang hendak Aku berikan kepadanya.
Dan di dalam sebuah riwayat dari Nabi Dawud dikatakan: Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadanya: Wahai Dawud, seberapa banyak engkau mengingat surga tanpa mengharapkan kerinduan kepada-Ku. Dia berkata: Ya Tuhan, siapakah sebenarnya orang yang rindu kepada-Mu? Allah berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang rindu kepada-Ku adalah orang yang paling bersih dari segala kotoran, dan yang paling jeli terhadap peringatan. Mereka meluangkan hati-hati mereka untuk-Ku. Maka ketika mereka melihat kepada-Ku, dengan tangan-Ku Aku pun akan membawa hati mereka dan menaruhnya di atas langit-Ku. Aku memanggil malaikat-malaikat yang aku pilih. Dan ketika mereka berkumpul memenuhi panggilan-Ku, mereka langsung bersujud kepada-Ku. Maka Aku berkata kepada mereka: "Sesungguhnya Aku tidak memanggil kalian untuk bersujud kepada-Ku, akan tetapi Aku ingin memperlihatkan kepadamu hati orang-orang yang senantiasa rindu kepada-Ku. Aku juga sangat berbangga hati dengan para pencinta tersebut. Hati mereka pun akan menjadi penerang bagi malaikat-malaikat di langit-Ku, sebagaimana matahari menerangi para penghuni bumi. Wahai Dawud, sesungguhnya Aku menciptakan hati mereka dari keridhoan-Ku. Sedangkan nikmat mereka dari cahaya wajah-Ku, dan Aku jadikan mereka penyambung lidah-Ku. Aku jadikan tubuh-tubuh mereka sebagai tempat bagi mata-Ku untuk melihat ke bumi. Aku telah jadikan sebuah jalan bagi mereka untuk melihat kepada-Ku, dimana setiap hari akan bertambah kerinduan mereka kepada-Ku.
Dawud berkata: Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku orang-orang yang mempunyai kecintaan kepada-Mu. Allah berfirman: "Wahai Dawud, datanglah engkau ke ke gunung di Lebanon, sesungguhnya di sana ada empat belas orang, yang mana di antara mereka adalah para pemuda dan orang-orang tua. Ketika engkau telah sampai, maka ucapkanlah salam-Ku kepada mereka. Katakan bahwa Tuhanmu telah mengirim salam kepadamu. Dan katakan, tidak perlu bagimu untuk meminta hajat, karena sebenarnya kamu adalah para kekasih-Ku. Aku merasa senang dengan kesenanganmu, dan bergegas kepada kecintaan terhadapmu. Maka tatkala Daud telah sampai, ia mendapati mereka berada di salah satu mata air. Terlihat mereka sedang memikirkan kebesaran Allah. Maka ketika mereka melihat Dawud, mereka bangkit untuk menjauh darinya, lalu Dawud pun berkata: Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian. Aku datang  untuk menyampaikan risalah Tuhanmu. Lalu meraka datang menghampirinya, memusatkan pendengaran dan perhatian mereka terhadap apa yang akan ia sampaikan. Sementara mereka menundukkan pandangan mereka ke bumi, Dawud berkata: Aku adalah utusan Allah, yang menyampaikan salam-Nya kepadamu. Ia mengatakan kepadamu: Tidakkah engkau akan meminta hajat? Tidakkah engkau akan memanggil-Ku, pasti Aku akan mendengar, dan akan melihat mu setiap saat, seperti yang dilakukan oleh seorang ibu kandung yang menyayangi anaknya? Salah satu diantara mereka berkata: Telah mengalir air mata di pipi mereka, Salah satu pemimpin mereka berkata: Maha suci Engkau. Maha Suci Engkau. Kami adalah hamba-Mu dan anak dari para hamba-Mu, anugerahkanlah kepada kami pandangan yang baik terhadap apa yang ada di sekeliling kami dan di sekeliling-Mu.
Yang lain pun berkata: Maha suci Engkau. Maha Suci Engkau. Kami adalah hamba-Mu dan anak-anak dari para hamba-Mu. Bagaimana kami berani untuk berdoa kepada-Mu sedangkan Engkau mengetahui bahwa tidak ada suatu hajat pun untuk urusan-urusan kami. Tetapkanlah bagi kami jalan kepada-Mu, dan lengkapkanlah nikmat tersebut kepada kami. Yang lain pun berkata: Kami telah lalai meminta ridha-Mu, maka dangan kemurahan-Mu, mudahkanlah kami untuk mencapainya. Yang lain berkata pula: Dari segumpal darah, Engkau ciptakan kami, dan Engkau berikan pula kepada kami kemampuan untuk merenungkan kebesaran-Mu. Bagaimana kami akan berani berbicara sedangkan kami senantiasa sibuk merenungkan kebesaran dan keagungan-Mu? Dan Engkau telah meminta kepada kami untuk mendekat kepada cahaya-Mu.
Yang lain juga mengatakan: Lidah kami menjadi letih dan berhenti berucap ketika berdoa kepada-Mu: Karena keagungan dan kedekatan-Mu kepada para wali-Mu, juga karena banyaknya nikmat yang diberikan kepada para pencinta-Mu. Seseorang di antara mereka berkata lagi: Engkau telah memberi hidayah dalam hati kami untuk mengingat dan beribadah kepada-Mu, maka ampunilah kami. Yang lain berkata: Kami bermunajat kepada-Mu agar Engkau lengkapkan nikmat-Mu yang telah diberikan kepada kami. Yang lain pun berkata: Tidak ada kenginan bagi kami menggapai sesuatu dari ciptaan-Mu, maka berikanlah kesempatan kepada kami untuk melihat keindahan wajah-Mu. Yang lain lagi berkata: Aku meminta kepada-Mu agar membutakan mataku untuk melihat dunia beserta penghuninya, dan tuntunlah hatiku untuk selalu mengurusi perkara akhirat. Seseorang dari mereka berkata lagi: Aku telah mengetahui wahai Yang Maha Mulia dan Pemberi barakah, bahwa Engkau mencintai para kekasih-Mu. Berikanlah kepada kami kesempatan untuk menyibukan hati kami kepada-Mu dari pada selain Engkau.
Allah Swt mewahyukan kepada Dawud: "Katakan kepada mereka, Aku telah mendengar apa yang kalian ucapkan, dan Aku mengabulkan apa yang kamu inginkan. Agar setiap orang darimu berpisah dari temannya, dan agar setiap orang dari kalian mengambil bagaiannya, maka aku membuka tabir antara Aku dan kamu, sehingga kamu akan melihat cahaya wajah dan keagungan-Ku." Lalu Dawud pun berkata : Ya Tuhan, apa yang akan mereka terima dari-Mu? Allah berfirman: "Berprasangka baik dan meninggalkan dunia beserta penghuninya, dan menyibukkan dirinya bermunajat kepada-Ku. Sesungguhnya yang demikian itu adalah derajat yang tidak dicapai kecuali bagi orang-orang yang menolak urusan dunia dan tidak pernah mengingatnya. Akan tetapi mereka selalu mengingat-Ku. Ketika mereka melihat kepada-Ku dengan mata mereka, maka Aku akan memperlihatkan kemuliaan-Ku setiap saat, dan mendekatkan mereka kepada cahaya wajah-Ku. Jika mereka sakit, maka Aku akan merawat mereka seperti ibu kandung yang merawat anaknya. Jika mereka kehausan, maka Aku akan mengobati dahaga mereka dan mencicipkan kepada mereka cita rasa zikir. Dan ketika Aku telah menyempurnakan hal itu wahai Dawud, maka mata mereka menjadi buta dari glamornya dunia dan penghuninya. Aku tidak menjadikan mereka cinta terhadap hal tersebut, sedangkan mereka sama sekali tidak lupa untuk menyibukkan diri mereka kepada-Ku. Ketika mereka memohon kepada-Ku untuk bersegera kepada mereka, Aku pun mengingat mereka. Sesungguhnya mereka adalah jembatan bagi pengelihatan-Ku di antara ciptaan-Ku. Mereka tidak melihat selain Aku, dan Aku pun tidak melihat selain mereka. Jika engkau melihat mereka wahai Dawud, pastilah engkau akan menyaksikan tubuh mereka bergetar, sementara hati mereka seperti akan lepas dari tubuh mereka ketika mendengar firman-firman-Ku. Aku akan membanggakan mereka di hadapan para malaikat dan seluruh penghuni langit-Ku, dan mereka pun akan menambah ketaatan dan ketakwaan mereka. Demi kebesaran dan keagungan-Ku, akan Aku tempatkan mereka di surga Firdaus, dan akan Aku sembuhkan hati mereka dengan melihat-Ku sampai mencapai keridhaan di atas segala keridhaan.
Dan di dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Nabi Dawud berkata: Allah telah berfirman: "Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang memberikan kecintaannya kepada-Ku, tidak ada penghalang bagimu jika engkau membutuhkan  ciptaan-Ku. Kamu telah membuka tabir antara Aku dan engkau, sehingga engkau akan melihat dengan mata batinmu. Apakah ada yang akan menjadi penghalang bagimu, jika aku pisahkan dunia darimu, lalu aku bentangkan bagimu agamaaKu.  Dan tidak ada pula bahaya dari kemarahan mahluk jika engkau selalu mencari ridha-Ku? Di dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Dawud juga berkata: Allah telah mewahyukan kepadanya: Engkau menganggap bahwa dirimu mencintai-Ku. Jika engkau mencintai-Ku, maka jauhkanlah kecintaan dunia dari hatimu; karena sesungguhnya kecintaan terhadap-Ku dan terhadapnya tidak akan bertemu dalam satu hati. Wahai Dawud, cintailah Aku dengan sepenuh hati, atau cintailah apa yang ada di dunia dengan sepenuh hatimu. Demi agamamu, maka ikutilah Aku dan agamamu. Jangan mengikuti selain Aku. Selama terbukti tidak bertentangan dengan kecintaan kepada-Ku, maka berpeganglah dengannya. Akan tetapi jika sebaliknya, maka ikutilah Aku dengan sungguh-sungguh, karena sesungguhnya Akulah yang mengatur segala pola  kehidupanmu. Aku akan menjadi pemimpin dan penunjuk jalan bagimu, tanpa engkau minta. Aku juga akan menolongmu di saat engkau kesusahan. Sesungguhnya Aku telah bersumpah dalam diri-Ku, bahwa Aku tidak akan memberikan sesuatu kepada hamba-Ku, kecuali Aku mengetahui apa yang diminta oleh  hamba-Ku.  Aku juga akan menaruh permintaannya di antara kedua tangan-Ku, dan ia akan selalu membutuhkannya dari-Ku. Jika engkau berada pada posisi demikian, maka Aku akan menghilangkan darimu kenistaan dan keburukan. Lalu Aku akan menjadikan hatimu damai dan tentram, karena sesungguhnya Aku telah berjanji di dalam diri-Ku, bahwa tidak ada satupun hamba-Ku yang merasa tidak tenang ketika ia memposisikan segala pekerjaannya demi Aku, melainkan akan Aku mudahkan baginya. Kembalikanlah segala perkara kepadaKu. Janganlah ragu melaksanakan pekerjaanmu, sehingga ia menjadi semu bagimu dan bagi orang yang menemanimu. Untuk mencapai makrifat kepada-Ku, tidak ada pembatas bagimu. Kemudian ajarkanlah kepada Bani Israil, bahwa antara Aku dan ciptaan-Ku tidak ada pertalian nasab. Perkuatlah kecintaan dan kerinduan kepada-Ku, pasti Aku akan berikan kepadanya kenikmatan yang tidak bisa dilihat oleh mata, tidak didengar oleh telinga, dan tidak pula pernah tergambarkan di hati manusia. Letakkanlah Aku di antara kedua matamu dan lihatlah kepada-Ku, yang selalu melihat ke dasar hatimu. Janganlah engkau melihat dengan mata kepalamu orang-orang yang menutup akal dan hati mereka kepada-Ku (mencintai Aku setengah-tengah), sehingga pekerjaan mereka akan mengakibatkan terputusnya pahala-Ku. Sesungguhnya Aku telah berjanji demi keagungan dan kemulian-Ku, tidak akan Aku halalkan pahala bagi seorang hamba,  yang menjadikan ketaatannya kepada-Ku sebagai percobaan sehingga ditunda-tunda. Merendah dirilah terhadap orang yang engkau kenal, dan janganlah engkau abaikan orang yang mencari-Ku. Seandainya sang pencinta kepada-Ku mengetahui derajat orang yang mencari-Ku, maka terbuka jalan baginya untuk menuju ke pintu-pintu-Ku.
Wahai Dawud, janganlah engkau halangi orang-orang yang asyik mencari-Ku, karena Aku akan menjadikanmu orang yang berjalan di jalan-Ku, di mana tidak ada kenistaan dan bencana bagi makhluk ciptaan-Ku. Wahai Dawud, peganglah firman-Ku, dan jadikanlah ia sebagai perisai bagi dirimu. Jangan pula engkau melalaikannya, sehingga menghalangi kecintaanmu kepada-Ku. Jangan jadikan hamba-hamba-Ku berputus asa dari rahmat-Ku. Jauhkanlah dirimu dari nafsu duniawi karena Aku. Sesungguhnya kecintaan terhadap nafsu duniawi itu adalah kelemahan makhluk ciptaan-Ku.
Sungguh, sangat merugi orang-orang kaya yang selalu mendewakan nafsu duniawi, karena hal itu akan mengurangi pertolongan-Ku kepadanya. Sesungguhnya balasan untuk orang-orang yang kuat dan kaya itu akan selalu diperhitungkan. Yang paling rendah bagi mereka adalah tertutupnya akal mereka dari-Ku ketika Aku tidak meridhai kecintaan dunia bagi kekasih-Ku.
Wahai Dawud, janganlah engkau jadikan antara Aku dan engkau jurang pemisah untuk terus mencintai-Ku. Hal tersebut termasuk pekerjaan orang yang menghalangi para hamba yang mencari Aku, yang meninggalkan syahwat dengan jalan berpuasa. Jauhkanlah dirimu untuk mencoba merusak puasamu, karena sesungguhnya kecintaan-Ku bersama orang-orang yang selalu berpuasa. Wahai Dawud, cintailah Aku dengan melawan hawa nafsumu, karena aku melarang nikmatnya syahwat.  Aku melihat kepadamu, dan engkau melihat hijab antara engkau dan Aku telah hilang.  Sesungguhnya Aku memberitahumu demikian agar engkau benar-benar mendapatkan ganjaran yang besar dari-Ku. Aku juga telah menyembunyikannya sementara engkau terus taat kepada-Ku.
Berita ini datang untuk menunjukkan pentingnya kerinduan dan kecintaan kepada Allah.
Gambaran Kecintaan Allah Swt
Allah Swt telah berfirman di dalam Alquran: "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh." Allah juga berfirman: "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan."
Diriwayatkan dari Anas ra, Rasulullah Saw bersasabda: "Jika Allah telah mencintai hamba-Nya, maka dosanya tidak akan membahayakan dirinya. Dan orang-orang yang bertaubat dari dosa-dosanya, akan menjadi seperti orang yang tidak mempunyai dosa. Kemudian beliau membaca ayat: "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri." Artinya, jika ia mencintai Allah lalu ia  taubat sebelum mati, maka dosa-dosanya yang telah lalu tidak akan membahayakan dirinya, walaupun dosa tersebut besar, seperti  kekufuran di masa lalu akan diampuni dosanya setelah masuk Islam.
Allah telah mensyaratkan Zat-Nya untuk mengampuni dosa-dosa para pencinta-Nya, sebagaimana firman Allah: "Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya Allah akan memberikan dunia kepada siapa saja yang ia kehendaki."
Rasulullah juga bersabda:
مَنْ تَوَاضَعَ للهِ رَفَعَهُ اللهُ, وَمَنْ تَكَبَّرَ وَضَعَهُ اللهُ, وَمَنْ أَكْثَرَ ذِكْرِ اللهِ أَحَبَّهُ, فَيَكُوْنُ سَمْعُهُ الَّذِيْ يَسْمَعُ بِهِ.
"Barang siapa merendahkan hati karena Allah, maka Ia akan memulikannya. Barang siapa yang angkuh, maka Allah akan merendahkannya. Dan barang siapa yang memperbanyak zikir kepada-Nya, niscaya Allah akan mencintainya, sedangkan pendengaran yang ia miliki adalah pendengaran-Nya juga."  
Zaid bin Aslam berkata: Sesungguhnya Allah mencintai hamba-Nya, hingga Ia berfirman kepadanya: "Berbuatlah sesukamu, karena Aku akan mengampunimu. Rasullullah juga telah bersabda dalam hadits qudsi: "Selagi hamba-Ku mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan amal perbuata sunnah, maka Aku pasti akan mencintainya." Tanda-tanda kecintaan Allah kepada hamba-Nya yaitu Allah akan selalu mengontrol segala akibat yang terjadi pada dirinya, dan akan meridhainya.
Rasulullah Saw bersabda: "Jika Allah mencintai hamba-Nya, maka Ia akan mengujinya, dan jika Ia sangat cinta kepada hamba-Nya, maka Ia akan memberikan cobaan kepada hambanya. Ada seorang sahabat bertanya: "Apa cobaan tersebut wahai Rasulullah? Beliau menjawab: "Allah mencoba hamba-Nya dengan ketidaan harta dan keluarga."    
Ada orang yang bertanya kepada Nabi Isa as: Kenapa engkau tidak membeli keledai sehingga engkau dapat mengendarainya. Isa pun menjawab: "Sesungguhnya aku sangat cinta kepada Allah, maka aku khawatir kecintaan itu terkikis oleh kesibukanku dengan keledai itu. Di dalam sebuah hadis dikatakan: "Jika Allah mencintai hamba-Nya, maka Ia akan mengujinya. Jika ia sabar menghadapinya, maka Allah akan menguatkan jiwanya, dan jika Ia ridha terhadap apa yang menimpanya, maka Allah akan memuliakannya." Mereka berkata: Tanda-tanda kecintaan seorang hamba kepada Allah adalah bagaimana sebisa mungkin ia dapat mengekspresikan cintanya kepada yang dicintai. Senantiasa berzikir tanpa mengenal lelah. Berzikir serta bermunajat itu lebih baik baginya daripada menyibukkan dirinya dengan hal yang lain.

Keutamaan Ridha
Allah Swt berfirman di dalam Al Quran: "Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya.
Di dalam sebuah hadits dikatakan: "Sesungguhnya Allah menunjukkan keagungan-Nya di hadapan orang-orang mukmin, lalu Ia berfirman: "Mintalah kepada-Ku. Mereka menjawab: Keridhaan-Mu. Setelah mereka amati dan pikirkan dalam-dalam, maka permintaan mereka adalah ridha."  Diriwayatkan bahwa Rasul pernah bertanya kepada sebagian sahabatnya, mereka berkata: Kami adalah orang-orang mukmin. Beliau bertanya: "Apa tanda-tanda keimanan kalian?" Mereka berkata: Kami selalu bersabar terhadap cobaan, dan bersyukur terhadap apa yang kami harapkan dan kami miliki, juga ridha terhadap apa yang telah Allah tentukan untuk kami. Lalu beliau bersabda: "Demi Tuhan yang memiliki Ka'bah, kalian adalah orang-orang yang beriman." Di dalam sebuah Hadits lain juga dikatakan, bahwa Rasulullah pernah bersabda: "Terkadang para ulama, dengan pemahaman mereka terhadap agama, hampir mencapai derajat nabi."
Nabi Musa as pernah berkata: Ya Tuhanku, tunjukkanlah kepadaku pekerjaan yang engkau ridhai, hingga aku mengerjakannya. Allah mewahyukan kepadanya: Sesungguhnya ridha-Ku ada dalam keterpaksaanmu, sehingga engkau tidak bersabar atas apa yang tidak engkau suka. Nabi Musa berkata: Ya Tuhanku, tunjukkanlah aku akan hal tersebut. Allah berfirman: Sesungguhnya keridhaan-Ku adalah keridhaanmu terhadap ketentuan-Ku." Ketahuilah bahwa keridhaan itu merupakan pintu Allah yang paling mulia. Barang siapa mendapatkan jalan untuk mencapainya maka baginya ganjaran dan derajat yang paling tinggi.

Pasal Ketiga
Hikayat Para Pecinta
Diceritakan bahwa Abu Turab an-Nakhsyabi menyukai salah seorang di antara para pencinta, dan ia mendekatinnya, lalu melaksanakan pekerjaan-pekerjaannya. Sedangkan para pencinta sibuk beribadah. Suatu hari Abu Turab bertanya kepadanya: Suatu hari nanti, jika engkau melihat Abu Yazid, apa yang akan engkau perbuat terhadap dirinya? Ia menjawab: Aku tidak mempunyai waktu untuk berurusan dengannya. Lalu ketika Abu Turab berulang-ulang menanyakan hal tersebut kepadanya, "Apa yang engkau lakukan ketika melihat Abu Yazid". Sang pencinta menjadi kesal dengan ucapan tersebut seraya berkata: Tercela kamu wahai abu Turab, apa yang dapat aku berikan kepada Abu Yazid ? Abu Turab  berkata: Jiwaku bergelora, sehingga aku tidak dapat menahan diriku, sehingga aku  berkata: "Tercela kamu wahai sang pemuda, kamu memiliki konsep terlalu berlebihan dalam beribadah. Engkau melihat Abu Yazid sekali, itu lebih bermanfaat bagimu daripada melihat Allah tujuh puluh kali. Ia berkata: Bahwa sang  pemuda telah mengingkari dan membantah ucapannya. Sang pemuda berkata: Bagaimana bisa demikian? Abu Turab pun menanggapi ucapan sang pemuda: Tercela kamu, sesungguhnya engkau melihat Allah Swt, dan Ia memperlihatkan kemampuan dan keutamaan dirimu. Begitu pula ketika engkau melihat Abu Yazid di sisi Allah, Ia akan memperlihatkan nilai dirinya kepadamu. Akhirnya sang pemuda memahami apa yang dikatakan oleh Abu Turab. Lalu ia berkata: Pertemukanlah saya dengannya. Dia melanjutkan kisahnya, hingga berkata di akhir cerita tersebut: Kami telah berdiri di atas bukit, menunggu Abu Yazid sampai ia keluar dari hutan, karena dia sedang berada di dalam hutan, dimana terdapat banyak hewan-hewan buas. Abu Turab bercerita: Abu Yazid lewat di depan kami sambil membawa seekor burung di atas pundaknya. Maka aku pun berkata kepada sang pemuda: Ini adalah Abu Yazid.  Sang pemuda langsung melihat kepadanya. Dan ketika Abu Yazid menaruh hewan tersebut di atas tanah, kami pun mulai menggerak-gerakkan badannya. Rupanya hewan tersebut telah mati. Kami berusaha untuk menguburkannya. Abu Turab berkata kepada Abu Yazid: wahai tuanku, ia telah menyangka engkau yang telah membunuh hewan tersebut. Abu Yazid berkata: Tidak, temanmulah yang membunuhnya, di dalam hatinya ada hal yang belum terungkap. Dan ketika ia melihat kita, terbukalah rahasia yang ada di hatinya, dan ia tidak mampu menanggungnya, karena ia berada pada derajat pencinta yang rendah, betul dialah membunuh hewan tersebut.
Di dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Allah telah mewahyukan kepada para nabi-nabinya: Sesungguhnya yang akan menjadi kekasih-Ku adalah hamba-Ku yang tidak bosan mengingat-Ku, dan tidak ada selain Aku yang ia ingat, karena selain Aku sama sekali tidak akan memberi pengaruh apapun kepada-Ku. Dan ketika ia terbakar oleh api, ia tidak akan merasakannya, biarpun tubuhnya dipotong dengan gergaji ia tidak akan merasakan, karena begitu larutnya ia berzikir kepada-Ku. Jadi, barangsiapa yang belum mencapai derajat pencinta yang demikaian, bagaimana ia dapat mengatakan bahwa di balik candu dan cinta itu ada kemuliaan dan keutamaan? Semuanya itu ada di balik cinta, dan cinta itu ada di balik keimanan.
Di dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Sesungguhnya Allah mempunyai tiga ratus sifat. Barang siapa yang memiliki salah satu sifat tersebut, sementara ia mengesakan Allah, maka tidak ada baginya selain surga. Suatu ketika Abu Bakar ra bertanya: Adakah sifat tersebut padaku? Rasulullah menjawab: "Semuanya ada padamu wahai Abu Bakar, dan yang paling berkenan di sisi-Nya adalah sifat murah hati."
Rasulullah Saw bersabda: "Aku telah melihat timbangan yang diturunkan dari langit. Aku berada di satu sisi, dan umatku berada di sisi yang lain, maka amalku lebih berat dari mereka, dan jika Abu Bakar di letakkan di satu sisi, dan umatku di satu sisi yang lain, maka amal soleh Abu Bakar akan lebih berat dari mereka."
Dari keterangan di atas, dapatlah kita simpulkan bahwa kedalaman cinta Rasulullah sangat luar biasa, sehingga hatinya tidak mempunyai ruang lagi untuk selain-Nya. Allah telah berfirman: "Jika aku hendak menjadikan seseorang teman bagi-Ku (khalil), niscaya Abu Bakarlah orang itu, akan tetapi Aku telah menjadikan Ibrahim sebagai teman (khalil)-Ku)."
Al-Syibli pernah meriwayatkan: Cinta itu luar biasa nikmatnya. Dan cinta itu adalah sebuah nilai yang tinggi dalam kemuliaan. Ia juga pernah meriwayatkan: Rindu itu adalah api Allah Swt, yang ia nyalakan di hati para wali-Nya, sehingga Ia bakar di hati mereka inspirasi, keinginan, cita-cita dan hajat mereka. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar